JAKARTA -- Lembaga Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei bahwa pasangan Capres-Cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin memperoleh sebesar 57,7% atas tingkat kepemilihan apabila pilpres diselenggarakan saat ini.

Sementara pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memperoleh angka 32,3%. Dan yang tidak memilih alias golput sebesar 1,0%.

"Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf masih tinggi, tapi termasuk kategori belum aman, mengingat pilpres masih 7 bulan lagi. Dan parpol koalisi pendukung harus berusaha lebih keras lagi agar posisinya tetap aman," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dalam pemaparannya, di kantor Indikator, Jalan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, (26/9/2018).

Setidaknya, terdapat 25 persen pemilih yang masih akan mengubah pilihannya hingga masa kampanye berakhir.

Burhanuddin menjelaskan bahwa sebanyak 4,6 persen sangatbesar kemungkinan untuk berganti pilihan, sedang 20,4 persen cukup besar mengganti pilihan.

"Di antara warga yang sudah punya pilihan, sekitar 25 persen pilihannya masih besar atau sangat besar kemungkinan berubah," katanya.

Sementara yang kecil kemungkinannya untuk berubah sebanyak 44,8 persen dan sudah dipastikan tidak akan mengubah pilihan sebanyak 29,5 persen.

"Jadi, sebenarnya mereka sudah memiliki pasangan calon yang akan dicoblos nantinya," lanjutnya.

Dari sisi popularitas, dikatakannya, hampir semua responden mengenal dan mengetahui Jokowi dan Prabowo. Hasilnya yang mengetahui Jokowi sebesar 99, sedangkan Prabowo di angka 97 persen.

"Namun, dari sisi kesukaan, 88 persen responden suka Jokowi, sementara hanya 75 persen yang menyatakan suka kepada Prabowo," ujarnya.

Adapun 9 persen responden tidak suka Jokowi dan 15 persen menyatakan tidak suka dengan Prabowo.

"Hampir semua pemilih kenal Jokowi dan Prabowo. Pemilih yang eksplisit menyatakan tidak suka terhadap Prabowo hampir dua kali lipat ketimbang terhadap Jokowi," pungkas Burhanuddin.

Udah booleh sujud nggak nih