- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sajak Viral Mengharukan yang Terinspirasi dari Jatuhnya Pesawat Lion Air
TS
madcabonger2018
Sajak Viral Mengharukan yang Terinspirasi dari Jatuhnya Pesawat Lion Air
Sajak Viral Mengharukan yang Terinspirasi dari Jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610 di Karawang
31 Okt 2018, 10:30 WIB
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2396485/original/083671100_1540954682-1.jpg)
Viral, sajak ini gambarkan duka atas musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Karawang, Senin, 29 Oktober 2018, pagi. (dok. pexels.com/Asnida Riani)
Liputan6.com, Jakarta - Selimut duka atas jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin, 29 Oktober 2018, pagi, masih erat membebat. Di samping keluarga korban, dengan kadar sendu yang tentu berbeda, musibah ini juga jadi pukulan hebat bagi khalayak.
'Ekspansi' duka ini salah satunya bermuara di deretan aksara pembentuk sebuah sajak mengharukan karya Jayaning Hartami. Diunggah di laman Facebook pribadinya kemarin, Selasa, 30 Oktober 2018, barisan kata penggugah emosi ini viral. Berikut bunyi sajak yang dimaksud:
Pada kamu yang malam tadi berdebat dengan istri. Merasa lelah mendengar keluhannya yang tak henti. Membawa kesal itu dalam tidurmu, sehingga emosi belum reda pagi ini. Berpelukanlah sebelum pamit berangkat kerja nanti. Karena bisa jadi, inilah waktumu melihatnya terakhir kali.
Pada kamu yang akhir-akhir ini merasa hidup berat sekali. Kelelahan mengurus rumah sendiri, tumpuk setrikaan tanpa henti, kepusingan mengatur tagihan yang datang bertubi. Lalu diam-diam, kau rutuki karir suamimu yang tidak juga naik posisi.
Sambutlah ia ketika pulang nanti. Katakan betapa bersyukurnya memiliki suami yang senantiasa bekerja keras dan menjaga kehalalan gaji. Ucapkan terima kasih dengan tulus hati. Kau tidak pernah tahu. Bisa jadi untuk melakukannya esok, kau tak lagi punya waktu.
Pada kamu yang hari ini merasa pusing mendengar berisiknya anak di rumah. Padahal sepulang dari kantor mata rasanya hanya ingin terpejam dan badan butuh rebah. Lalu diam-diam, kau simpan itu menjadi emosi marah.
Tersenyumlah lebar buat mereka hari ini. Saat hendak pergi dan saat nanti pulang kembali. Luangkan waktu untuk menatap wajah mungil itu yang bercerita riang tentang hari-harinya padamu. Dengarkan intonasi suaranya. Rekam baik-baik binar mata dan ekspresi mereka. Karena sungguh bukan sebuah ketidakmungkinan, besok lusa tak ada lagi kesempatan.
Kebersamaan menahun seringkali membuat kita lebih mudah mendeteksi kekurangan daripada menemukan kebaikan. Lebih lancar memberi kritik daripada memberi apresiasi. Cenderung mengeluh dan lupa mensyukuri satu sama lain.
Padahal, kita tidak pernah tahu kapan kebersamaan ini akan berhenti. Bisa jadi hari ini. Bisa jadi besok. Bisa jadi sebentar lagi.
Hargai setiap momen yang kita punya saat ini. Minta maaf selagi bisa. Berterima kasih selagi masih ada waktu. Bercanda, berbincang, tertawa selagi kesempatan masih ada. Berpelukanlah. Selagi hangat tubuhnya masih bisa dirasa.
Yang di antaranya ada seorang ayah yang pagi kemarin baru saja pamit bekerja setelah menghabiskan weekend-nya untuk mengunjungi anak-istri yang tinggal di Jakarta. Melepas rindu setelah sepekan tak bertemu.
Ada juga seorang ibu yang semalam masih bercanda dengan putri kesayangannya. Menemaninya tidur. Lalu paginya berangkat untuk dinas luar kota. Bekerja. Menjemput pahala. Ada pula seorang lelaki yang baru menikah dua pekan. Kemarin pagi mengecup istrinya di bandara. Mesra. Sembari meminta doa. Sebelum terbang mencari nafkah pertamanya.
Kita betul-betul nggak pernah tahu. Bisa jadi salam yang kita berikan hari ini adalah salam terakhir buat orang orang tercinta. Lakukanlah selagi bisa.
Dengan untaian kata sedemikian rupa, sajak bentuk duka atas jatuhnya pesawat Lion Air JT 610yang sampai sekarang sudah di-share 22,737 kali ini sempat menimbulkan kesalahpahaman. Selaku pembuat, Jayaning Hartami kemudian memberi klarifikasi.
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3680720/sajak-viral-mengharukan-yang-terinspirasi-dari-jatuhnya-pesawat-lion-air-jt-610-di-karawang
----------------------------
Naik pesawat terbang (apalagi maskapai yang mencemaskan safety-nya seperti Adam Air dulu itu), memang bisa membikin orang semakin merasa dekat dengan Allah. Mulutpun tak pernah putus berdoá dan berdzikir, apalagi menjelang take-off dan Landing, 2 kondisi yang sering menyebabkan kecelakaan pesawat terbang umumnya.
Tapi yang gua heran, banyak juga tuh penumpang yang tertawa-tawa dan iseng menggoda sang pramugari. Padahal pembatas tipis antara hidup dan mati kalau pesawat anda sudah terbang diatas 30.000 feet itu, hanya kaca tipis di jendela itulah!
Juga penumpang norak yang sedang asyik main-main HP (biasanya main game atau dengerin lagu).Mereka itu tak sadar kalau sinyal elektromagnetik yang dipancarkan HP yang sedang ''on'' itu bisa mengganggu sinyal penerbangan meski sudah di posisi 'mode penerbangan'. Jangan dikira dalam posisi HP milik anda sedang dalam ''mode penerbangan'' itu (apalagi hidup), tidak sedang memancarkan gelombang elektromagnetik. Tetap saja HP itu memancarkan gelombang elektromagnetiknya karena masih hidupnya tenaga listrik di dalam HP itu.
Bahayanya untuk pesawat canggih dan modern saat ini seperti pesawat B737 MAX8 milik Lion Air yang jatuh itu misalnya, sinyal elektronik untuk navigasi dan pengaturan mesin jet pesawat dari ruang Cockpit Pilot ke peralatan dalam pesawat itu, bisa saja tergangngu frequensinya sehingga bisa menyebabkan érror' karena 'perintahnya' kacau akibat 'jamming' gelombang elektromagnetik yang berasal dari HP atau peralatan elektronik sejenisnya di ruang penumpang. Ujung-0ujungnya berakibat fatal untuk pesawat yang sedang terbang itu.

31 Okt 2018, 10:30 WIB
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2396485/original/083671100_1540954682-1.jpg)
Viral, sajak ini gambarkan duka atas musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Karawang, Senin, 29 Oktober 2018, pagi. (dok. pexels.com/Asnida Riani)
Liputan6.com, Jakarta - Selimut duka atas jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin, 29 Oktober 2018, pagi, masih erat membebat. Di samping keluarga korban, dengan kadar sendu yang tentu berbeda, musibah ini juga jadi pukulan hebat bagi khalayak.
'Ekspansi' duka ini salah satunya bermuara di deretan aksara pembentuk sebuah sajak mengharukan karya Jayaning Hartami. Diunggah di laman Facebook pribadinya kemarin, Selasa, 30 Oktober 2018, barisan kata penggugah emosi ini viral. Berikut bunyi sajak yang dimaksud:
Pada kamu yang malam tadi berdebat dengan istri. Merasa lelah mendengar keluhannya yang tak henti. Membawa kesal itu dalam tidurmu, sehingga emosi belum reda pagi ini. Berpelukanlah sebelum pamit berangkat kerja nanti. Karena bisa jadi, inilah waktumu melihatnya terakhir kali.
Pada kamu yang akhir-akhir ini merasa hidup berat sekali. Kelelahan mengurus rumah sendiri, tumpuk setrikaan tanpa henti, kepusingan mengatur tagihan yang datang bertubi. Lalu diam-diam, kau rutuki karir suamimu yang tidak juga naik posisi.
Sambutlah ia ketika pulang nanti. Katakan betapa bersyukurnya memiliki suami yang senantiasa bekerja keras dan menjaga kehalalan gaji. Ucapkan terima kasih dengan tulus hati. Kau tidak pernah tahu. Bisa jadi untuk melakukannya esok, kau tak lagi punya waktu.
Pada kamu yang hari ini merasa pusing mendengar berisiknya anak di rumah. Padahal sepulang dari kantor mata rasanya hanya ingin terpejam dan badan butuh rebah. Lalu diam-diam, kau simpan itu menjadi emosi marah.
Tersenyumlah lebar buat mereka hari ini. Saat hendak pergi dan saat nanti pulang kembali. Luangkan waktu untuk menatap wajah mungil itu yang bercerita riang tentang hari-harinya padamu. Dengarkan intonasi suaranya. Rekam baik-baik binar mata dan ekspresi mereka. Karena sungguh bukan sebuah ketidakmungkinan, besok lusa tak ada lagi kesempatan.
Kebersamaan menahun seringkali membuat kita lebih mudah mendeteksi kekurangan daripada menemukan kebaikan. Lebih lancar memberi kritik daripada memberi apresiasi. Cenderung mengeluh dan lupa mensyukuri satu sama lain.
Padahal, kita tidak pernah tahu kapan kebersamaan ini akan berhenti. Bisa jadi hari ini. Bisa jadi besok. Bisa jadi sebentar lagi.
Hargai setiap momen yang kita punya saat ini. Minta maaf selagi bisa. Berterima kasih selagi masih ada waktu. Bercanda, berbincang, tertawa selagi kesempatan masih ada. Berpelukanlah. Selagi hangat tubuhnya masih bisa dirasa.
Yang di antaranya ada seorang ayah yang pagi kemarin baru saja pamit bekerja setelah menghabiskan weekend-nya untuk mengunjungi anak-istri yang tinggal di Jakarta. Melepas rindu setelah sepekan tak bertemu.
Ada juga seorang ibu yang semalam masih bercanda dengan putri kesayangannya. Menemaninya tidur. Lalu paginya berangkat untuk dinas luar kota. Bekerja. Menjemput pahala. Ada pula seorang lelaki yang baru menikah dua pekan. Kemarin pagi mengecup istrinya di bandara. Mesra. Sembari meminta doa. Sebelum terbang mencari nafkah pertamanya.
Kita betul-betul nggak pernah tahu. Bisa jadi salam yang kita berikan hari ini adalah salam terakhir buat orang orang tercinta. Lakukanlah selagi bisa.
Dengan untaian kata sedemikian rupa, sajak bentuk duka atas jatuhnya pesawat Lion Air JT 610yang sampai sekarang sudah di-share 22,737 kali ini sempat menimbulkan kesalahpahaman. Selaku pembuat, Jayaning Hartami kemudian memberi klarifikasi.
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3680720/sajak-viral-mengharukan-yang-terinspirasi-dari-jatuhnya-pesawat-lion-air-jt-610-di-karawang
----------------------------
Naik pesawat terbang (apalagi maskapai yang mencemaskan safety-nya seperti Adam Air dulu itu), memang bisa membikin orang semakin merasa dekat dengan Allah. Mulutpun tak pernah putus berdoá dan berdzikir, apalagi menjelang take-off dan Landing, 2 kondisi yang sering menyebabkan kecelakaan pesawat terbang umumnya.
Tapi yang gua heran, banyak juga tuh penumpang yang tertawa-tawa dan iseng menggoda sang pramugari. Padahal pembatas tipis antara hidup dan mati kalau pesawat anda sudah terbang diatas 30.000 feet itu, hanya kaca tipis di jendela itulah!
Juga penumpang norak yang sedang asyik main-main HP (biasanya main game atau dengerin lagu).Mereka itu tak sadar kalau sinyal elektromagnetik yang dipancarkan HP yang sedang ''on'' itu bisa mengganggu sinyal penerbangan meski sudah di posisi 'mode penerbangan'. Jangan dikira dalam posisi HP milik anda sedang dalam ''mode penerbangan'' itu (apalagi hidup), tidak sedang memancarkan gelombang elektromagnetik. Tetap saja HP itu memancarkan gelombang elektromagnetiknya karena masih hidupnya tenaga listrik di dalam HP itu.
Bahayanya untuk pesawat canggih dan modern saat ini seperti pesawat B737 MAX8 milik Lion Air yang jatuh itu misalnya, sinyal elektronik untuk navigasi dan pengaturan mesin jet pesawat dari ruang Cockpit Pilot ke peralatan dalam pesawat itu, bisa saja tergangngu frequensinya sehingga bisa menyebabkan érror' karena 'perintahnya' kacau akibat 'jamming' gelombang elektromagnetik yang berasal dari HP atau peralatan elektronik sejenisnya di ruang penumpang. Ujung-0ujungnya berakibat fatal untuk pesawat yang sedang terbang itu.

Diubah oleh madcabonger2018 04-11-2018 06:57
0
1.6K
8
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan