Kaskus

Story

dream.deunoAvatar border
TS
dream.deuno
Dia sahabatku, dulu..
halo guys..
gue mau cerita dan butuh saran tentang ini. maaf kalo ceritanya agak panjang. gue sedang bingung harus bagaimana..

gue cewek, 24 tahun, bekerja di salah satu instansi pemerintah di salah satu ibukota provinsi. ini cerita tentang gue dengan sahabat gue, dulu sih kita sahabatan. skrg udah jadi orang yang sama-sama asing banget.
pertemanan kami berawal dari mutasinya gue dari kantor lama yang terletak di salah satu kabupaten sebuah provinsi ke ibukota provinsi yang sama. dari awal gue udah canggung banget harus pindah ke kantor baru. gue golongan, angkatan dan umur paling muda disalah satu divisi yang ada di kantor gue sekarang. dari awal gue tipe orang yang gak gampang komunikasi dengan orang. maklum gue di daerah terbiasa sendiri dan tak memperdulikan orang lain. sisi introvert gue makin berkembang disana. gue tersisih ketika gue pindah di kota. berbulan-bulan gue coba bangkit. namun kadang gagal, tapi Allah maha baik ada salah seorang yang peduli banget dengan gue, dan ngebantu gue buat bisa cepat menyesuaikan diri. doi adalah yang pernah jadi sahabat gue. bukan sekedar sahabat, tapi soulmate. namun itu hanya sementara..

awalnya kita dekat dari doi yang mulai memfollow akun sosmed gue, ngirim komen2 di akun gue, dan akhirnya mulai saling chatting diluar jam kantor, makan siang bareng, cerita hal-hal sepele dll. kami semakin dekat karna pernah ditugaskan bersama dalam sebuah kegiatan yang membuat kami semakin dekat. doi mulai meminta untuk ditemani ke dokter, semakin care satu sama lain. sampai akhirnya kami terbiasa barengan melakukan hal apapun. kami saling ingat ketika tak dalam satu kegiatan, bahkan selalu memberi kabar apapun. apapun!!

namun pertemanan kami diuji karena ia berkata jujur tentang kebohongannya atas rumor yang beredar di kantor. gue  shock, gue tak percaya bahwa orang yang pernah bilang "lo orang yang paling bisa buat gue nyaman, lo soulmate gue" ternyata ngebohongi gue berkali-kali hanya karna doi menutupi aibnya yang lain. gue gak percaya doi ngelakuin kesalahan sebesar itu. 
doi udah menikah dengan satu anak, dan masalah doi di kantor membawa rumah tangganya goyah. gue kecewa dengan semua kebohongannya, tapi setelah gue berfikir bahwa semua orang pasti pernah khilaf, semua manusia pernah salah. dan saat itu juga gue memutuskan untuk memaafkan dan berjanji untuk ada disampingnya apapun keadaan dan segala konsekuensinya. doe menjauhi dunia, mulai tak menggunakan akun sosmed, tak menggunakan aplikasi chatting dll. gu masih dg sabar menunggu doi benar-benar pulih. gue berusaha apapun asal doi tak kembali pada jalan yang salah. alhamdulilah, 3 bulan berlalu, doe benar-benar hijrah. gue senang. gue benar-benar bahagia.. orang yang gue sayang telah kembali ke jalanNya.

namun itu ternyata sementara buat gue..
doi menjauhi gue tanpa alasan. tiba-tiba chat gue tak dibalas, telp gue diabaikan. doi cm bilang "gue lagi malas ngomong" itu terjadi berbulan-bulan. jangan tanyakan gimana gue. gue yang udah terbiasa melakukan apapun dengan doi, memikirkan apapun yang membuat doi sulit dll. gue diabaikan.. jangan tanya seberapa gue galau, gue nangis, gue takut kehilangan doi, gue kacau.. tak mampu gue jelaskan bagaimana perasaan gue saat itu.
gue berusaha semaksimal mungkin untuk doi kembali seperti dulu. tapi tak memberikan hasil bahkan doi pernah bilang untuk berhenti berteman dengannya. gue hancur ini lebih sakit dari kehilangan kekasih.

sampai suatu ketika gue sedang berusaha memperbaiki diri gue, mencoba memaafkan dan kembali mencoba menghubungi etelah sekian lama saling diam, doi mulai merespon. pelan-pelan gue berusaha menanyakan masih atau tidak gue dianggap penting seperti dlu. namun jawaban doi membuat air mata gue tak tertahankan. doi menyatakan bahwa ia tak lagi menganggap dirinya dekat dengan siapapun. menyamakan semua orang hanya sekedarnya. gue sedih, gue benar-benar kehilangan.. doi berhenti untuk perduli..

tapi gue tau gue salah, gue masih berusaha menghubungi doi meski isi pesan singkat hanya sekedar menjawab apa yang gue tanyakan. via telpon juga sama, menjawab yang gue tanyakan. gue merelakan diri untuk seperti ini, gue sakit tapi gue tak tau bagaimana harus berhenti. difikiran gue, gue masih ingin doi kembali seperti dulu.. gue bingung..emoticon-Sorry

untuk teman-teman semua, gue butuh pendapat dan masukan. apa yang harus gue lakukan. bertahan atau tinggalkan? dan bagaimana jika doi benar-benar masih melekat dalam ingatan gue dan gue tak mampu untuk berhenti peduli ?
terimakasih emoticon-Jempol
0
965
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan