Kaskus

News

madcabonger2018Avatar border
TS
madcabonger2018
Hasil Halaqah, Pendiri NU Tegaskan Netral di Pilpres 2019 ...
Hasil Halaqah, Pendiri NU Tegaskan Netral di Pilpres 2019
Kamis, 25 Okt 2018, 18:54 WIB

Hasil Halaqah, Pendiri NU Tegaskan Netral di Pilpres 2019 ...
FOTO ANTARA/Eric Ireng

DZURRIYAH atau keturunan para pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan sejumlah ulama menggelar halaqah di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Rabu (24/10) kemarin. Ada tiga keputusan penting yang ditelurkan dalam halaqah tersebut.

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Sholahudin Wahid (Gus Sholah) mengatakan keputusan pertama yang dihasilkan, yaitu meminta NU tetap tegak di atas khitah 1926 seperti yang telah diputuskan pada Muktamar ke-26 tahun 1979 dan dipertegas dalam Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada 1984. Kedua, NU tidak terlibat dalam politik praktis, politik kepartaian maupun perebutan kekuasaan.

“Organisasi NU tidak berafiliasi kepada Capres mana pun dalam Pilpres 2019,” ujar Gus Sholah saat dihubungi, Kamis (25/10).
Sedangkan putusan ketiga, warga NU bebas menentukan pilihan politik sesuai hati nurani masing-masing. Selain tiga poin itu, Gus Sholah menegaskan bukan hasil keputusan pertemuan dari tokoh yang hadir.

Hal itu sekaligus menjawab, beredarnya pesan di grup whatsapp yang mengatasnamakan Komunitas Garis Lurus yang menyatakan sikap dari pertemuan para tokoh NU tersebut.

Salah satu poin menyebut adanya dukungan ke pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dalam pernyataan itu tertanda atas nama Luthfi Bashori. “Itu pendapat dia (Luthfi Bashori) pribadi. Yang hadir sepakat dengan pernyataan yang tiga poin,” pungkasnya. 
http://mediaindonesia.com/read/detai...pres-2019.html

Ulama Terpolarisasi di Pilpres, NU Jatim Netral
Senin, 5 Mei 2014 19:26 WIB
 
Hasil Halaqah, Pendiri NU Tegaskan Netral di Pilpres 2019 ...
Calon Presiden dari Partai PDIP, Jokowi Widodo bertemu dengan pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, KH Salahudin Wahid (Gus Solah), di Jombang, Jawa Timur, (3/5) Malam. Tempo/ISHOMUDDIN

TEMPO.CO, Surabaya - Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur Soleh Hayat mempersilakan bila para kiai sepuh NU punya afiliasi politik sendiri pada pemilu presiden 9 Juli mendatang. 

Soleh tidak memungkiri bahwa saat ini para ulama kultural NU telah terpolarisasi ke kubu calon presiden tertentu. Misalnya pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, KH Nawawi Abdul Djalil, yang condong ke Prabowo Subianto. (Baca: Kiai Sepuh NU Condong Duet Prabowo-Mahfud Md.)

Begitu pula dengan para ulama NU di Kediri, seperti pengasuh Pesantren Lirboyo KH Idris Marzuki, pengasuh Pesantren Al-Amien KH Anwar Iskandar, pengasuh Pesantren Al-Falah KH Zainudin Jazuli, dan lain-lain. Adapun KH Salahuddin Wahid dari Pesantren Tebuireng serta KH Aziz Mansyur dari Pesantren Tarbiyatun Nasiin, Jombang, cenderung mendukung Joko Widodo alias Jokowi.

Menurut Sholeh, NU tidak dapat membatasi sikap para ulama kultural yang telah kenyang pengalaman. Namun ia mengimbau bagi warga Nahdliyin yang mendukung calon presiden, baik Prabowo maupun Jokowi, hendaknya tidak mengatasnamakan NU. "Dukungan politik itu hak masing-masing individu, tapi jangan membawa-bawa organisasi," kata Soleh, Senin, 5 Mei 2014.

Secara lembaga, kata Soleh, sikap NU sudah jelas, yakni netral dan mengayomi semua pihak. NU juga tidak mengeluarkan sikap politik bernada dukung-mendukung calon tertentu, meskipun hanya samar-samar. "Sebab ranah politik NU bukan politik praktis, tapi politik kebangsaan," kata dia.

Dengan jumlah pengikut mayoritas di Jawa Timur, Soleh paham bahwa NU merupakan organisasi kemasyarakatan yang selalu diperebutkan capres dari pemilu ke pemilu. Ulama pengasuh pondok yang memiliki santri ribuan juga selalu diperhitungkan untuk mendulang suara.

Namun dalam urusan politik, kata Soleh, tidak semua santri mau menuruti perintah kiainya. "Santri itu ya macam-macam. Ada santri yang mau nurut disuruh nyoblos capres ini, tapi banyak pula yang menolak," kata Soleh.

Pengamat politik dari Universitas Airlangga Surabaya Haryadi menilai, kiai NU pengasuh pesantren besar yang setara akan terfragmentasi orientasi politiknya dalam pilpres 2014, merupakan hal yang nyaris niscaya.

Fragmentasi kiai-kiai dan pesantren NU dalam pilpres dikatakan niscaya, kata Haryadi, sebab telah berkembang sebagai mekanisme survival ekonomi NU dalam konteks pilpres. "Mustahil membayangkan kiai dan pesantren NU solid hanya dukung satu capres," ujar Haryadi.
https://nasional.tempo.co/read/57559...l/full&view=ok

--------------------------------------------------

Dengan netralnya sikap Ulama Sepuh NU (terutama di Jawa Tmur, basis utama massa NU), maka otomatis sulit bagi Jokowi dan Ma'ruf Amin bisa merebut kantong suara NU terbesar di pulau jawa itu. Apalagi Ma'ruf Amin  meski masih Kyai NU, latar belakangnya  bukan  berasal dari sesepuh Kyai NU asal Jawa Timur itu. Kayaknya kasus Jokowi dan Ma'ruf ini akan sama seperti kasus pasangan pilpres 2004 lalu, ketika Megawati berpasangan dengan KH Hasyim Muzadi, Kyai NU yang saat itu menjabat Ketua PBNU (tapi bukan dari kalangan 'darah biru' KH Hasyim Ashari, embahnya Gus Dur) ... mereka kalah telak dari pasangan SBY-JK waktu itu.

[size={defaultattr}]emoticon-Ultah[/size]
Diubah oleh madcabonger2018 26-10-2018 08:59
0
1.3K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan