londo.046Avatar border
TS
londo.046
Saat Lakalantas, Mengapa Lebih Suka "Damai?"


Quote:


Saya sering melihat dan menolong korban laka lantas (maklum hoby nya jalan-jalan) menemukan fenomena yang lumayan menggelitik saat terjadi kecelakaan lalu lintas. Apalagi jika kerusakan dan dampak yang ditimbulkan tidak terlalu parah. apa itu? "Damai Sajalah, ga usah bawa-bawa polisi."Padahal mereka masih melakukan perdebatan keras tentang siapa yang salah.

Kadang perdebatan itu pun tidak lepas dari "skema ganti rugi" yang "adil." Dalam persepsi siapa? Ya persepsi para pelaku yang terlibat kecelakaan itu. Semakin banyak pelaku, ya semakin ruwet negonya. Masyarakat sekitar biasanya akan ikut terlibat untuk menkondisikan TKP Agar tidak terlalu mencolok dan menarik perhatian.



Biasanya para pihak yang bernegosiasi, akan diminta masuk agak ke dalam, jangan di pinggir jalan. Bisa ke halaman rumah warga di sekitar TKP, bisa juga masuk ke gang. Bila negosiasi lancar, artinya semua pihak sepakat dengan skema ganti rugi, ya sudah urusan akan lanjut ke bengkel untuk beresein motornya. Atau ke tukang urut, klinik maupun RS untuk memeriksa korbannya.

Jika negosiasi buntu, pihak yang tidak puas akan menghubungi polisi. Jadi, dari sini bisa gw bisa simpulkan polisi adalah opsi terakhir. Nah, yang menjadi tanda tanya besar buat saya adalah, mengapa hal itu bisa terjadi? Bukankah polisi adalah pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat? Bukankah polisi adalah salah satu unsur penegak keadilan di negeri ini?



Faktor pertama yang membuat warga terkesan malas berurusan dengan aparat adalah, image aparat yang buruk di mata warga. Suka tidak suka, diakui atau tidak, ya memang seperti itu keadaannya. Untuk mengeluarkan kendaraan dari kantor polisi, kabarnya, harus ada uangnya. Meskipun, pengalaman saya mengeluarkan kendaraan bekas laka, sama sekali free, tidak dipungut biaya.

Ini menjadi tantangan tersendiri untuk Pak Polisi memperbaiki image nya di mata masyarakat. Berantas itu oknum-oknum yang kadang suka mencari-cari dan meresahkan dan membuat masyarakat jauh dengan polisi. Kasihan polisi yang baik dan punya dedikasi, namanya ikutan rusak oleh ulah oknum tidak bener ini.



Alasan kedua, mungkin karena orang Indonesia itu cinta damai hehehe. Budaya gotong royong dan musyawarah muafakat benar-benar dijunjung tinggi. Makanya, jika ada laka lantas, dan tidak begitu parah, mari dirembuk dulu. Dimusyawarahkan dulu. Toh kita sama-sama satu nusa dan satu bangsa. kok. Sekali lagi, mungkin ya.

Alasan ketiga, Orang Indonesia itu malas ribut dan ribet. Namanya urusan di kantor polisi pasti akan ditanya secara lengkap kronologi kejadiannya seperti apa. Belum lagi ternyata SIM nya mati, STNK nya telat pajak. Ribet pada akhirnya kan? Nah untuk menghindari hal ini, orang kita lebih memilih damai sajalah, biar cepat selesai urusannya.

Well, siapapun tentu tidak ingin mengalami kecelakaan apapun bentuknya. Makanya, berusaha lah untuk menjauhi faktor yang bisa memperbesar resiko kecelakaan tersebut. Caranya? Patuhi semua aturan lalu lintas. Kalau masih kena juga, ya nasib. Dan sebaiknya jika terjadi laka lantas, tetap libatkan polisi, karena Pak Polisi lah yang paham. Salam Damai.


Ciao.


Sumber Referensi : Pemikiran Sendiri
Sumber Gambar : sini, sini, sini
0
10.6K
133
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan