- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ratna Sarumpaet, Kardus, dan Klaim Uang Rp 23 Triliun


TS
Dj oko
Ratna Sarumpaet, Kardus, dan Klaim Uang Rp 23 Triliun
Ratna Sarumpaet, Kardus, dan Klaim Uang Rp 23 Triliun
“Pada akhirnya dia bilang, untuk ‘berkelahi’ dengan Jokowi itu butuh uang Rp 1-2 miliar. Lalu saya katakan, ‘Saya tidak punya.’”
Ilustrasi : Edi Wahyono
Rabu, 10 Oktober 2018
Permintaan bertemu berulang kali dilayangkan Ratna Sarumpaet kepada Kwik Kian Gie sejak Juli 2018. Namun mantan Menteri Koordinator Ekonomi serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ketua Bappenas itu tidak pernah menanggapinya. Baru pada Kamis, 6 September 2018, Kwik menerima permintaan Ratna, yang saat itu sudah tercatat sebagai salah satu Juru Kampanye Nasional Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019, untuk bertemu.
“Saya sebetulnya malas. Tapi kalau nggak ditemui, akan begitu terus (meminta ketemu). Terjadilah pertemuan pada 6 September pukul 11.00-13.00 WIB,” ujar Kwik saat berbincang dengan detikX, Jumat, 5 Oktober 2018.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 2 jam di kantor Kwik di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, itu, Ratna ternyata tidak sendiri. Dia membawa lima orang yang tidak pernah dikenal Kwik sebelumnya.
“Saya hanya ingat satu orang yang mengaku sebagai orang Papua, tapi wajahnya tidak seperti orang Papua. Dan dia mengaku mantan anggota DPRD Papua,” tutur Kwik.
Pakar Ekonomi, Kwik Kian Gie
Foto : Safir Makki/CNNIndonesia
Namanya orang asing semua. Mereka bilang ini uangnya ada di UBS Swiss. Pokoknya saya menganggap omongan mereka bohong semua. Saya merasa sudah membuang-buang waktu bersama mereka.”
Ada juga yang mengaku sebagai keturunan Raja Aceh, yang mengatakan bahwa raja yang berkuasa pada tahun 1600 menabung uang. Dan uang itu saat ini diklaim disimpan di salah satu bank di Inggris. Jumlahnya, Kwik mengingat-ingat ucapan mereka, sekitar 750 juta pound sterling atau US$ 750 juta.
Nah, orang yang mengaku sebagai orang Papua tersebut, kata Kwik, meminta ditransfer dari Inggris uang sebesar US$ 100 juta, bagian dari tabungan itu, kepada yang mengaku sebagai keturunan raja Aceh lewat bank pelat merah. “Saya lupa dia menyebut Bank BRI atau BNI begitu,” ucap Kwik.
Namun, menurut Ratna kepada Kwik, bank tersebut tidak mau memberikan uang yang telah ditransfer tersebut. Selanjutnya mereka ke Bank Indonesia, tapi tetap tidak ditanggapi.
Konon, Ratna cs juga sempat mendatangi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menko Polhukam Wiranto untuk mengejar uang yang dikirim dari Inggris itu. “Saya langsung berpikir, ‘Wah, ini sudah nggak keruan.’ Ujung-ujungnya minta bantuan kepada saya untuk mengurus klaim mereka,” kata Kwik.
Namun, saat Kwik meminta bukti transfer dari Inggris, Ratna cs tidak bisa menunjukkannya. Mereka hanya menyorongkan dokumen yang, menurut Kwik, tebalnya setengah meter, yang disimpan di dalam kardus. Saat itu Kwik hanya sekilas membuka dokumen yang disodorkan.
Dia merasa malas dan pusing dengan lembaran dokumen di dalam kardus itu. Akhirnya Kwik meminta sekretarisnya menyimpan dokumen tersebut lantaran dirinya tidak sudi membaca dokumen yang dinilainya tidak jelas juntrungannya itu.
Melihat sikap Kwik yang kurang respek terhadap dokumen yang diberikan, Ratna kemudian bilang punya rangkuman dokumen itu. Tapi, setelah dicek, rangkuman yang dimasukkan dalam map warna merah itu isinya hanya tulisan sejumlah nama dan sejumlah uang.
Baca Juga : Episode Terakhir Ratna Sarumpaet
Ratna Sarumpaet
Foto : Bimo Wiwoho/CNN Indonesia
“Namanya orang asing semua. Mereka bilang ini uangnya ada di UBS Swiss. Pokoknya saya menganggap omongan mereka bohong semua. Saya merasa sudah membuang-buang waktu bersama mereka,” ujar Kwik.
Kwik, yang mengaku masih merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, semakin kesal karena ujung-ujungnya Ratna cs meminta uang Rp 2 miliar untuk mengurus uang yang US$ 100 juta tersebut. “Pada akhirnya dia bilang, untuk ‘berkelahi’ dengan Jokowi itu butuh uang Rp 1-2 miliar. Lalu saya katakan, ‘Saya tidak punya. Uang sejumlah itu betul-betul saya tidak punya,’” kata Kwik.
Sejak pertemuan itu, Kwik pun menangkap kesan Ratna cs berupaya menipunya. Selain itu, dia menduga, sebelum bertemu dengan dirinya, Ratna cs sudah melakukan hal sama kepada orang lain.
Dua minggu berselang, Ratna membuat heboh dengan pengakuannya kepada Prabowo dan kawan-kawannya soal penganiayaan yang dialaminya di Bandung, Jawa Barat, 21 September 2018. Menyimak informasi yang beredar, Kwik pun langsung berkesimpulan bahwa keterangan Ratna bohong.
“Makanya saya merasa wajib memberi tahu Sandi (Sandiaga Uno). Sebab, saya kenal Prabowo ya lewat Sandi,” begitu kata Kwik.
Sayang, Kwik baru sempat menyampaikan soal perilaku Ratna pada 3 Oktober 2018, saat kebohongan Ratna telah menyebar ke Prabowo, Sandi, Amien Rais, dan sejumlah elite parpol pendukung. “Malam-malam dari Singapura saya telepon Pak Sandi, kira-kira pukul 22.00 WIB waktu Indonesia. Jadi saya beri tahu by phone,” tutur Kwik.
Sandiaga pun mengakui ditelepon oleh Kwik soal Ratna itu. "Pak Kwik ingin mengingatkan kita harus perhatian kepada Ibu Ratna," ucap Sandi di Restoran Al Jazeerah Signature, Jalan Johar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 4 Oktober 2018.
Soal perilaku Ratna yang berbicara tentang dana kerajaan bagi Kwik bukan hal yang baru. Sebab, rumor seperti itu sudah ada berpuluh-puluh tahun lalu dengan versi berbeda-beda. “Ada dana revolusi Bung Karno dan lain-lain. Pak Soeharto (Presiden ke-2 Republik Indonesia) pernah terjebak. Pak Harto sampai memberikan surat kuasa kepada Pak Sri Edi Swasono (guru besar Universitas Indonesia) untuk menyelidiki sampai ke New York segala. Kalau saya sudah puluhan kali. Mbak Mega (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan) pernah kejeblos satu kali,” ujar Kwik.
Prabowo - Sandiaga Uno
Foto : Grandyos Zafna/detikcom
Kisah uang triliunan rupiah yang disebut Ratna di hadapan Kwik ada kemungkinan terkait dengan seorang pria bernama Ruben PS Marey, yang mendatangi Ratna Sarumpaet Crisis Center (RSCC) dan menduga dana di rekeningnya untuk bantuan Papua telah diblokir sepihak oleh pemerintah Joko Widodo. Ratna menduga pemblokiran dilakukan pemerintah melalui salah satu bank tempat Ruben menaruh dana tersebut.
Ruben kepada Ratna menjelaskan persoalan ini bermula saat dia menerima gelontoran dana dari para donatur untuk membangun Papua. Dana dengan total Rp 23,9 triliun itu tersimpan sejak 2016 dalam rekening pribadinya.
Namun, kata Ruben, tiba-tiba dana di rekeningnya tersebut hilang. Saat dicek ke bank tempat Ruben menyimpan uang itu, tak ada catatan uang masuk dalam rekeningnya.
Ratna pun menuding pemerintahan Jokowi telah memblokir dana sejumlah nasabah. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk bantuan swadaya pembangunan di Papua. "Kasusnya sendiri adalah ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh kekuasaan, dalam hal ini dugaan pelanggaran yang dilakukan kekuasaan, dalam hal ini bisa Pak Jokowi sebagai kepala pemerintahan dan dilakukan oleh Menteri Keuangan," kata Ratna saat jumpa pers di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 17 September 2018.
Pihak Kemenkeu melalui Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Nufransa Wira Sakti membantah tudingan Ratna. Nufransa menegaskan Kemenkeu tak menangani rekening pribadi. Selain itu, Kemenkeu sudah menanyakan hal ini kepada World Bank, yang juga membantah tudingan Ratna.
sumber:
[hr]
ini mirip mirip kasus, politisi yang ketepu oleh kanjeng dhimas di pasuruan.
“Pada akhirnya dia bilang, untuk ‘berkelahi’ dengan Jokowi itu butuh uang Rp 1-2 miliar. Lalu saya katakan, ‘Saya tidak punya.’”
Ilustrasi : Edi Wahyono
Rabu, 10 Oktober 2018
Permintaan bertemu berulang kali dilayangkan Ratna Sarumpaet kepada Kwik Kian Gie sejak Juli 2018. Namun mantan Menteri Koordinator Ekonomi serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ketua Bappenas itu tidak pernah menanggapinya. Baru pada Kamis, 6 September 2018, Kwik menerima permintaan Ratna, yang saat itu sudah tercatat sebagai salah satu Juru Kampanye Nasional Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019, untuk bertemu.
“Saya sebetulnya malas. Tapi kalau nggak ditemui, akan begitu terus (meminta ketemu). Terjadilah pertemuan pada 6 September pukul 11.00-13.00 WIB,” ujar Kwik saat berbincang dengan detikX, Jumat, 5 Oktober 2018.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 2 jam di kantor Kwik di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, itu, Ratna ternyata tidak sendiri. Dia membawa lima orang yang tidak pernah dikenal Kwik sebelumnya.
“Saya hanya ingat satu orang yang mengaku sebagai orang Papua, tapi wajahnya tidak seperti orang Papua. Dan dia mengaku mantan anggota DPRD Papua,” tutur Kwik.

Foto : Safir Makki/CNNIndonesia
Namanya orang asing semua. Mereka bilang ini uangnya ada di UBS Swiss. Pokoknya saya menganggap omongan mereka bohong semua. Saya merasa sudah membuang-buang waktu bersama mereka.”
Ada juga yang mengaku sebagai keturunan Raja Aceh, yang mengatakan bahwa raja yang berkuasa pada tahun 1600 menabung uang. Dan uang itu saat ini diklaim disimpan di salah satu bank di Inggris. Jumlahnya, Kwik mengingat-ingat ucapan mereka, sekitar 750 juta pound sterling atau US$ 750 juta.
Nah, orang yang mengaku sebagai orang Papua tersebut, kata Kwik, meminta ditransfer dari Inggris uang sebesar US$ 100 juta, bagian dari tabungan itu, kepada yang mengaku sebagai keturunan raja Aceh lewat bank pelat merah. “Saya lupa dia menyebut Bank BRI atau BNI begitu,” ucap Kwik.
Namun, menurut Ratna kepada Kwik, bank tersebut tidak mau memberikan uang yang telah ditransfer tersebut. Selanjutnya mereka ke Bank Indonesia, tapi tetap tidak ditanggapi.
Konon, Ratna cs juga sempat mendatangi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menko Polhukam Wiranto untuk mengejar uang yang dikirim dari Inggris itu. “Saya langsung berpikir, ‘Wah, ini sudah nggak keruan.’ Ujung-ujungnya minta bantuan kepada saya untuk mengurus klaim mereka,” kata Kwik.
Namun, saat Kwik meminta bukti transfer dari Inggris, Ratna cs tidak bisa menunjukkannya. Mereka hanya menyorongkan dokumen yang, menurut Kwik, tebalnya setengah meter, yang disimpan di dalam kardus. Saat itu Kwik hanya sekilas membuka dokumen yang disodorkan.
Dia merasa malas dan pusing dengan lembaran dokumen di dalam kardus itu. Akhirnya Kwik meminta sekretarisnya menyimpan dokumen tersebut lantaran dirinya tidak sudi membaca dokumen yang dinilainya tidak jelas juntrungannya itu.
Melihat sikap Kwik yang kurang respek terhadap dokumen yang diberikan, Ratna kemudian bilang punya rangkuman dokumen itu. Tapi, setelah dicek, rangkuman yang dimasukkan dalam map warna merah itu isinya hanya tulisan sejumlah nama dan sejumlah uang.
Baca Juga : Episode Terakhir Ratna Sarumpaet

Foto : Bimo Wiwoho/CNN Indonesia
“Namanya orang asing semua. Mereka bilang ini uangnya ada di UBS Swiss. Pokoknya saya menganggap omongan mereka bohong semua. Saya merasa sudah membuang-buang waktu bersama mereka,” ujar Kwik.
Kwik, yang mengaku masih merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, semakin kesal karena ujung-ujungnya Ratna cs meminta uang Rp 2 miliar untuk mengurus uang yang US$ 100 juta tersebut. “Pada akhirnya dia bilang, untuk ‘berkelahi’ dengan Jokowi itu butuh uang Rp 1-2 miliar. Lalu saya katakan, ‘Saya tidak punya. Uang sejumlah itu betul-betul saya tidak punya,’” kata Kwik.
Sejak pertemuan itu, Kwik pun menangkap kesan Ratna cs berupaya menipunya. Selain itu, dia menduga, sebelum bertemu dengan dirinya, Ratna cs sudah melakukan hal sama kepada orang lain.
Dua minggu berselang, Ratna membuat heboh dengan pengakuannya kepada Prabowo dan kawan-kawannya soal penganiayaan yang dialaminya di Bandung, Jawa Barat, 21 September 2018. Menyimak informasi yang beredar, Kwik pun langsung berkesimpulan bahwa keterangan Ratna bohong.
“Makanya saya merasa wajib memberi tahu Sandi (Sandiaga Uno). Sebab, saya kenal Prabowo ya lewat Sandi,” begitu kata Kwik.
Sayang, Kwik baru sempat menyampaikan soal perilaku Ratna pada 3 Oktober 2018, saat kebohongan Ratna telah menyebar ke Prabowo, Sandi, Amien Rais, dan sejumlah elite parpol pendukung. “Malam-malam dari Singapura saya telepon Pak Sandi, kira-kira pukul 22.00 WIB waktu Indonesia. Jadi saya beri tahu by phone,” tutur Kwik.
Sandiaga pun mengakui ditelepon oleh Kwik soal Ratna itu. "Pak Kwik ingin mengingatkan kita harus perhatian kepada Ibu Ratna," ucap Sandi di Restoran Al Jazeerah Signature, Jalan Johar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 4 Oktober 2018.
Soal perilaku Ratna yang berbicara tentang dana kerajaan bagi Kwik bukan hal yang baru. Sebab, rumor seperti itu sudah ada berpuluh-puluh tahun lalu dengan versi berbeda-beda. “Ada dana revolusi Bung Karno dan lain-lain. Pak Soeharto (Presiden ke-2 Republik Indonesia) pernah terjebak. Pak Harto sampai memberikan surat kuasa kepada Pak Sri Edi Swasono (guru besar Universitas Indonesia) untuk menyelidiki sampai ke New York segala. Kalau saya sudah puluhan kali. Mbak Mega (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan) pernah kejeblos satu kali,” ujar Kwik.

Foto : Grandyos Zafna/detikcom
Kisah uang triliunan rupiah yang disebut Ratna di hadapan Kwik ada kemungkinan terkait dengan seorang pria bernama Ruben PS Marey, yang mendatangi Ratna Sarumpaet Crisis Center (RSCC) dan menduga dana di rekeningnya untuk bantuan Papua telah diblokir sepihak oleh pemerintah Joko Widodo. Ratna menduga pemblokiran dilakukan pemerintah melalui salah satu bank tempat Ruben menaruh dana tersebut.
Ruben kepada Ratna menjelaskan persoalan ini bermula saat dia menerima gelontoran dana dari para donatur untuk membangun Papua. Dana dengan total Rp 23,9 triliun itu tersimpan sejak 2016 dalam rekening pribadinya.
Namun, kata Ruben, tiba-tiba dana di rekeningnya tersebut hilang. Saat dicek ke bank tempat Ruben menyimpan uang itu, tak ada catatan uang masuk dalam rekeningnya.
Ratna pun menuding pemerintahan Jokowi telah memblokir dana sejumlah nasabah. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk bantuan swadaya pembangunan di Papua. "Kasusnya sendiri adalah ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh kekuasaan, dalam hal ini dugaan pelanggaran yang dilakukan kekuasaan, dalam hal ini bisa Pak Jokowi sebagai kepala pemerintahan dan dilakukan oleh Menteri Keuangan," kata Ratna saat jumpa pers di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 17 September 2018.
Pihak Kemenkeu melalui Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Nufransa Wira Sakti membantah tudingan Ratna. Nufransa menegaskan Kemenkeu tak menangani rekening pribadi. Selain itu, Kemenkeu sudah menanyakan hal ini kepada World Bank, yang juga membantah tudingan Ratna.
sumber:
Spoiler for sumber:
[hr]
ini mirip mirip kasus, politisi yang ketepu oleh kanjeng dhimas di pasuruan.

1
2.4K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan