Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sukhoivsf22Avatar border
TS
sukhoivsf22
Warga Korban Gempa Lombok Keluhkan Bantuan Mandek
Warga Korban Gempa
Lombok Keluhkan Bantuan
Mandek

CNN Indonesia
Minggu, 18/11/2018 09:25
Warga Korban Gempa Lombok Keluhkan Bantuan Mandek
Anak-anak pengungsi korban
gempa bumi di Pemenang,
Lombok Utara, Lombok Utara,
NTB. (Foto: ANTARA FOTO/
Zabur Karuru)

Lombok, CNN Indonesia-Warga korban gempa bumi di
Nusa Tenggara Barat (NTB)
masih menunggu kejelasan dana bantuan yang dijanjikan
pemerintah. Pasalnya, masih
banyak warga yang tidak tahu
kabar perkembangan dana
tersebut.

Misalnya, warga di tiga Dusun
Jelateng, Desa Gegerung,
Kecamatan Lingsar, Lombok
Barat. Mereka masih bertanya-
tanya, kapan pastinya dana yang
dijanjikan Presiden Joko Widodo
(Jokowi) itu sampai ke tangan
mereka.

"Dulu katanya tiga bulan sudah
bisa menempati (rumah) yang
baru.Tapi ini sudah mau empat
bulan (belum cair)," ucap
Ardiansyah, warga Dusun
Jelateng Barat kepada
CNNIndonesia.com, Sabtu
(17/11).

Gempa di NTB sebelumnya
terjadi pada awal Agustus 2018.
Secara keseluruhan, lebih dari
5.000 rumah warga yang
mengalami kerusakan. Di Desa
Gegerung terdapat sekitar
500an rumah warga yang rusak,
dari tingkat berat, sedang hingga
ringan.

Lihat juga:Tiga Bulan Pascagempa, Warga
Lombok Masih Jadi Pengungsi

Berdasarkan pernyataan yang
disampaikan Jokowi beberapa
waktu lalu, warga dengan rumah
rusak berat mendapat bantuan
sebesar Rp50 juta. Sedangkan
rusak sedang menerima Rp25
juta, dan Rp10 juta untuk rumah
rusak ringan.

Namun hingga hari ini, kata
Ardiyansyah, tidak ada kabar
lebih lanjut soal dana tersebut.
Padahal, pendataan sudah
dilakukan terhadap seluruh
warga.

"Katanya nanti dikabari dari
kantor desa, tapi enggak ada tuh
sampai sekarang," kata dia.

Adriansyah mengungkapkan,
hingga saat ini hanya ada dua
warga Jelateng yang mendapat
rekening dana bantuan tersebut.
Yakni, mantan kepala Desa
Gegerung Jalim Dahlan dan
seorang saudarnya. Rumah
kedua orang tersebut hancur
akibat gempa.

CNNIndonesia.com kemudian menyambangi kediaman Jalim.

Tampak rumah Jalim yang sudah
rata dengan tanah. Saat ini ia
tinggal di areal belakang rumah
tersebut. Areal itu sebelumnya
merupakan kandang ternak
ayam. Namun kini tanahnya
digunakan sebagai tempat
tinggal.

Warga Korban Gempa Lombok Keluhkan Bantuan Mandek

Gempa yang mengguncang
Lombok menghancurkan
sejumlah bangunan. (Foto:
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Meskipun difungsikan untuk
tempat tinggal, namun belum
bisa dikatakan sebagai rumah
karena hanya berupa pelataran
dengan dua kamar bertembok
papan dan beratapkan seng.
Saat cuaca cerah di siang hari,tempat ini akan terasa sangat
panas.

Meskipun demikian, kediaman
Jalim masih lebih cukup baik jika dibandingkan warga lainnya.Karena sebagian warga masih
tinggal di pengungsian bersama.
Pengungsian itu menggunakan
tenda yang terbuat dari terpal.
Sumpek, panas dan pengap akan
sangat terasa tatkala berada di
dalamnya.

Terkait soal dana pemerintah,
Jalim mengakui dirinya telah
menerima rekening dana
bantuan. Rekening itu
diterimanya langsung dari
Jokowi ketika menyambangi NTB
beberapa waktu lalu.

Jalim menyebut ada 13 warga
yang menerima dana bantuan.
Saat itu ke-13 warga ini
merupakan perwakilan atau
menerima antuan secara
simbolis dari pemerintah.

Angka yang diterima pun
beragam. Jalim mengaku ia
menerima bantuan sebesar
Rp50 juta di rekeningnya.

"Saya terima rekening itu waktu
dia (Jokowi) ke Lombok Utara.
Diserahin pertama, perwakilan
simbolis. Pak Jokowi
mengatakan jangan sampe
tersendat, harus dicairkan
langsung," ucap Jalim mengingat
saat itu.

Warga Korban Gempa Lombok Keluhkan Bantuan Mandek
Rumah hunian sementara korban
gempa yang dibangun di Dusun Kekait, Desa Kekait, Gunungsari,
Lombok Barat, NTB. (Foto:
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Beberapa hari kemudian, Jalim
mengaku pergi ke salah satu
bank di wilayah Mataram untuk
mencairkan tabungan tersebut.
Namun nyatanya uang di
rekening itu tidak bisa ditarik
langsung.

Jalim mengatakan, kemudian dia
baru mengetahui bahwa
penarikan uang hanya bisa
dilakukan secara kolektif melalui
pihak ketiga, Kelompok
Masyarakat (Pokmas) yang
perannya seperti kontraktor.

Dengan kata lain, para pemilik
rekening dana bantuan ini
menyerahkan kuasa kepada
pihak ketiga tersebut yang telah
ditunjuk oleh PUPR.

"Makanya percuma, rekening
enggak ada artinya. Karena
sudah ada surat kuasa," kata dia.

Nantinya, kata Jalim, dana yang
diterima warga tidak lagi dalam
bentuk uang. Tetapi berupa
bahan bangunan seperti pasir,
semen, dan berbagai material
lainnya.

Jalim sendiri sudah menerima
sejumlah material berupa pasir
dan semen dari pihak tersebut
beberapa waktu lalu. Namun,
hingga kini material tersebut
masih teronggok di bekas
rumahnya yang hancur, karena
masih menunggu material lainnya
untuk dibangun.

Nantinya proses pengerjaan juga
dilakukan oleh tim yang telah
dibentuk pemerintah melalui
PUPR.

Menurut Jalim, tata cara
pencairan dana seperti ini
sangat rumit karena butuh
proses administrasi yang
panjang. Selain itu, pengerjaan
pembangunan tidak dilakukan
cepat.

Menurut dia, sedianya korban
bencana bisa menerima dana
bantuan dalam bentuk uang
saja. Karena setelah menerima
dana itu, maka bisa
menggunakannya sesuai
kebutuhan.

"Proses seperti ini lambat sekali,
harus nunggu material ini-itu.Mestinya serahkan saja uangnya,kecuali ada masyarakat
menerima bantuan tapi tidak
terbukti membuat bangunannya,
maka boleh dituntut," ujarnya.
FHR/evn
https://m.cnnindonesia.com/nasional/...bantuan-mandek
Diubah oleh sukhoivsf22 18-11-2018 04:32
1
1K
10
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan