Ilustrasi Kader PKS Mundur Via Tribunnews
 
Sumber.com - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) seperti tak kunjung usai didera konflik internal. Sebelumnya, Fahri Hamzah dan Presiden PKS Sohibul Iman berseteru yang menyebabkan Fahri dipecat, lalu Wakil Ketua DPR itu melaporkan Sohibul ke polisi atas dugaan pencemaran nama baik.
 
Belakangan sejumlah kader di sejumlah daerah memutuskan beramai-ramai mundur dari kepengurusan. Kisruh ini kembali menarik perhatian. peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ikrama Masloman menyayangkan hal tersebut terjadi di PKS. Mengingat, PKS sendiri merupakan salah satu partai politik (parpol) pengusung pasangan nomor urut dua, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai capres dan cawapres di Pilpres 2019.
 
PKS bergabung bersama Partai Amanat Nasional (PAN), Demokrat dalam koalisi Gerindra. Menurut Denny perpecahan PKS itu akan berpengaruh tehadap koalisi.
 
"Saya kira itu sayang betul ya. Efek perpecahan apa ya.. Saya pikir karena perpecahan untuk mengurangi dukungan dengan Pak Prabowo sangat fatal ya. Karena, tentu kalau yang berpecah itu tentu friksi ke kelompok sebelah ya. Dan tentu juga tidak akan diterima baik oleh kelompok disebelahnya," kata Ikram di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (23/10/2018).
 
Denny menambahkan bahwa PKS sebetulnya memiliki kader yang kuat, perpecahan akan memberikan efek yang sangat fatal hingga ke akar rumput.
 
"Seharusnya PKS nyaman ya di kubu Pak Prabowo. Dan saya pikir efeknya akan fatal. Karena PKS percaya atau tidak, dia adalah partai yang memiliki jangkar kader yang kuat. Sehingga tentunya kalau ada perpecahan itu bisa di akar rumput," tambahnya.
 
Dia juga mengatakan bahwa friksi di PKS terjadi karena adanya konflik kepentingan. Namun dia tidak bisa memastikan friksi seperti apa, apakah soal perebutan kekuasaan internal atau PKS sudah merasa tidak nyaman dalam koalisi.
 
"Apakah kepentingan itu untuk memperebutkan kekuasaan di internal saja ataukah ada keinginan orang di internal yang tidak nyaman dengan Pak Prabowo dan Pak Sandi dan memilih memberikan dukungan kepada Pak Jokowi, saya belum tahu secara detail apakah memang seperti itu," pungkasnya.

https://www.sumber.com/hukum-politik...andi-rugi.html