- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Fakta W. R Soepratman: "Pahlawan yang Berjuang Lewat Musik dan Jurnalistik"


TS
djostie19
Fakta W. R Soepratman: "Pahlawan yang Berjuang Lewat Musik dan Jurnalistik"




Quote:
Thread ini awalnya adalah thread yang ane post di Forum Tokoh & Pahlawan Indonesia. Berhubung disitu sepi dan menurut ane informasi ini bermanfaat, jadi ane pindahin ke Lounge aja yak.
Quote:
Banyak orang sangat familiar dengan tokoh-tokoh perjuangan Indonesia. Siapa yang tidak tahu Soekarno-Hatta? atau Pangeran Diponegoro? atau Panglima Besar Soedirman? Tapi, kalau ane tanya "Apakah agan2 dan sista2 disini tahu sejarah tentang W. R Supratman atau Wage Rudolf Soepratman sebagai pencipta Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya"? Mengapa terdapat nama "Rudolf" yang terkesan "bule" dan "tidak familiar" sebagai nama orang jawa pada umumnya? Berikut adalah fakta-fakta tentang beliau. Cekibrot!

1. Bukan dilahirkan pada 9 Maret 1903
Quote:

Tanggal 9 Maret diperingati sebagai Hari Musik Nasional, yang mana tanggal tersebut diambil dari tanggal kelahiran W.R. Soepratman (9 Maret 1903). Namun ternyata tanggal lahir W.R Soepratman yang sebenarnya adalah 19 Maret 1903. Hal itu diperkuat dengan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo da keterangan keluarga beliau
2. Tidak dilahirkan di Jatinegara
Quote:

Banyak sumber referensi menyatakan bahwa beliau dilahirkan di Meester Comelis(sekarang Jatinegara, Jakarta). Padahal sebenarnya beliau dilahirkan di Dusun Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah (sesuai dengan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo & keterangan keluarga beliau). Beliau lahir dari ayah prajurit bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan ibu bernama Siti Senen. Saat Soepratman lahir, ayahnya memang bertugas di Jatinegara sebagai prajurit KNIL. Djoemeno yang saat itu berkewajiban membuat Gebborte Acte (Akte kelahiran jaman Belanda), lebih memilih menuliskan "Meester Comelis" sebagai tempat kelahiran Soepratman karena memang biasanya para anggota KNIL pribumi yang anaknya lahir di desa, dalam keterangan lahirnya ditulis sesuai dengan tempat dinas ayahnya. Barangkali karena alasan praktis atau alasan pribadi yang lain
3. Satu-satunya anak laki-laki yang hidup
Quote:

Djoemono Senen dan Siti Senen melahirkan anak pertamanya yaitu Rukiyem Supratiyah, kemudian lahir anak kedua bernama Slamet. Namun kemudian Slamet meninggal dunia. Selanjutnya lahirlah anak ketiga bernama Rukinah Supratinahdan anak keempat, yaitu seorang anak laki-laki yang diberi nama Rebo (yang namanya diambil dari hari kelahirannya di hari Rabu). Namun nasib malang kembali menghampiri keluarga Djoemeno, Rebo akhirnya meninggal dunia. Setelah itu lahirlah anak ke-5 bernama Ngadini Supratini. Pada tahun 1902, Djoemeno memiliki anak lagi bernama Sarah (anak ke-6). Ketika tahun 1903, Siti Senen mengandung lagi, ia sangat berharap memperoleh anak laki-laki. Ia juga sangat berharap bisa melahirkan di tempat kelahirannya Dusun Trembelang (FYI saat itu mereka hidup di Jatinegara). Lalu akhirnya doa itu terjawab dengan lahirnya anak laki-laki yang diberi nama Wage Soepratman pada 19 Maret 1903. Setelah itu sebetulnya ia memiliki adik perempuan yang bernama Giyem Supratinah
4. Orang pribumi, namun bernama Rudolf
Quote:

Soepratman sebetulnya terlahir dengan nama Wage Soepratman. Nama Wage diambil dari pasaran weton jawa saat ia dilahirkan (pasaran Wage), kemudian setelah ibunya kembali ke Jatinegara, ayahnya Djoemeno menambahkan nama Soepratman dibelakang nama Wage. Lalu darimana nama Rudolf berasal? Sesaat setelah ibu kandungnya meninggal dunia, Soepratman memutuskan untuk ikut kakaknya (Rukiyem) ke Makassar. Saat itu Rukiyem mengikuti tugas suaminya seorang serdadu Belanda bernama WM Van Eldik. Ia sengaja memberi nama itu agar sang adik dapat bersekolah di Europese Lagere School (ELS) yang cuma menerima orang Eropa dan Belanda. Dengan nama itu diharapkan juga dia mendapat perlakuan yang sama dengan murid Belanda lainnya. Saat itu Rukiyem dan van Eldik pura-pura mengangkat Soepratman sebagai anak dan memberikan nama tengah "Rudolf". Walaupun ternyata kemudian rahasia ini terbongkar dan Wage akhirnya harus melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah Melayu.
5. Belajar Biola dari van Eldik dan membuat Group Musik
Quote:

Kalau ditanya, siapakah orang paling berjasa yang mengajarkan Soepratman bermain biola, jawabannya adalah kakak iparnya, van Eldik dan atas dukungan kakak pertamanya Rukiyem. Saat menginjak usia 17 tahun, WR Soepratman dan kakak iparnya membentuk band yang diberi nama Black-White Jazz Band di Makassar. Nama Black-White diambil karena grup musik itu beranggotakan orang-orang Belanda (kulit putih) dan Pribumi (kulit hitam/ sawo matang). Dan tanpa diduga sebelumnya, band beraliran jazz ini sering sekali diundang untuk mengisi acara perayaan-perayaan di daerah Makassar.
6. Bukan hanya sebagai musisi, beliau juga seorang Jurnalis & Guru hebat
Quote:

Mungkin belum banyak yang tahu juga kalau sebenarnya karir professional nya dimulai saat beliau menjadi guru di Sekolah Rakyat di Makassar. Setelahnya, ketika beliau hijrah ke Pulau Jawa, beliau melanjutkan karirnya sebagai jurnalis, yaitu di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita (Bandung). Setelahnya ia membuat Kantor Berita bersama Harun Harahap yang dinamai "Alpena", singkatan dari Algemene Pets Niews Agency. Namun karena kesulitan finansial akhirnya "Alpena" harus tutup. Setelah itu ia menjadi jurnalis untuk salah satu Kantor Berita terkenal yaitu Sin Po.
7. Berjuang Lewat Musik
Quote:

Wage Rudolf Soepratman yang memang berjiwa seni kembali bangkit dari dunianya yang lain. Ia memberi kontribusi pada kemerdekaan melalui karya musik. Beliau menciptakan banyak lagu bernuansa persatuan. Lagu pertama yang berhasil diselesaikannya sekarang dikenal dengan judul ‘Dari Sabang Sampai Merauke.’ Dahulu ketika Soepratman menciptakannya, lagu tersebut berjudul ‘Dari Barat Sampai ke Timur.’
Lagu terakhir yang sempat dibuatnya berjudul ‘Matahari Terbit.’ Namun lagu paling fenomenal yang membuat nyawanya terancam adalah ‘Indonesia Raya.’ Efek dari lagu Indonesia Raya tersebut benar-benar berhasil menyatukan rakyat Indonesia. Pembuktiannya bisa dilihat saat Kongres Pemuda II.Sebenarnya Indonesia Raya sudah selesai di tahun 1926 dan Wage hampir membawakannya pada Kongres Pemuda I tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926. Sayangnya Wage muda masih kurang percaya diri. Akhirnya ia baru membawakan instrument Indonesia Raya di Kongres Pemuda II yang melahirkan sumpah pemuda di tanggal 28 Oktober tahun 1928.
Keberaniannya menguat karena Soegondo Djojopoespito menyuruhnya membawakan instrumen lagu Indonesia Raya dengan diiringi tim paduan suara ‘Indonesia Merdeka.’Lagu tersebut berhasil membangkitkan jiwa persatuan para pemuda dari seluruh nusantara. Akhirnya lagu Indonesi Raya dinyanyikan di setiap pertemuan pergerakan nasional. Seharusnya Wage mendapatkan penghargaan dari semua pihak dan rakyat Indonesia. Namun saat itu, nyawanya semakin terancam karena Indonesia Raya semakin sering dinyanyikan. Meskipun Belanda sudah melarang menyanyikannya di luar ruangan dan menyuruh menghapus kata ‘merdeka,’ namun rakyat tidak pernah menghiraukan.
Lagu terakhir yang sempat dibuatnya berjudul ‘Matahari Terbit.’ Namun lagu paling fenomenal yang membuat nyawanya terancam adalah ‘Indonesia Raya.’ Efek dari lagu Indonesia Raya tersebut benar-benar berhasil menyatukan rakyat Indonesia. Pembuktiannya bisa dilihat saat Kongres Pemuda II.Sebenarnya Indonesia Raya sudah selesai di tahun 1926 dan Wage hampir membawakannya pada Kongres Pemuda I tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926. Sayangnya Wage muda masih kurang percaya diri. Akhirnya ia baru membawakan instrument Indonesia Raya di Kongres Pemuda II yang melahirkan sumpah pemuda di tanggal 28 Oktober tahun 1928.
Keberaniannya menguat karena Soegondo Djojopoespito menyuruhnya membawakan instrumen lagu Indonesia Raya dengan diiringi tim paduan suara ‘Indonesia Merdeka.’Lagu tersebut berhasil membangkitkan jiwa persatuan para pemuda dari seluruh nusantara. Akhirnya lagu Indonesi Raya dinyanyikan di setiap pertemuan pergerakan nasional. Seharusnya Wage mendapatkan penghargaan dari semua pihak dan rakyat Indonesia. Namun saat itu, nyawanya semakin terancam karena Indonesia Raya semakin sering dinyanyikan. Meskipun Belanda sudah melarang menyanyikannya di luar ruangan dan menyuruh menghapus kata ‘merdeka,’ namun rakyat tidak pernah menghiraukan.
8. Akhir Hayat
Quote:

Kejaran polisi Belanda mengharuskannya berpindah tempat tinggal terus menerus. Ia terus berusaha mempertahankan diri karena Ir. Soekarno pernah menyuruhnya terus berjuang untuk kemerdekaan dalam pertemuan di pengadilan Bandung. Selepas itu Ir. Soekarno harus mendekam dalam penjara sesuai dengan putusan hakim. Perkenalannya dengan dr. Soetomo juga semakin mengobarkan stamina perjuangannya.
Terakhir kali Wage melarikan diri ke Surabaya. Di sana ia sakit dan tidak kunjung sembuh. Namun ia masih tetap ngotot memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Saat itu polisi berhasil meringkusnya di jalan Embong Malang ketika Wage memimpin paduan suara yang disiarkan oleh NIROM (RRI). Polisi militer Belanda dengan puas menjebloskannya ke penjara Kalisosok.
Di penjara, kesehatan Wage semakin memprihatinkan. Ia dipulangkan dan takdir menghentikan penderitaannya tepat pada tanggal 17 Agustus 1938 jam 00.00 dan pasarannya Rabu Wage. Ia meninggal dengan meninggalkan pesan pada sahabatnya. Wage mengatakan dia ikhlas berjuang untuk kemerdekaan Indonesia meskipun ia belum sempat menikmati kemerdekaan, namun ia yakin suatu saat Indonesia pasti merdeka.
Tempat meninggalnya di Jalan Mangga 21 Surabaya dijadikan museum W.R. Soepratman yang menyimpan duplikat biola legendarisnya. Wage dimakamkan di TPU Kapas. Lalu berpindah ke Jalan Tambak Segaran Wetan pada tanggal 20 Mei 1953. Setelah ia diakui oleh pemerintah, makamnya kembali dipindahkan di Kenjeran pada tanggal 25 Oktober 1953.
Terakhir kali Wage melarikan diri ke Surabaya. Di sana ia sakit dan tidak kunjung sembuh. Namun ia masih tetap ngotot memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Saat itu polisi berhasil meringkusnya di jalan Embong Malang ketika Wage memimpin paduan suara yang disiarkan oleh NIROM (RRI). Polisi militer Belanda dengan puas menjebloskannya ke penjara Kalisosok.
Di penjara, kesehatan Wage semakin memprihatinkan. Ia dipulangkan dan takdir menghentikan penderitaannya tepat pada tanggal 17 Agustus 1938 jam 00.00 dan pasarannya Rabu Wage. Ia meninggal dengan meninggalkan pesan pada sahabatnya. Wage mengatakan dia ikhlas berjuang untuk kemerdekaan Indonesia meskipun ia belum sempat menikmati kemerdekaan, namun ia yakin suatu saat Indonesia pasti merdeka.
Tempat meninggalnya di Jalan Mangga 21 Surabaya dijadikan museum W.R. Soepratman yang menyimpan duplikat biola legendarisnya. Wage dimakamkan di TPU Kapas. Lalu berpindah ke Jalan Tambak Segaran Wetan pada tanggal 20 Mei 1953. Setelah ia diakui oleh pemerintah, makamnya kembali dipindahkan di Kenjeran pada tanggal 25 Oktober 1953.
Quote:
Sejatinya, Soepratman telah mengajarkan kita bahwa berjuang untuk Indonesia tidak melulu dengan cara mengangkat senjata, namun bisa melalui apapun. Beliau memberikan contoh dengan cara berjuang melalui musik dan dunia jurnalistik. Semoga makin banyak orang-orang seperti beliau yang berjuang dengan cara apapun, namun dengan satu tujuan yang sama, "Untuk Indonesia"
Spoiler for hmm, nganu gan, kalo boleh..:

Spoiler for Sumur:
Buku "Wage Rudolf Supratman" oleh Bambang Sularto


tien212700 memberi reputasi
11
8.4K
Kutip
57
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan