Namanya Dino, dia adalah sahabat karibku sejak kecil, cerita dimulai ketika dia mendapatkan kerja di Bank ternama di Jakarta. saat kami tahu dia diterima melalui telepon, kami bersujud syukur bersama, bagaimana tidak? dia sudah lama menjadi pengangguran di kerasnya kota jakarta dan di antara manisnya janji - janji pemimpin bangsa.

Minggu ke minggu berhasil Dino lewati, bulan ke bulan mulai terganti sampai sekarang hitungan tahun sudah di jejaki. sebenarnya Dino  orang yang tangguh, tetapi entah kenapa beberapa hari ini dia terlihat murung, sampai tiba kemarin saat kami duduk santai menikmati segelas kopi di pinggir sungai sebagai awal pembuka cerita..

"aku ingin mengajukan resign" katanya lirih.
"loh, memang kenapa? apa ada masalah serius?" tegasku.
"tidak, hanya saja aku jenuh, aku merasa diperlakukan tidak adil" sambil menyalakan sebatang rokok kretek dia menarik napas panjang.
"entahlah, apa ini hanya perasaanku saja? menurutmu, apa wajar aku melakukan semua pekerjaan diluar kewajibanku bekerja?"
"maksudmu bagaimana" jawabku singkat.
"coba kau bayangkan, pekerjaanku memang sebagai tenaga administrasi umum, bila dilihat memang tak ada artinya, tapi berperan penting, dengan begitu semua urusan administrasi di unitku bisa berjalan dengan baik, asal kau tahu saja, di unitku ada 8 orang termasuk aku. memang sih aku berkewajiban membantu mereka semua, tapi bagaimana mungkin bila hal sepele saja sampai hati menyuruhku tanpa melihat aku sedang repot dengan pekerjaanku sendiri, padahal hanya mengganti isi stapless yang bisa mereka lakukan sendiri! atau mengganti kertas dari a4 menjadi f4 mereka menyuruhku, dan banyak hal-hal kecil lainya yang sebenarnya bisa mereka kerjakan sendiri." dia masih melanjutkan ceritanya dengan nada sedikit meninggi, aku mulai memahami titik permasalahan yang Dino alami.

"baiklah mungkin itu terlalu naif, tapi kawan dengarlah, suatu saat ada kejadian dimana mereka bilang "bila pekerjaan administrasi saya lakukan, untuk apa ada tenaga administrasi disini?" oh well baiklah, lalu mereka menyerahkan pekerjaan mereka semua dan menggantungkannya ditanganku!" dia beranjak mengambil batu lalu melemparkannya ke sungai sambil berteriak, "LALU UNTUK APA ADA MEREKA!!"

sebenarnya ini sore yang indah, kami duduk di pinggir sungai dengan segelas kopi dan sebungkus rokok, namun hatinya penuh amarah seperti warna langit disore ini. memerah.
untuk saat ini aku hanya bisa terdiam. karena tepat sekali itu yang saat ini terjadi kepadaku. atau mungkin juga agan agan alami saat ini. pekerjaan yang seharusnya tidak kita kerjakan menjadi tanggung jawab kita, yang mana bila kita kerjakan yang mendapat penilaian baik adalah yang menyuruh kita mengerjakan hal tersebut, tapi apabila pekerjaan yang mereka berikan ke kita dan kita salah mengerjakannya, percayalah kita yang akan kena dampak buruknya, walaupun sebenarnya itu bukanlah kewajiban dari bagian pekerjaan kita.
tapi percayalah Gan, Sang Pencipta tak akan pernah tidur, Dia akan menilai kita. Justru hancurlah mereka yang bekerja selalu mengandalkan orang lain untuk kewajiban mereka sendiri. hancurlah mereka yang selalu menyuruh kita bekerja diluar kewajiban kita. hancurlah mereka yang selalu mengambil hasil pekerjaan kita yang terbaik walau itu bukan kewajiban kita. hancurlah mereka yang selalu menyalahi pekerjaan mereka sendiri dengan membebankan itu semua ke pundak kita.
percayalah bahwa ada saatnya mereka akan hancur. itu pasti.

pesan yang ane ambil adalah, bekerja merupakan ibadah, jadi anggaplah semua pekerjaan yang kita terima dapat menambah amal ibadah kita, bila kita mendapatkan pekerjaan lebih yang notabene bukan kewajiban kita, terima saja, ambil saja. itu tandanya agan orang yang bisa mereka andalkan. tanpa agan, mereka semua hancur.
dan Penciptamu juga akan memberi nilai tambah untuk dirimu, bukan saja selalu dengan materi, tapi ketenangan jiwa yang agan dapatkan yang mereka tidak dapatkan, ke cukupan dan kesehatan jiwa agan dapat berkembang.
abaikan saja mereka. yang akan hancur.