londo.046Avatar border
TS
londo.046
Pahlawan Zaman Now


Quote:


Jika zaman dulu pahlawan adalah orang yang berani melawan penjajah, menolak tunduk dan berkompromi dengan penjajah, maka di zaman sekarang definisi pahlawan pun sama. Hanya saja lawannya beda. Jika dulu penjajah yang dilawan, maka hari ini yang dilawan adalah sikap-sikap negatif. Jika dulu senjatanya bambu runcing, senjata api rampasan, maka ssekarang senjatanya adalah hati nurani dan akal budi yang mulia.

Tahukah anda bahwa banyak pahlawan yang ada di sekitar anda? Contoh kecil tukang mie tek-tek. Dia berjualan dari satu gang ke gang lain, mendorong gerobaknya, memukul wajan penggorengan di saat sebagian orang mungkin akan segera tidur. Tiap menemukan ada lampu rumah yang masih menyala, dia akan berhenti agak lama. Memukul wajannya agak keras, berharap ada sahutan dari dalam untuk membeli dagangannya.



Apakah selalu ada yang membeli nasi gorengnya? Tidak! Mungkin ratusan, bahkan ribuan kali dia menerima penolakan, tapi dia tetap berjalan menyusuri gang demi gang tiap malam. Paginya, hanyabeberapa rupiah yang dia berikan untuk istri dan anaknya, sebagai rezeki. Dia menolak melakukan hal jahat demi memperbaiki ekonomi keluarganya, meski untuk melakukan itu mungkin saja dia bisa. Dia tetap bekerja, dan menjadi pahlawan untuk keluarga dan masyarakat. Iya, masyarakat yang aman karena penjahat baru tidak lahir meskipun himpitan ekonomi mendera.

Contoh lagi, Lek Kisno (sebut saja begitu) seorang buruh bangunan. Dia setiap hari berbelanja di warungnya Mbah Jenggot. Kadang, kalau keuangan mulai menipis, dia ngutang. Mbah Jenggot dengan bijaksana memberikan utangan. Saling membantu motivasinya. Relasi apa yang sedang mereka bangun? Ekonomi kerakyatan! Lek Kisno memenuhi kebutuhannya, Mbah Jenggot pun bisa menyekolahkan anak cucunya berkat recehan dari orang-orang seperti Lek Kisno. Bayangkan kalau orang-orang seperti Lek Kisno tidak ada, bagaimana nasib pengusaha kecil macam Mbah Jenggot?



Orang-orang seperti Lek Kisno dan Mbah Jenggot ini bisa jadi tidak paham apa itu ekonomi kerakyatan, tapi pada tataran riil, nyata, mereka lah pelaku dan penggerak ekonomi itu. Bandingkan dengan politikus di atas sana, yang tiap hari bicara demi kesejahteraan rakyat, demi ekonomi kerakyatan, berapa kali mereka belanja di warung macam warung nya Mbah Jenggot? Tiap 5 tahun sekali saat mau pemilu? Sok-sokan nanya harga, sok-sokan makan di warkop? Kalau habis pemilu balik lagi ke maret, mart, hyper, sampai cafe, bukan lagi warung, pasar?

Ini realita, ini fakta hari ini. Orang-orang kecil, orang-orang bawah inilah Pahlawan hari ini, Pahlawan Zaman Now. Mereka tidak ikut menentukan kebijakan yang katanya mensejahterakan mereka. Tapi mereka saling bergotong royong dengan cara mereka sendiri untuk tetap hidup sejahtera dengan jujur. Seperti relasi Lek Kisno dan Mbah Jenggot tadi. Mererka hanya bisa melongo melihat kader Partai Tuhan diciduk KPK karena maling duit pajak yang rakyat bayar. Bayangkan Partai Tuhan lho doyan maling! Apa yang bisa dilakukan Lek Kisno? Paling banter memaki, besok sudah ngaduk semen lagi.



Mereka tidak tahu anggaran ini itu. Yang mereka tahu, tiap setahun sekali bayar PBB, tiap bulan bayar rekening listrik, tiap ada iuran dari RT-RW-Desa, mereka bayar. Soal uangnya kemana, mereka tidak pikirkan. Kalau ada bantuan, kadang harus ribet mengurus ini dan itu. Tapi mereka tetap gembira, tetap tertawa, tetap saling menguatkan. Kurang heroik apa? Kurang berani gimana?

Saat di atas sana berebut kardus, mereka bergelut demi sekantung beras untuk anak-istri. Masih meragukan mereka pahlwan sebenarnya? Masih meragukan kejujuran mereka, keberanian mereka menantang hidup dengan kejujuran. Tidak malu kalau korupsi saat melihat pahlawan-pahlawan zaman now bertaruh nurani?

Well, kadang saya merasa malu. Tiap hari sok bicara ekonomi kerakyatan, toh duit saya banyak masuk ke kantong-kantong boss ritel. Setiap hari ngomong, manusia itu sama, tapi berlaku seperti Lek Kisno pun susahnya luar biasa. Belanja di warung tetangga seperlunya. Tapi kalau menghabiskan jutaan di mall, seolah tiada sayang melepasnya. Terima kasih Pahlawan, terima kasih atas apa yang anda-anda contohkan. Doakan, saya bisa hidup seperti cara anda hidup hari ini. Salam Damai.


Merdeka!


Sumber referensi : Ngopi Pagi di Warung Mbah Nggot
Sumber Gambar : sini, sini, sini
7
7.1K
99
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan