Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

soekirmandiaAvatar border
TS
soekirmandia
("digital archive") Sebelum Daftar Capres, Sandiaga Ke Rusia, Temui Konsultan Trump?
Seminggu Sebelum Pendaftaran Capres Sandiaga Uno Ke Rusia, Untuk Menemui Konsultan Trump ?

By Batara Online14/08/2018



Bataraonline – Penunjukan Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto ternyata tidak serta merta dilakukan secara mendadak, namun semuanya telah diatur jauh sebelum penetapan dan pendaftaran capres itu sendiri.


Dalam kabar yang berhembus di percakapan WAG beredar kabar diduga seorang pengusaha berinisial Wwh dengan perusahaannya Indika Energy memberikan sejumlah dana hingga sebesar Rp. 3 Triliun untuk keperluan mendapatkan rekomendasi PKS dan PAN hingga merubah Ijtima Ulama yang merekomendasikan pasangan ulama bagi Prabowo.


Selain untuk biaya membeli rekomendasi PAN dan PKS, dana tersebut juga digunakan untuk membiayai konsultan politik dari Rusia yang sebelumnya berpengalaman memenangkan Donald Trump pada saat Pilpres Amerika Serikat 2016 lalu yang berhasil memenangkan capres kontroversial Donald Trump.


Seperti diketahui konsultan politik dari Rusia tersebut mempunyai spesialisasi memainkan politik SARA dan atau politik identitas. Pihak facebook sendiri telah menyerahkan laporan ada sekitar 470 akun yang kelihatannya dikoordinasi oleh sebuah organisasi yang berpusat di St. Petersburg.


Organisasi ini memang terkenal bisa menggiring sebuah isu dengan tema-tema yang menimbulkan kontroversi dan menciptakan polarisasi dimasyarakat. Secara keseluruhan, akun-akun tersebut membayar sekitar 3.000 iklan antara bulan Juni 2015 dan Mei 2017.


Meskipun iklan-iklan itu tidak secara khusus merujuk pada seorang kandidat atau pada pemungutan suara, namun membawa “pesan yang memecah belah” untuk kemudian disebarkan di berbagai platform media sosial, kata direktur keamanan Alex Stamos dalam sebuah pernyataan.


Salah satu langkah yang dilakukan konsultan politik Sandi tersebut adalah membuat polling-polling caleg dan capres di berbagai platform media sosial internet yang diatur agar caleg Gerindra, PKS dan PAN serta pasangan Prabowo-Sandi yang unggul.


Link polling dan berbagai hasil polling kemudian akan disebarkan keberbagai jaringan Whatsapp Group pendukung Prabowo-Sandi untuk merubah persepsi dan arah dukungan anggota grup bahkan meracuni mereka dengan berbagai isu persiapan kecurangan oleh pemerintah dalam persiapan pemilu.


Sebelum pendaftaran capres, Sandi diketahui kembali mengadakan kunjungan kerja ke Rusia pada awal Agustus 2018 ini. Ini adalah kunjungan kerja Sandi ke luar negeri ke lima kalinya. Diduga keras Sandi melakukan pertemuan langsung dengan para konsultan politik tersebut di Moskow.


Kunjungan Ke Moskow menurut Sandi juga didasarkan pada kepentingan untuk mempelajari sistem lalu lintas di Rusia setelah mengadakan studi banding di Amerika Serikat terkait hal yang sama.


Sandiaga sendiri tercatat sudah lima kali berangkat ke luar negeri selama menjabat sebagai wakil gubernur DKI sejak Oktober 2017.


Kunjungan pertama ke Dubai, Uni Emirat Arab pada November 2017. Kemudian kunker Tokyo, Jepang, pada Februari 2018. Selanjutnya, Sandi bertolak ke Amerika Serikat pada Juni lalu. Terakhir ke Singapura pada 9 Juli.


Apa yang telah dilakukan Sandi termasuk yang sudah diakuinya bahwa telah menjanjikan uang sebesar Rp. 500 Miliar kepada PKS dan PAN agar dapat menerima dan merekomendasikan dirinya menjadi cawapres Prabowo adalah ancaman nyata buat demokrasi.


Politik identitas yang telah diterapkan Sandi di Pilkada DKI telah menggembosi iklim demokrasi di tanah air. Akibatnya posisi Indonesia dalam Indeks Demokrasi anjlok 20 peringkat dan berada di bawah Malaysia.


Indonesia tergolong negara yang paling banyak mengalami kemerosotan dalam Indeks Demokrasi 2017 versi Economist Intelligence Unit. Posisi Indonesia dalam daftar tahunan yang dirilis Kamis (1/2) tersebut merosot 20 peringkat dari 48 ke 68. Pilkada DKI Jakarta yang dipenuhi ujaran kebencian dan fitnah ditengarai menjadi penyebab utama.


“Demokrasi di Indonesia anjlok menyusul Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, dimana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang berasal dari minoritas dipenjara atas dugaan penistaan agama,” tulis The Economist dalam laporan tersebut.


Ujaran kebencian dan tindak intoleransi sebenarnya pertamakali muncul pada Pemilu Kepresidenan 2014, namun kian marak selama Pilkada DKI Jakarta 2017 silam.


Kampanye politik identitas yang dilancarkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dinilai turut membumbui sikap anti pemimpin non-muslim di ibukota. Dengan mengobarkan sentimen keagamaan, pasangan tersebut sukses menggusur gubernur yang memiliki tingkat kepuasan kinerja sebesar 87,2%.


Kini saatnya masyarakat harus benar-benar waspada dan tidak dibutakan oleh propaganda satu arah dan menutup mata kepada kebenaran lainnya. Masyarakat bukan lagi harus sekedar cerdas memilah-milah informasi namun juga tidak terjebak dalam pemanfaat sentimen agama untuk kepentingan politik semata.

https://bataraonline.com/seminggu-se...nsultan-trump/

Sandiaga Uno ke Moskow, Fraksi PDIP Sebut Jalan-jalan Refreshing
Rabu, 1 Agustus 2018 16:47 WIB


Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno ketika mengunjungi Pulau Sebira, Kepulauan Seribu, Senin, 30 Juli 2018. Tempo/Zara Amelia

TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno tengah melakukan kunjungan kerja ke Moskow, Rusia, selama tiga hari ke depan.

Ketua Fraksi PDIP DKI Gembong Warsono menilai kunjungan tersebut merupakan liburan bagi Sandiaga Uno yang sudah penat mengurus Jakarta.


“Bagus lah jalan-jalan buat refreshing. Mungkin di Jakarta (Sandiaga) sudah pening," kata Gembong ketika dihubungi pada Rabu, 1 Agustus 2018.

Menurut Gembong, kepergian Sandiaga Uno yang meninggalkan Jakarta kurang tepat. Sebab, saat ini Jakarta tengah gencar merapikan diri menjelang Asian Games 2018. Sebagai tuan rumah, kata Gembong, para pemangku kebijakan seharusnya berada di Jakarta.

"Momentumnya dulu yang harus tepat. Pak Sandiaga ketika kunjungan ke luar negeri harus lihat momentum dulu. Pas kemarin ke Amerika saya katakan jalan-jalan. Sekarang saya bicara momentum. Momentum hari ini tidak tepat karena kita sedang punya hajatan besar, tuan tumah Asian Games," ucap Gembong.


Gembong mengaku sempat diajak Sandiaga ikut kunjungan kerja ke Moskow. Namun, dia menolak ajakan tersebut dengan alasan yang pemimpin harus tetap di Jakarta menjelang Asian Games.


“Waktu itu di media saya katanya dia mau ke Moskow mengajak saya dan mengirim surat ke Ketua DPRD dan kemudian dijawab suruh komunikasi langsung ke saya. Saya katakan saya nggak ikut,” kata Gembong.

Sandiaga Uno mengatakan, rencananya dia akan berada di Moskow selama tiga hari hingga Jumat, 3 Agustus 2018 mendatang. "Dua sampai tiga hari di sana (Moskow, Rusia)," ujar Sandiaga.

Dijadwalkan, Sandiaga Uno akan bertemu dengan Wali Kota Moskow Sergey Sobyanin. Mereka akan membahas kelanjutan kerjasama sister city Moskow dan Jakarta. Sandiaga mengatakan, hal tersebut sebelumnya juga telah dibahas oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.

https://metro.tempo.co/read/1112774/sandiaga-uno-ke-moskow-fraksi-pdip-sebut-jalan-jalan-refreshing/full&view=ok

Konsultan Politik yang Bantu Trump Pernah Beraksi di Indonesia
Senin 12 Maret 2018, 16:22 WIB

Ilustrasi (Rengga Sancaya/detikcom)

Jakarta - Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat pada 2016 dibantu oleh sebuah lembaga survei yang 'super'. Rupanya lembaga yang sama pernah jadi konsultan politik sebuah partai di Indonesia.

Konsultan politik itu bernama Cambridge Analytica, yang punya kantor di empat negara (Amerika Serikat, Inggris, Brasil, dan Malaysia). Mereka memiliki sebuah metode 'super' memakai big data atau data besar dalam proses membantu kampanye.


Baca juga: Cambridge Analytica, Konsultan Politik Super yang Gunakan Big Data

"CA telah dikontrak untuk mengatur kampanye di pemilu dari partai politik besar Indonesia selama proses restorasi demokrasi tahun 1999," tulis Cambridge Analytica dalam situsnya.

Mereka tak menyebutkan partai apa yang telah dibantunya. Ada 48 partai politik yang berlaga dalam Pemilu 1999.

Cambridge Analytica mengakui adanya tingkat kesulitan selama melakukan survei di Indonesia. Ada lebih dari 200 juta orang dengan 40 bahasa berbeda di Indonesia yang berbentuk kepulauan.




Tangkapan layar situs Cambridge Analytica. (Foto: dok. Internet)

Tak disebutkan apakah partai yang mereka bantu akhirnya memenangi Pemilu 1999. Namun Cambridge Analytica menulis pihaknya berperan penting dalam menanamkan perasaan yang kuat kepada masyarakat di tengah krisis ekonomi menghantam Asia.

Tak dijabarkan pula metode yang dipakai Cambridge Analytica untuk berpraktik di Indonesia saat itu. Sementara itu, mereka menulis cukup detail soal metode memenangkan Donald Trump menggunakan tiga komponen, yakni riset, ilmu pengolahan data, dan pemasaran digital. 

https://news.detik.com/berita/d-3912...i-di-indonesia

-------------------------------

Mudah-mudahan informasi diatas nggak bener!

emoticon-Sorry
Diubah oleh soekirmandia 26-09-2018 01:56
0
5.2K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan