Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

trisyan96Avatar border
TS
trisyan96
Forbidden Website--EL DIABLO (Cerpen Gan !)
Quote:



Sesuatu dilarang karena ada sebabnya. Maka berhentilah bersikap penasaran karena akhirnya aku janjikan : hal itu dapat mendatangkan sesuatu yang buruk. Pesan ini akan ku teruskan, agar semua orang mengerti kenapa. Dulu aku memang orang yang tidak terlalu percaya dengan yang namanya mitos, legenda, cerita rakyat atau semacamnya. Bagiku hal seperti itu tidak logis, dan memang hanya karangan orang gila yang ingin menanamkan suatu yang tidak penting ke otak kita. Tapi semua itu berubah ketika aku melihat sendiri. Sesuatu yang tidak kupercaya. Itu benar-benar terjadi. Semuanya nyata.


Desember hampir menemui ajalnya. Namun musim dingin belum mau lepas meninggalkan Kota Toledo, tempat ku tinggal. Jelang liburan malam itu, tengah ku habiskan dengan bercakap dengan Diego, kekasihku. Tidak secara langsung, karena jarak yang memisahkan kami berdua. Ya, Diego tinggal 50 kilometer dari sini. Tepatnya di ibu kota, Madrid. Untuk menghemat waktu dan uang, jadi kami sering melakukan percakapan melalui webcam.
 

Sabtu malam yang istimewa meski udara dingin masih terasa. Berkat rekahan salju yang masih cukup rajin terjun dihalaman depan. Namun tak sedikitpun membuatku malas untuk mengambil handuk dan segera menenggelamkan diri di dalam kubangan sabun mandi dalam bathtub. Memoles diri dengan makeup terbaik, meski aku sendiri tak terlalu handal dalam menggunakannya.

Setelah siap aku pergi ke depan layar komputer. menyalakan webcam untuk berjumpa dengannya.
Tak lama, seorang pria berhidung bangir muncul di layar. Rambut pirangnya yang keriting, keluar sedikit dari topi hip-hopmerah yang dipakainya. tak butuh waktu lama sampai ia mulai tersenyum dan mulai menggombaliku.

hola querido,” ujar Diego sambil memiringkan kepalanya sedikit, sweater hitamnya kontras dengan bagian putih bertuliskan DC, terkilap menangkap cahaya dari monitor, “wow kau terlihat luar biasa seperti biasanya, apa karena dikamera mu itu ada fitur pencantik wajahnya, Lora ?”

“Berhenti bercanda Migo, aku memang selalu terlihat luar biasa.”

Diego tertawa sambil mengangguk-angguk, “Dan kau juga masih tetap percaya diri seperti biasanya Lora.”

“Tentu saja.”

Diego adalah seorang yang aktif di youtube. Tepatnya ia fokus mengenai dunia game. Hampir setiap minggu ia meng-upload video. Dan kemarin ia memberitahuku kalau hari ini akan membuat video lain. Memang bukan kencan seperti ini yang aku harapkan. Tapi lelaki itu bilang akan menarik jika nanti didalam videonya, dia memamerkan pacarnya. Dia mengistilahkannya akan jadi sesuatu yang increible—luar biasa. Sebenarnya aku sudah bilang pada Diego kalau aku tak ingin terlibat dengan pekerjaan video yang dia buat. Tapi kali ini, ia dengan gombalannya berhasil membuatku melakukan semua ini. Meski alasannya klise—sebagai kado natal untuknya.

“Jadi video apa yang ingin kau buat ? lebih baik kita cepat selesaikan.”

“Tepat ! Lora, kau pasti tidak sabar untuk berkencan denganku bukan ? oke, aku akan membuat video tentang game ini,” Diego kemudian memutar sedikit monitor ke arah kamera, menunjukkannya padaku. Tampilan halaman web berlatar serba hitam, dengan tulisan eldiablo.es berwarna merah terpampang besar dibagian tengah layar.

“Game horor berbasis web page, yang sedang ramai dibicarakan. Oh, dengarlah ini, Lora, suara backsound-nya,” Diego mendekatkan mic ke speaker disamping monitor.

Aku dapat mendengar lantunan nada tinggi piano yang cepat dan melengking. Dimainkan berulang-ulang, dan ku akui itu cukup mengerikan.

“Percaya atau tidak, menurut cerita yang kudengar, orang yang kalah dalam permainan ini...” Diego mendekatkan wajahnya ke depan webcam lalu melanjutkan kata-katanya dengan suara yang dibuat serak dan berat, “akan mati....”

Aku menertawainya, tentu saja aku tak percaya dengan omong kosong itu, “Lagi-lagi orang percaya dengan mitos bodoh, mana ada game yang bisa membunuh pemainnya.”

“Aku juga tidak percaya, lagi pula aku melakukan ini supaya subscribers ku semakin banyak,” jelas Diego yang sekarang sibuk menggerak-gerakan mouse, “tapi anehnya menurut rumor yang ku dengar, eldiablo hanya bisa diakses dari negara ini, lebih misterius lagi dia hanya bisa terbuka setelah pukul sepuluh hinggal dua belas malam.”

“hey-hey Lora lihat, ternyata ada beberapa aturan disini.”

Lelaki itu menarik cepat kursi yang didudukinya, mendekat ke arah monitor. Lalu ia kembali fokus ke layar monitor didepannya.

“Yang pertama, setiap pemain harus bermain sendirian, pastikan tempat dalam keadaan gelap, hidupkan webcam anda—”

Aku mendengus ke arah lelaki itu, “konyol sekali, kurasa anak kecilpun tahu kalau kau sedang dibodoh-bodohi, Migo.”

Diego tidak menghiraukanku, ia melanjutkan membaca peraturan selanjutnya, “Pemain yang meninggalkan ruangan akan dinyatakan kalah, dan...hey aturan terakhir ini malah lebih aneh, Lora.”

Aku menatap tampilan di layar monitor Diego perlahan bergerak turun, menampilkan tulisan yang membuat mataku membulat heran.

“Goreskan bukti darah ke layar monitor ? apa maksudnya mungkin masukkan golongan darah mu ?”
Diego menggeleng cepat, “Tidak mungkin Lora, disini jelas perintahnya untuk menggoreskan darah. Sebentar biar ku coba.”

“Kau benar-benar gila jika menuruti peraturan yang sudah jelas membodohi ini.”

Diego menghilang dari layar, sepertinya ia pergi mengambil sesuatu. Aku sebenarnya mulai heran dengan permainan ini, tapi tetap saja. Ini membuang-buang waktu kencan kami. Tak lama Diego datang muncul kembali. Lalu menunjukkan ujung jempolnya yang mengeluarkan sepercik darah.

“Baik, kita lihat apa ini berhasil,”  lelaki itu kemudian menggiring jempolnya ke layar monitor dan menempelkan sejenak. Noda darah mengotori layar. Aku menatap monitor itu, menunggu yang terjadi. Tapi tentu saja, tak ada yang berubah. Tentu saja Diego terlalu bodoh karena mengaggap serius hal seperti ini.

“Lihat, ini semua hanya omong kosong, Diego,” teriakku kesal.

“Ah, mungkin karena aku belum mematikan lampunya,” ia kemudian berdiri kembali. Tak lama gambar dilayar monitorku menjadi gelap, sampai Diego menghidupkan nightmode yang ada di kameranya. Wajah Diego jadi terlihat putih, matanya berkilat seperti mata kucing. Begitu lelaki bertopi itu duduk, ia terperanjat sekejap. Mulutnya terbuka beberapa saat, bahkan sepertinya ia tidak menghiraukan panggilanku. Diego menggeleng cepat, lalu bergerak menunjukkan sesuatu dilayar monitornya.

Aku pun ikut tersentak begitu melihat layar monitor Diego, noda darah yang tadi menempel disana telah lenyap. Dan itu benar-benar lenyap, tanpa sisa sedikitpun. Dengan kesal aku berteriak ke pada lelaki itu.

“Pasti itu kau kan yang melakukannya ? kau ingin menakut-nakuti aku ya, Migo ?”


“Aku bersumpah tidak melakukannya, bagaimana mungkin aku melakukan hal itu disaat yang bersamaan aku juga mematikan lampu yang berjarak lima kaki dari tempat ku duduk Lora ?”


Aku baru akan membuka mulut, namun dia langsung memotong dengan nada suara tak sabar.


“Lora lihat,” layar monitor ku pun bergerak mengikuti jarinya.


Layar monitor menunjukkan tulisan stage 1, tanda permainan telah dimulai. Tapi hal yang membuat jantungku berdebar lebih cepat adalah tulisan yang berada di pojok kanan atas layar yang bertuliskan nama pemain. Tertulis Diego Da Santos: nama asli pacarku. Bagaimana mungkin disana bisa langsung tertulis nama asli Diego padahal sejak awal tadi aku tidak melihat Diego mengisi form nama atau membuat akun dan semacamnya. Jadi seharusnya mustahil nama Diego bisa muncul secara tiba-tiba disana, ini bukan kebetulan. Aku memandangi sudut layar lain, diujung kiri layar, sebuah tengkorak yang menganga muncul. Dibagian dalam mulutnya terlihat waktu countdown bertuliskan dead clock—jam kematian yang semakin berkurang. Dan sepertinya hitung mundur akan habis tepat pukul dua belas nanti. Diego masih memiliki banyak waktu.


Diego berteriak semangat, sambil mengangguk-anggukan kepalanya, “Baiklah Lora, kita mulai permainan ini.”

“Hentikan Migo, perasaanku tidak enak,”

“Oh ayolah Lora, kau sendiri yang bilang bukan kalau ini hanya permainan bodoh ? lagipula jika aku tidak menyelesaiakan permainan ini sampai waktu berakhir maka harusnya aku akan mati.”

“Mungkin ada kesempatan kalau kau berhenti sekarang.”


Diego mengangkat telunjuk ke depan bibirnya sambil berdesis pelan, “Tenanglah Lora, aku akan baik-baik saja.”

***

Quote:




Diubah oleh trisyan96 20-10-2018 15:31
anasabila
anasabila memberi reputasi
2
1.6K
11
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan