i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Satu atau Dua? Ini Kata Timses Jokowi dan Prabowo
Jakarta - Kubu Jokowi-Ma'ruf Amin dan Kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bicara soal rekam jejak calon masing-masing. Tim Jokowi mengatakan keunggulan kepimpinan Jokowi karena meniti dari wali kota, gubernur hingga presiden. Sedangkan tim Prabowo bicara soal Prabowo dan Tim Kopassusnya yang mendaki gunung tertinggi di dunia, Everest.

Hal itu disampaikan dalam program Mata Najwa bertajuk Satu atau Dua yang ditayangkan di Trans7, Rabu (10/10/2018)/ Dari kubu Jokowi ada Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf, sedangkan dari kubu Prabowo Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.

Arsul Sani mengatakan rekam jejak adalah kata kunci ketika memilih seorang pemimpin. Karena, potensi jaminan untuk berhasil dalam kepemimpinan antara lain akan banyak dipengaruhi apakah rekam jejak sang calon pemimpin itu clear, positif atau tidak.

"Kita lihat bagaimana rekam jejaknya Pak Jokowi, beliau sebelum menjadi presiden, tidak hanya sebagai kepala negara, pemerintahan, telah memulainya dari level yang di bawahnya. Beliau mulai dari memimpin di Kota Solo, kemudian gubernur untuk beberapa saat,"

"Kalau kita lihat selama menjadi presiden punya rekam jejak yang luar biasa," ujarnya.

Sementara, Mardani mengatakan ada dua isu utama yang diangkat oleh Prabowo-Sandiaga. Indonesia disebut Mardani punya masalah besar dalam lapangan pekerjaan dan soal harga-harga yang makin tidak terjangkau.

Mardani mengatakan Prabowo-Sandi hadir untuk mencairkan dua masalah utama itu. Katanya, petani nelayan, semua rakyat merasakan betapa susahnya hidup sekarang dan tidak semudah membalikkan telapak tangan menyelesaikan dua masalah utama itu.

"Prabowo sudah membuktikan kualitasnya, 26 april 1997 ketika tidak ada seorangpun dari Asia Tenggara yang mampu menaklukkan Everest, Prabowo dan tim Kopassusnya mampu menaklukkan gunung tertinggi di dunia. Itu ciri khas kepemimpinan utama," ujarnya.

"Prabowo punya kemampuan membereskan banyak masalah," imbuhnya.

Sementara, lanjutnya, Sandiaga Uno merupakan sosok pengusaha yang sukses. Sandi disebutnya telah memiliki puluhan ribu karyawan saat usia belum genap 40 tahun.

"Nah Sandi punya 50 ribu pekerja dalam umur yang kurang dari 40 tahun. Jadi Prabowo dan Sandi adalah jawaban buat Indonesia yang dari Sabang sampai Merauku dari Pulau Rote sampai Miangas yang masalahnya besar, tidak selesai kecuali dengan kapasitas kepemimpinan seperti Prabowo dan Kemampuan terobosan seperti Sandiaga Uno," tuturnya. (idh/fdn)
detik
=========

Clara Sumarwati

Clara Sumarwati (lahir di Jogjakarta, 6 Juli 1967; umur 51 tahun) adalah pendaki gunung asal Indonesia. Clara mencatatkan diri sebagai pendaki gunung wanita dari Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang berhasil mencapai puncak Everest pada tahun 1996.

Clara adalah anak ke-6 dari 8 bersaudara pasangan Marcus Mariun dan Ana Suwarti. cita-cita Clara sewaktu kecil adalah menjadi ahli hukum, tetapi ia tidak bisa menolak ketika kakak laki-lakinya menyekolahkannya di Universitas Atmajaya jurusan Psikologi Pendidikan.

Saat kuliah ia ingin menjadi pembimbing dan juru konseling di SMU. Tetapi begitu lulus universitas pada tahun 1990, haluannya samasekali berubah ketika ia gabung dengan ekspedisi pendakian gunung ke puncak Annapurna IV (7.535 meter) di Nepal. Rekannya, Aryati, berhasil mencatatkan diri sebagai perempuan Asia pertama yang mencapai puncak itu pada tahun 1991. Pada Januari 1993, Clara bersama tiga pendaki puteri Indonesia lainnya mencapai puncak Aconcagua (6.959 meter) di pegunungan Andes, Amerika Selatan.

Mencapai Puncak Everest
Sebenarnya pendakian Everest tahun 1996 itu bukan ekspedisi Everest yang pertama bagi Clara. Pada tahun 1994, ia bersama lima orang dari tim PPGAD (Perkumpulan Pendaki Gunung Angkatan Darat) berangkat tetapi hanya mampu mencapai ketinggian 7.000 meter karena terhadang kondisi medan yang teramat sulit dan berbahaya di jalur sebelah selatan Pegunungan Himalaya (lazim disebut South Col). Kegagalan mencapai puncak ini justru membuat Clara Sumarwati semakin penasaran dan bercita-cita untuk mengibarkan Merah-Putih di puncak Everest pada 17 Agustus 1995, tepat 50 tahun Indonesia merdeka. Sebanyak 12 perusahaan ia hubungi waktu itu untuk mendapatkan sponsor. Biaya yang ia butuhkan tidak sedikit, mencapai Rp 500 juta, karena memang segitulah biaya yang harus dikeluarkan siapa pun yang ingin mencapai puncak Everest waktu itu. Tidak ada jawaban. Menurut Clara, bahkan ada pihak perusahaan yang meragukan kemampuannya sehingga enggan memberi sponsor.

Salah satu pihak yang ia hubungi untuk sponsor adalah Panitia Ulang Tahun Emas Kemerdekaan Republik Indonesia, yang dibawahi Sekretariat Negara. Clara dipanggil menghadap pada bulan Agustus 1995 dan mendapat konfirmasi bahwa Pemerintah bersedia mensponsori ekspedisinya. Sertamerta Clara menjadwal-ulang ekspedisi yang seharusnya memancang bendera Indonesia pada tahun 1995. Ia mencanangkan ekspedisi berangkat pada tahun berikutnya, pada bulan Juli 1996. Ternyata pengunduran jadwal itu mempunyai makna tersendiri karena pada tahun 1995 itu terjadi badai dahsyat di Himalaya yang menewaskan 208 pendaki dari berbagai negara.

Akhirnya Clara Sumarwati menjadikan dirinya orang Asia Tenggara yang pertama sampai di puncak Everest, yaitu pada tanggal 26 September 1996. Namanya dan tanggal pencapaiannya tercatat antara lain di buku-buku Everest karya Walt Unsworth (1999), Everest: Expedition to the Ultimate karya Reinhold Messner (1999) dan website EverestHistory.com, sebuah referensi andal akan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendakian gunung di dunia.

Kesangsian akan peristiwa bersejarah yang dicatatnya itu datang dari berbagai pihak di tanah air, semata-mata karena dianggap tidak memberi cukup bukti, contohnya seperti foto yang menunjukkan ia memegang bendera yang tertancap di puncak. Namun di berbagai sumber pencatatan dunia, Clara diakui sebagai pemuncak Everest ke-836. Masyarakat pendaki gunung internasional pun sudah maklum bahwa Clara adalah orang Indonesia dan juga orang Asia Tenggara pertama yang sampai ke puncak Everest.

Clara pertama kali masuk dan dirawat di RSJ pada 1997. Selama di RSJ, dia pun kerap bercerita bahwa dia pernah mendaki Gunung Everest. Namun, ceritanya kerap diabaikan oleh para tenaga medis karena dianggap hanya sebagai bagian dari khayalannya.

Prestasi Clara dan keberadaannya sebagai sosok istimewa yang pernah mengharumkan nama bangsa baru terungkap pada bulan Oktober 2009 ketika ada sejumlah tim penilai pemuda pelopor dari Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga yang datang untuk menilai Poppy Safitri, wakil kontingen Jawa Tengah untuk lomba pemuda pelopor tingkat nasional. Salah satu aktivitas Poppy adalah mengajar tari di RSJ. Dalam kunjungan ke RSJ itulah, salah satu anggota tim mengenali sosok Clara.
wikipedia

Catatan para pendaki gunung yang berhasil sampai puncak Everest :

everesthistory.com
======
Pertanyaannya :
Mardani udah sampai puncak gunung mana Mar?

Diubah oleh i.am.legend. 10-10-2018 17:18
grg.
grg. memberi reputasi
3
3K
71
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan