Kaskus

News

madcabonger2018Avatar border
TS
madcabonger2018
Utang Lagi, Kesannya Negara Kita Miskin Banget
Utang Lagi, Kesannya Negara Kita Miskin Banget
 SELASA, 16 OKTOBER 2018 , 11:51:00 WIB


Utang Lagi, Kesannya Negara Kita Miskin Banget
Iskan Qolba Lubis/Net

RMOL. Pemerintah Indonesia diminta mengkaji ulang tawaran Bank Dunia untuk memberi pinjaman 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 15 triliun dalam rangka mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi bencana di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah.

"Saya kurang setuju. Sebaiknya dikaji ulang," kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Iskan Qolba Lubis saat dihubungi redaksi, Selasa (16/10).

Menurut politisi PKS ini, pemerintah tidak boleh buru-buru berutang. Pasalnya, masih banyak skema lain yang dapat dilakukan dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.

Apalagi lanjut Iskan, utang ke Bank Dunia sama halnya IMF, lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya.

"Pasti bunganya besar, pemberi utang juga akan intervensi. Banyak negara hancur karena utang Bank Dunia dan IMF," sebutnya.


Ketimbang ke Bank Dunia dan IMF, kalau memang Indonesia mau utang, sebaiknya ke Islamic Development Bank (Bank Pembangunan Islam) saja.

"Atau jangan utang dulu, jadikan ini sebagai bencana nasional biar anggarannya besar. Atau, bisa saja kita ambil dari dana haji yang mencapai Rp 117 triliun. Ini buru-buru utang, kesannya negara kita miskin banget," demikian Iskan
https://politik.rmol.co/read/2018/10/16/362120/Utang-Lagi,-Kesannya-Negara-Kita-Miskin-Banget-

Sri Mulyani SPG IMF, dan indikasi IMF di Balik Sri Mulyani
Selasa, 8 May 2018 - 10:13

Utang Lagi, Kesannya Negara Kita Miskin Banget

KONFRONTASI- Bayi pribumi dan WNI lahir di Indonesia langsung menanggung utang Rp13 juta. Pernyataan Menkeu Sri Mulyani pada kuliah umum di kampus STAN (17/4/2017) tentang 1 orang Indonesia menanggung utang negara masing-masing sebesar 13 juta rupiah sungguh mencengangkan. Bagaimana mungkin negara begitu mudahnya mengatakan bahwa rakyatnyalah yang harus menanggung beban utang negara. Terlihat jelas bagaimana kapasitas seorang Menkeu yang katanya wanita berprestasi se Asia dengan segudang pengalamannya yang mentereng, tidak mampu mengatasi persoalan ekonomi dan hanya membebani rakyat dengan pernyataannya yang begitu menohok.[/font]

Utang Lagi, Kesannya Negara Kita Miskin Banget

Mengutip pernyataannya bahwa jumlah rasio utang Indonesia saat ini sebesar 27 persendari Gross Domestic Product (GDP) yang sekitar 13.000 trilyun rupiah, maka setiap masyarakat Indonesia memiliki utang sebesar 997 USD atau 13 juta rupiah perkepala. Ditambah lagi menurutnya, bahwa utang sebesar 997 USD atau 13 juta rupiah perkepala itu tentu tidak begitu membebani rakyat Indonesia yang populasinya sebagian besar adalah golongan produktif atau usia kurang dari 30 tahun. Pantaskah pernyataan ini dilontarkan seorang Menkeu dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa?
Utang Lagi, Kesannya Negara Kita Miskin Banget
Dengan makin meningkatnya Utang negara tiap tahun seharusnya Menkeu Sri Mulyani punya cara yang lebih brilian dalam mengurangi utang negara daripada melontarkan retorika tidak bermutu dan malah menyakiti rakyat Indonesia. Pernyataannya tersebut mengindikasikan bentuk pembelaan diri akibat ketidakmampuannya mengatasi lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.


Tanpa disadari dari makin bertambahnya utang negara diakibatkan karena prinsip gali lobang tutup lobang. Dimana untuk membayar utang yang ada, Negara harus mengutang lagi untuk membayar utangnya, ditambah lagi dengan bunga yang lumayan tinggi. Tidak adanya langkah-langkah atau kebijakan yang terarah, membuat negara makin merasa nyaman dengan prinsip ngutang daripada membuat aturan atau kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan negara. Ditambah lagi dengan maraknya korupsi diberbagai sektor membuat negara ini makin limbung perekonomiannya. Sehingga APBN tiap tahun makin terbebani dengan adanya utang yang terus meningkat.


Yang lebih menyedihkan adalah pembayaran bunga utang telah mencapai 221,2 trilyun rupiah pada tahun 2017 ini. Artinya telah terjadi kenaikan 15,8 persen dari target APBNP 2016 sebesar 191,2 trilyun rupiah. Jumlah itu setara dengan 40 persen alokasi belanja non Kementerian/Lembaga.


Hal ini sangat memprihatinkan melihat bagaimana cara-cara Sri Mulyani mengelola keuangan negara, terkesan seperti sudah kehilangan akal dalam menyehatkan keuangan negara selain dengan jalan menumpuk utang. Kemenkeu yang dipimpin Sri Mulyani terlihat kurang kredibel dalam mengelola keuangan negara selama dia menjabat selama ini. Hampir setiap persoalan direspon dengan kebijakan menambah utang baru, seperti gali lubang untuk menutup lubang.


Kecanduan akan utang ini bukanlah hal yang baru bagi Sri Mulyani. Jabatan menkeu yang selalu ia sandang mulai dari era SBY sampai dipercaya lagi oleh Pemerintahan Jokowi tak pernah lepas dari ketergantungannya akan utang. Di awal pertama ia menjabat sebagai Menkeu pada 2005 sampai awal 2010, lonjakan utang negara begitu meningkat drastis dibandingkan jejak utang negara yang ditinggalkan mantan presiden megawati sebelumnya. Ketergantungannya akan utang disinyalir karena kedekatannya dengan IMF dan Bank Dunia yang selama ini menjadi kreditur terbesar dalam pemberi utang untuk Indonesia.


Terlihat bagaimana dari tahun 2002 hingga 2004 Sri Mulyani pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif IMF mewakili 12 negara Asia Tenggara. Kedekatannya dengan Bank Dunia pula yang membuat dirinya terselamatkan dari kejaran kasus Mega Korupsi Bank Century yang merugikan negara hampir 6,7 trilyun rupiah dan menjadikan dirinya sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia pada 2010. 


Hal lain yang mengindikasikan kedekatannya dengan Bank Dunia adalah pinjaman terhadap proyek PINTAR (Project for Indonesia Tax Administration Reform) sebesar 145 juta USD, dimana 128 juta USD diperoleh dari pinjaman atau utang dari Bank Dunia dan 17 juta USD dari APBN sebagai alokasi dana cadangan. 

Namun hingga kini proyek PINTAR tersebut tidak jelas prosesnya sampai saat ini. Kemungkinan tidak berjalannya proyek ini diakibatkan tersandungnya Sri Mulyani dalam kasus Bank Century sehingga demi menyelamatkan dirinya Bank Dunia menariknya untuk diberi jabatan sebagai Direktur Pelaksana pada tahun 2010.

Kedekatan dengan kedua kreditur terbesar utang inilah yang membuat kebijakan Sri Mulyani selalu mengandalkan utang dalam memperbaiki pertumbuhan ekonomi Indonesia. Alih-alih bukannya malah bertambah baik malah membuat pertumbuhan ekonomi kita makin statis dan menjadi beban bagi rakyat Indonesia.


Dari gambaran diatas rakyat jangan terlalu berharap tercapainya program-program kesejahteraan atau tumbuhnya perekonomian yang riil jika cara-cara tersebut masih dipraktekkan dalam mengelola keuangan negara. Pendapatan negara akan habis hanya untuk membayar utang-utang yang tiap tahun makin meningkat dan menumpuk.


Inilah saatnya Presiden Jokowi harus mengambil tindakan yang sangat efektif. Dengan mengevaluasi kembali tim ekonomi nya terutama Sri Mulyani sebagai Menkeu yang kerap melahirkan kebijakan-kebijakan yang tidak menguntungkan serta kerap melontarkan pernyataan-pernyataan yang kontroversial. 


Kedekatannya dengan Bank Dunia dan IMF membuat bangsa ini tidak bisa lepas dari cengkraman kedua kreditur tersebut. Kita sangat paham bagaimana Bank Dunia dan IMF dengan intrik-intriknya mencengkram dan menjerat bangsa ini dengan berbagai MoU, policy maupun perjanjian-perjanjian yang sangat tidak menguntungkan. 

Bagaimana bangsa ini dipermainkan mereka dengan cara-cara yang brutal selama beberapa puluh tahun agar bangsa ini bergantung kepada mereka. Kepentingan mereka terhadap bangsa ini membuat kita tidak bisa lepas dari utang hingga menyebabkan kemiskinan bangsa ini akan terus berlanjut sampai tujuh turunan.

Nama besar Bank Dunia dan IMF bukanlah jaminan bahwa Sri Mulyani pantas dibanggakan atau dianggap jenius dalam mengelola keuangan negara. Lihatlah China, Jepang, Singapura yang perekonomiannya maju, bahkan Vietnam dan Filipina yang pertumbuhannya cukup bagus dibandingkan Indonesia, Menkeu nya tidak begitu banyak disorot atau diganjar berbagai penghargaan dunia namun justru kinerjanya mampu mengangkat derajat negaranya. 


Mereka bekerja tanpa pamrih untuk rakyat dan negaranya dan hasilnya saat ini adalah pertumbuhan ekonomi mereka sudah diatas rata-rata. Berbeda hal nya dengan Sri Mulyani, anak emas Bank Dunia, dengan CV nya yang mentereng dan di back up penuh media, dirinya tidak mampu berbuat banyak terhadap bangsa ini sebagai Menkeu. Kebijakan yang tak terarah hingga retorika tak bermutu kerap melekat pada dirinya. 

Cukup wajar dirinya dicoret dalam kabinet jika nanti terjadi reshuffle. Masih banyak orang-orang atau ekonom Indonesia yang mempunyai kapabilitas dan integritas yang tinggi dalam mengadopsi sistem perekonomian Indonesia yang berbasis kerakyatan sesuai NAWACITA Presiden Jokowi.

Bangsa ini tidak perlu seseorang yang mempunyai kedekatan bahkan seorang agen Neolib yang terus mengintimidasi perekonomian kita dengan berbagai kepentingan dan pinjaman yang terus membuai kita. Saat ini yang dibutuhkan oleh bangsa ini adalah tokoh yang mampu membangun perekonomian kerakyatan dan berkeadilan sosial sesuai NAWACITA, dan bukan seseorang yang menjadikan bangsa ini kacung di negeri sendiri yang kaya raya ini.

http://www.konfrontasi.com/content/e...ik-sri-mulyani

-----------------------

Lhaaa bisanya cuman ngutang, terus karepe piye?
Kalo nggak ngutang dengan cara jualan SUN, yaa utang  Negara atawa Swasta asing ... ke Chino, yaa ke Barat!
Dobel!

emoticon-Ngakak
Diubah oleh madcabonger2018 16-10-2018 13:16
-2
2K
28
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan