- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bank Dunia: Indonesia akan Kesulitan Terbitkan Surat Utang


TS
venomwolf
Bank Dunia: Indonesia akan Kesulitan Terbitkan Surat Utang
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia atau World Bank (WB) memprediksi penurunan nilai portfolio dapat di pasar keuangan global mengurangi kapasitas negara dan swasta dalam menerbitkan dan membiayai utang berdenominasi mata uang asing.
Dampaknya, operasional bisnis dan kesanggupan melunasi utang dari sektor korporasi akan terganggu. Sementara dari segi pemerintah, hal itu bisa menyebabkan defisit pendanaan dan keberlanjutan utang.
PILIHAN REDAKSI
Pelemahan Rupiah Tak Teredam, Yield Obligasi Sentuh 8% Lagi
Sri Mulyani Prediksi CAD Lebih 3%, Pasar Obligasi Meriang
CAD Bisa di Atas 3%, Pasar SBN Hari Ini Memerah
Dalam laporan World Bank East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2018 berjudul Menjelajahi Ketidakpastian, disebutkan risiko pembiayaan utang berpotensi jadi akut untuk Indonesia dan Thailand. Sebab, nilai utang jangka pendek kedua negara mencapai US$50 miliar (Rp 758,3 triliun) dan $63 miliar.
"Meskipun begitu, risiko likuiditas tidak akan diterjemahkan sebagai risiko kesanggupan membayar utang di negara-negara tersebut karena tingkat utang luar negeri yang relatif rendah, kecukupan dan likuiditas modal sektor keuangan yang kuat, serta bantalan moneter dan fiskal yang cukup," tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Meningkatnya ongkos pembiayaan bisa menunda rencana investasi publik dan swasta. WB menyampaikan peningkatan itu juga bisa mengurangi ruang fiskal untuk menerapkan kebijakan fiskal balasan, serta pembiayaan kesehatan masyarakat, pendidikan dan layanan lainnya.
Premi risiko yang biasanya di gambarkan dalam bentuk yield surat utang negara (SBN), menurut WB, kemungkinan akan sangat tinggi untuk negara-negara yang lebih banyak meminjam di sektor publik maupun swasta. "Misalnya negara-negara yang mengalami defisit fiskal dan neraca transaksi berjalan" seperti Indonesia dan Filipina, tulis WB.
Alasannya, sektor publik dan swasta akan memperebutkan modal yang langka demi memenuhi rencana konsumsi dan investasi mereka, menawar suku bunga yang ditentukan pasar. (hps)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20181004193240-17-36130/bank-dunia-indonesia-akan-kesulitan-terbitkan-surat-utang
Sri Mulyani Prediksi CAD Lebih 3%, Pasar Obligasi Meriang
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali anjlog pada awal perdagangan hari ini, berlanjut dan bahkan lebih besar dibandingkan pelemahan yang terjadi kemarin sebagai reaksi pelaku pasar terhadap prospek perekonomian domestik.
Data Reuters menunjukkan koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
PILIHAN REDAKSI
Sri Mulyani: Impor Makin Tajam, CAD Bengkak 3% di Akhir 2018
Sri Mulyani Prediksi CAD di Atas 3%, Pasar Obligasi Nyungsep
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun, yang secara rata-rata mengalami kenaikan yield hingga 18,38 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Rerata kenaikan yield tersebut menjadi yang terbesar dari pergerakan harian seri acuan SBN, setidaknya sejak Juni 2018.
Seri acuan yang paling melemah signifikan hari ini adalah seri 10 tahun, yang mengalami kenaikan yield 23 bps menjadi 8,32%.
Seri acuan lain juga terkoreksi signifikan, yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun yang yield-nya naik 16 bps, 16 bps, dan 17 bps.
Yield Obligasi Negara Acuan 4 Oct 2018
Seri Benchmark Yield 3 Okt 2018 (%) Yield 4 Oct 2018 (%) Selisih (basis poin)
FR0063 5 tahun 7.948 8.111 16.30
FR0064 10 tahun 8.092 8.327 23.50
FR0065 15 tahun 8.266 8.428 16.20
FR0075 20 tahun 8.56 8.735 17.50
Avg movement 18.38Sumber: Reuters
Sejak kemarin, pasar obligasi melemah karena dipicu pernyataan pemerintah terkait dengan proyeksi defisit neraca berjalan (CAD) akhir tahun.
Pernyataan yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani tersebut menunjukkan sikap pesimistis pemerintah terhadap prospek neraca berjalan hingga dapat menembus level psikologis 3% pada akhir tahun.
Sehingga, kondisi koreksi pasar saat ini lebih dipengaruhi oleh sentimen domestik dibanding kondisi global.
Dengan pergerakan hari ini, selisih(spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun mencapai 514 bps, menyempit dibanding posisi kemarin 520 bps.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,18%, naik dari posisi kemarin dan merupakan posisi tertinggi sejak 2011.
Spread yang melebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek karenainvestasi di pasar SBN rupiah saat ini menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Porsi kepemilikan SBN oleh investor asing mencapai Rp 856,3 triliun, 37,12% dari total SBN Rp 2.306 triliun per 2 Oktober.
Angka itu mencerminkan sudah terlihatnya aliran dana asing masuk (foreign inflow) Rp 5,45 triliun sejak dua hari pertama Oktober.
Anjloknya pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,57% hingga menjadi 5.775 siang ini.
Nilai tukar rupiah melemah 0,7% menjadi Rp 15.175 di hadapan setiap dolar AS, yang diperkuat dengan posisi Dollar Index yang naik 0,32% menjadi 96,056.
Dollar Index merupakan cerminan posisi dolar AS di hadapan mata uang negara utama dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20181004115714-17-36019/sri-mulyani-prediksi-cad-lebih-3-pasar-obligasi-meriang
meroket
Dampaknya, operasional bisnis dan kesanggupan melunasi utang dari sektor korporasi akan terganggu. Sementara dari segi pemerintah, hal itu bisa menyebabkan defisit pendanaan dan keberlanjutan utang.
PILIHAN REDAKSI
Pelemahan Rupiah Tak Teredam, Yield Obligasi Sentuh 8% Lagi
Sri Mulyani Prediksi CAD Lebih 3%, Pasar Obligasi Meriang
CAD Bisa di Atas 3%, Pasar SBN Hari Ini Memerah
Dalam laporan World Bank East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2018 berjudul Menjelajahi Ketidakpastian, disebutkan risiko pembiayaan utang berpotensi jadi akut untuk Indonesia dan Thailand. Sebab, nilai utang jangka pendek kedua negara mencapai US$50 miliar (Rp 758,3 triliun) dan $63 miliar.
"Meskipun begitu, risiko likuiditas tidak akan diterjemahkan sebagai risiko kesanggupan membayar utang di negara-negara tersebut karena tingkat utang luar negeri yang relatif rendah, kecukupan dan likuiditas modal sektor keuangan yang kuat, serta bantalan moneter dan fiskal yang cukup," tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Meningkatnya ongkos pembiayaan bisa menunda rencana investasi publik dan swasta. WB menyampaikan peningkatan itu juga bisa mengurangi ruang fiskal untuk menerapkan kebijakan fiskal balasan, serta pembiayaan kesehatan masyarakat, pendidikan dan layanan lainnya.
Premi risiko yang biasanya di gambarkan dalam bentuk yield surat utang negara (SBN), menurut WB, kemungkinan akan sangat tinggi untuk negara-negara yang lebih banyak meminjam di sektor publik maupun swasta. "Misalnya negara-negara yang mengalami defisit fiskal dan neraca transaksi berjalan" seperti Indonesia dan Filipina, tulis WB.
Alasannya, sektor publik dan swasta akan memperebutkan modal yang langka demi memenuhi rencana konsumsi dan investasi mereka, menawar suku bunga yang ditentukan pasar. (hps)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20181004193240-17-36130/bank-dunia-indonesia-akan-kesulitan-terbitkan-surat-utang
Sri Mulyani Prediksi CAD Lebih 3%, Pasar Obligasi Meriang
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali anjlog pada awal perdagangan hari ini, berlanjut dan bahkan lebih besar dibandingkan pelemahan yang terjadi kemarin sebagai reaksi pelaku pasar terhadap prospek perekonomian domestik.
Data Reuters menunjukkan koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
PILIHAN REDAKSI
Sri Mulyani: Impor Makin Tajam, CAD Bengkak 3% di Akhir 2018
Sri Mulyani Prediksi CAD di Atas 3%, Pasar Obligasi Nyungsep
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun, yang secara rata-rata mengalami kenaikan yield hingga 18,38 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Rerata kenaikan yield tersebut menjadi yang terbesar dari pergerakan harian seri acuan SBN, setidaknya sejak Juni 2018.
Seri acuan yang paling melemah signifikan hari ini adalah seri 10 tahun, yang mengalami kenaikan yield 23 bps menjadi 8,32%.
Seri acuan lain juga terkoreksi signifikan, yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun yang yield-nya naik 16 bps, 16 bps, dan 17 bps.
Yield Obligasi Negara Acuan 4 Oct 2018
Seri Benchmark Yield 3 Okt 2018 (%) Yield 4 Oct 2018 (%) Selisih (basis poin)
FR0063 5 tahun 7.948 8.111 16.30
FR0064 10 tahun 8.092 8.327 23.50
FR0065 15 tahun 8.266 8.428 16.20
FR0075 20 tahun 8.56 8.735 17.50
Avg movement 18.38Sumber: Reuters
Sejak kemarin, pasar obligasi melemah karena dipicu pernyataan pemerintah terkait dengan proyeksi defisit neraca berjalan (CAD) akhir tahun.
Pernyataan yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani tersebut menunjukkan sikap pesimistis pemerintah terhadap prospek neraca berjalan hingga dapat menembus level psikologis 3% pada akhir tahun.
Sehingga, kondisi koreksi pasar saat ini lebih dipengaruhi oleh sentimen domestik dibanding kondisi global.
Dengan pergerakan hari ini, selisih(spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun mencapai 514 bps, menyempit dibanding posisi kemarin 520 bps.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,18%, naik dari posisi kemarin dan merupakan posisi tertinggi sejak 2011.
Spread yang melebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek karenainvestasi di pasar SBN rupiah saat ini menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Porsi kepemilikan SBN oleh investor asing mencapai Rp 856,3 triliun, 37,12% dari total SBN Rp 2.306 triliun per 2 Oktober.
Angka itu mencerminkan sudah terlihatnya aliran dana asing masuk (foreign inflow) Rp 5,45 triliun sejak dua hari pertama Oktober.
Anjloknya pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,57% hingga menjadi 5.775 siang ini.
Nilai tukar rupiah melemah 0,7% menjadi Rp 15.175 di hadapan setiap dolar AS, yang diperkuat dengan posisi Dollar Index yang naik 0,32% menjadi 96,056.
Dollar Index merupakan cerminan posisi dolar AS di hadapan mata uang negara utama dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20181004115714-17-36019/sri-mulyani-prediksi-cad-lebih-3-pasar-obligasi-meriang
meroket



agam69 memberi reputasi
1
1.6K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan