Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.




Indonesia, negeri yang dahulu terkenal dengan keramahtamahan masyarakatnya, kini dengan sekejap berubah menjadi negara yang warganya individualistis. Lihatlah saja di tempat - tempat umum, masihkah ada orang yang mengobrol layaknya dulu? Ataukah mereka sekarang justru sibuk dengan gawainya masing - masing?

Ya, semenjak perkembangan teknologi di dunia yang begitu pesat dan pada akhirnya dampaknya sampai ke Indonesia, masyarakat kita pun ikut berubah. Jika dulu lebih banyak bersosialisasi, maka kini lebih banyak bermain dengan gawainya masing - masing. Mereka lebih tertarik menyimak konten - konten yang sedang ramai dan viral di internet ketimbang mengobrol dengan orang lain. Bahkan bisa jadi mereka justru menjadi bagian dari konten "viral" itu sendiri.


Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan gudangnya konten viral. Apapun bisa menjadi viral. Ada yang aneh jadi viral, ada yang alayjadi viral, apapun itu bisa berpotensi menjadi viral, terlebih untuk konten - konten yang nyeleneh. Saking mudahnya sesuatu menjadi viral hingga ada istilah "dikit - dikit viral". Belum lagi segala sesuatu yang sedang hits di luar sana, pasti akan cepat viral di dalam negeri. Kenapa bisa begitu? Apakah ini adalah efek samping dari kemajuan jaman yang begitu cepat sehingga masyarakat kita gagap?

Lalu apa sih sebenarnya makna dari "viral" itu? Jika di terjemahkan secara bebas, viral dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menyebar luas dan cepat. Kenapa diterjemahkan secara bebas? Karena di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sendiri kata ini belum masuk dalam daftar kata yang ada terjemahannya.

Disadari ataupun tidak, banyak sekali konten - konten viral yang sebenarnya tidak penting dan cenderung "bodoh". Misalnya saja seperti yang akhir - akhir ini sedang booming dan viral, yaitu "greget challenge" yang nggak ada greget - gregetnya atau "falling stars challenge, tantangan melakukan pose terjatuh dari mobil yang jelas tidak ada faedahnya.


Selain trend yang sedang hits, informasi hoax juga dengan mudah menjadi viral. Ini terjadi karena masyarakat kita terlalu mudah meneruskan berita yang ia dapat tanpa terlebih dahulu memverifikasi kebenarannya. Bahkan akhir - akhir ini menjelang pemilu berlangsung, banyak pihak menebar berita bohong demi kepentingan golongannya. Informasi hoax Ratna Sarumpaet misalnya. Meski banyak yang membantah dan menyatakan bahwa hal ini tidak terkait politik, nyatanya sebelum kebenaran akan kebohongan Ratna terungkap, banyak pihak yang berupaya menarik kasus ini ke ranah politik.


Tak hanya itu, negeri ini juga di hadapkan pada kenyataan bahwa kebanyakan masyarakat kita ini bermental inlander, merasa rendah diri dan memandang bangsa lain lebih baik dari kita. Efeknya apa? Kita akan menjadi overproud di kala Indonesia mampu "sedikit" berbicara di kancah internasional. Ketika orang barat berbicara menggunakan sedikit bahasa Indonesia di forum internasional maka kita akan merasa senang bukan kepalang, seolah mereka sudah mengangkat martabat kita. Di saat aktor Indonesia menjadi figuran di film Hollywood, kita merasa seolah aktor kita adalah pemeran utama film tersebut, dan seterusnya.

Kebanggan itu bukan sesuatu yang salah. Sudah selayaknya kita bangga menjadi bagian dari negeri ini. Namun yang mesti dipahami adalah bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Meski kita adalah negara berkembang, bukan berarti kita tidak lebih baik dari pada mereka. Begitu pula dalam menyebarkan berita. Alangkah baiknya kita menyaring terlebih dahulu sebelum mensharing segala informasi yang datang ke kita.






Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Opini Pribadi TS
Sumur Gambar : Om Google