AwaIan - Sempalan pertama.

Perkenalankan sebelumnya, panggil saja aku Jojo. Sehabis aku lulusan dari pendidikan SMP, aku melanjutkan pendidikan sekolah menengah kejuruan di salah satu sekolah di Kabupaten Semarang. Meninggalkan segala kehidupan dari kota satelit diseputaran Jakarta menuju daerah yg sangat asing bagiku, entah hal apa yg mendorong  aku untuk melanjutkan pendidikan disana. Oh ya sekolahku ini merupakan bangunan yg sangat klasik (baca saja tua dan kuno) dan merupakan bangunan peninggalan Belanda.
Di lingkungan sekolahku berada ini, ada sekolah menengah kejuruan lainnya dengan beda jurusan dengan sekolahku yg menjadi satu lingkungan namun berbeda gedung. Dan beberapa meter terdapat 2 sekolah menengah pertama, sebuah sekolah dasar dan taman kanak-kanak. Serta bersanding dengan sebuah Gereja yang bangunannya klasik juga, eh lupa semua tingkatan sekolah yg tadi aku sebutkan juga bangunannya klasik.
Dan di sekolahku ini disediakan asrama bagi siswa-siswi yg berasal dari luar kota, yg menikmati fasilitas ini salah satunya adalah aku. Dikarenakan siswa-siswi di sekolahanku ini berasal dari berbagai Suku, Agama dan Ras. Disini toleransi sangat di junjung tinggi. Hari-hari awal minggu aku tinggal di asrama bukanlah hal yg mudah bagiku, banyak hal baru dan adaptasi untuk beberapa waktu.

Pertama, harus terbiasa tidur dengan teman  baru sesama jenis dalam seranjang (bukan mahoan loh namun share ranjang atas bawah, eh bukan juga atas bawah yg ituloh). Dalam hal ini aku memilih di ranjang atas/tingkat, alasannya aku memilih tidur diranjang atas dikarenakan bila ranjang ambruk kan yg penting aku tidak tertimpa melainkan menimpa orang lain hehehe.

Kedua, harus share ruang tidur dengan beberapa kakak kelas dan beberpa teman sekelas yg lain. Dan ruang tiudr ini sangat luas yg mampu menampung kurang lebih 50an tempat tidur/ranjang tingkat, lantas dengan share room ini berarti aku harus bersiap berbagi dengan beberpa kebiasan tidur siswa lain salah satunya ngorok/mendengkur.

Ketiga, harus share kamar mandi dengan beberapa teman dan kakak kelas juga artinya satu kamar mandi diisi oleh 5 hingga 8 siswa. Dan aku mendapat jatah kamar mandi nomor 8 yg terletak paling ujung, untuk urutannya kamar mandi nomor 1-4 diselingi kamar mandi khusus buang air kecil ada 2 ruangan tanpa jamban hanya terdapat keran dan tempat wudhu lalu kamar mandi nomor 5-8. Jadi bila telat bangun tidur sudah dipastikan mengantri untuk giliran mandi, iya kalau hanya ingin mandi kalau kebelet pup. Dan bila bangun bangun duluan juga tidak bisa berlama-lama operasi lima jarinya loh? Bukan maksudnya aku tidak bisa mandi berlama-lama hehehe.

Keemapt, hal keempat ini aku harus bisa beradaptasi dengan suara lonceng Gereja yg berdentum dengan lantang setiap jamnya, dan jumlah dentumannya mengikuti pukul berapa waktu tersebut ditujukan, maksudnya bilamana pukul 01.00 dini hari maka lonceng akan berdetum sebanyak 1 kali saja, dan seterusnya. Jadi bisa dibayangkan bukan bilamana pada pukul 24.00 berapa jumlah dentumannya? Yaps thats right sebanyak 24 kali.

Perihal dentuman lonceng Gereja ini akan aku bahas dalam sempalan pertama ini, mungkin perihal dentuman bukan hal yg cukup menggangu namun di minggu awal ini aku masih merasa kesulitan beradaptasi tidak seperti kebanyakan siswa lainnya yg tampak sudah mulai menikmati alunan lonceng Gereja sebagai pengiring tidur mereka.
Damps, tepatnya di hari kelima ini aku kembali terbangun di tengah malam oleh suara lonceng Gereja tersebut, namun malam ini sialnya aku juga terbangun disebabkan aku kebelet buang air kecil. Tengah malam harus buang air kecil merupakan hal yg paling malesin banget. Selain karena asramaku ini agak kental dengan suasana syahdu nan horornya  juga letak kamar mandi agak jauh dari ruangan tidur dan harus menaiki tangga (bukan tingkat, namun karena kontur tanah dan letak elevasi yg sedikit tinggi dibanding ruangan tidur)

"Anjrit kebangun mana kebelet pula" umpatku.

Hal pertama yg aku lakukan ialaha mencoba membangunkan teman seranjangku, namanya Viki. Sekilas gambaran tentang Viki ini adalah memiliki tubuh yg tinggi 185cm, kulit sawo matang dan badannya tegap, namun sayangnya si Viki ini agak plonga-plongo menjurus lemot. Oh iya si VIki merupakan satu-satunya siswa yg berasal dari Sumatera, tepatnya dari Lampung.

"Vik, bangun Vik temenin gue dong ke wc" bujukku.
"Oamamamaomaeeeoeoeoe" jawabnya.
"Ngemeng apa sih lu Vik?"
"Ngrooookkk ngroooookkk" terdengar dengkuran Viki.
"Anjrit malah molor lagi kagak bangun" umpatku.
"Njir mau gakmau gue jalan sendirian dah" keluhku kembali.

Karena sudah tak tahan ingin buang air seni ini, akupun bergegas lari menuju asrama putri eh bukan maksudnya kamar mandi asrama putri ealah bukan ke kamar mandi hehehe.

"Huftss... lega juga akhirnya brojol juga nih air seni gue" ungkapku lega.

Sesaat setelah buang air kecil ketika aku hendak meluncur kembali ke pelukan kasur, tiba-tiba terdengar suara dari kamar mandi nomor 4. Karena aku buang air kecil di kamar mandi khusus buang air kecil dan untuk kembali ke ruang tidur pasti melewati kamar mandi nomor 4 (sudah aku ceritakan diatas perihal tata letaknya). Suaranya seperti seseorang sedang menyikat baju. Karena aku penasaran aku beranikan membuka pintu tersebut dan hal yg tak aku duga terjadi.

Iya hal tersebut terjadi dan akupun terkejut dan terdiam sesaat setelah aku buka pintu tersebut yaitu tidak ada apapun yg aku jumpai dan temui hehehe (maaf receh ya gan).
Lalu akupun bergegas kembali ke ranjang namun suara tersebut kembali muncul, lalu kembali aku buka pintu kamar mandi nomor 4 tersebut dan masih tak ada apa-apa alias kosong.

"Woy siapa sih iseng aja tengah malam begini?"
"Kampret banget dah bikin orang penasaran aja"

Dan kali ketiga suara tersebut muncul dan kali ini membuatku kesal dan menedang pintu tersebut.

"Braaakkk" suara pintu aku tendang.

Dan sesosok yg kunantikan akhirnya muncul secara seksama dan membelakangiku, sontak aku tersungkur mundur karena kaget dengan kehadiran Noni Belanda dihadapanku, tanpa pikir panjang akupun lari dengan kencang menuju ranjangku.