- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ketika Imajinasi Bertemu Matematika


TS
super.broker
Ketika Imajinasi Bertemu Matematika

Quote:
Quote:
Quote:
Ketika Imajinasi bertemu dengan matematika, maka tidak ada yang tidak mungkin. (Salman 2018)
Saya baru dapat sebuah kutipan keren. Ini adalah kutipan yang saya buat di tahun 2018, sebuah pemikiran yang membuat darah saya lebih kencang mengaliri otak saya, yang kemudian membimbing jari jemari saya untuk beketukan di atas keyboard.
Sebagai pemanasan dari tulisan ini, saya akan mengolok-ngolok anak IPS yang tidak berguna, pembuat masalah, pembuat onar, tukang ngoceh yang tidak bermanfaat.
IPA Vs IPS
Apa yang dihasilkan anak-anak IPS selain ocehan yang tidak memberi manfaat? Membandingkan peran serta anak IPA dan anak IPS dalam kontribusi membentuk peradaban kehidupan yang lebih baik, seperti membandingkan langit dan lumpur. Terlalu jomplang.
Benda yang Anda sentuh atau genggam saat ini sehingga tulisan fenomenal saya ini bisa Anda, produk anak IPA atau IPS? Pasti jawabannya anak IPA , nggak mungkin buatan anak IPS. Singkat kata, peradaban yang maju itu dibangun oleh anak IPA, bukan oleh anak IPS. Anak IPS kontribusinya hanya dibagian ngoceh-ngoceh, alias bagian jualan..
Wekawekaweka…saya nyeruput dulu kopi ya… Btw, kopi itu produk anak IPA apa IPS?
OK, baca tulisan saya itu harus mikir, kalau nggak mikir, jangan baca tulisan saya…. Siap Pak Bos!!!??
Kembali ke topik, dunia digital, dunia matematika. Di Indonesia banyak orang suka yang serba digital, tapi tidak banyak orang yang suka matematika. Matematika sering kali mendapatkan pelecehan dari orang-orang bodoh yang tidak mengerti matematika. Permasalahan kehidupan katanya tidak bisa diselesaikan pakai matematika. Mungkin Anda pernah mendengar bahwa politik tidak sama dengan matematika. Masalah sosial tidak bisa diselesaikan dengan matematika.
Sebenarnya adalah bukan matematika tidak bisa menyelesaikan permasalahan kehidupan, karena matematika adalah perumusan masalah kehidupan yang disederhanakan bahkan sangat sederhana. Yang sebenarnya terjadi adalah mereka tidak bisa menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah kehidupan.
Semua permasalahan di dunia ini adalah permasalahan matematika. Penyebab masalahnya adalah perbedaan cara menghitung. Ada yang bilang tingkat kemiskinan menurun, ada yang bilang naik. Ada yang bilang hidup makin susah, ada yang bilang hidup makin mudah. Perbedaan-perbedaan cara hitung inilah masalahnya. Jika semua yang bermasalah menggunakan rumus yang sama untuk menyelesaikan masalahnya, maka tidak akan ada masalah di dunia ini.
Itulah mengapa matematika dikatakan The Quen Of Science, ratu dari ilmu pengetahuan. Filosofi ini bukan saya pahami dari membaca buku, tapi seiring perjalanan waktu bahwa matematika merupakan seni dan kunci di dalam ilmu pengetahuan.
Bahkan kemajuan suatu bangsa bisa dilihat dari bagaimana kemampuan matematika warga negaranya (https://gigit.asia/pendidikan-di-singapura/) . Negara dengan kemampuan matematika di atas rata-rata sebagian besar menempati sebagai negara maju. Nah Indonesia, kemampuan matematikanya tidak jauh dengan negara miskin di benua Afrika, belum termasuk sebagai negara maju, walaupun saat ini kita merasa sudah mengalami kemajuan karena sukses melaksanakan Asian Games, padahal kita tertinggal.
Apa yang terjadi pada Indonesia saat ini? Kita merasakan perkembangan dunia digital, tapi kita baru sebatas tingkat konsumsi, belum pada tahap produksi. Walaupun, ada perusahaan -perusahaan pemula berbasis digital sudah jadi unicorn, tapi masih terlalu sedikit. Penyebab ada dua, dari segi developer, Indonesia miskin developer berkualitas, sebagian startup di Indonesia saat ini merekrut developer asing agar bisa berkembang menjadi unicorn. Yang kedua dari segi konsumen, masih banyak yang gaptek, banyak yang tidak bisa memahami cara kerja aplikasi, sehingga aplikasi-aplikasi yang dikembangkan oleh developer tidak termaksimalkan penggunaannya oleh masyarakat.
Meski aplikasi-aplikasi digital semakin marak, tetapi 99% merupakan aplikasi buatan asing karena Indonesia dipandang sebagai market yang besar sehingga banyak developer asing masuk ke pasar Indonesia. Bisa dikatakan bahwa sebagian besar aplikasi yang ada saat ini adalah buatan china, hal ini bisa diketahui dari kasus Fintech yang tidak terdaftar di OJK sebagian besar berasal dari China.
Di China sendiri, perkembangan dunia digitalnya telah mampu menyaingi amerika serikat karena China memiliki SDM yang berkualitas, tentu saja kuncinya SDM yang memiliki kemampuan matematika di atas rata-rata. China merupakan negara dengan jumlah Unicorn terbanyak di Asia (https://id.techinasia.com/daftar-startup-unicorn-di-asia ).
Dunia Imajinasi
Dunia digital adalah adalah dunia imajinasi yang mampu diwujudkan oleh manusia saat ini. Semua orang tentu punya imajinasi, tetapi semua orang belum tentu mewujudkan imajinasinya. Kualitas imajinasi dan kemampuan mewujudkan imajinasi inilah yang membedakan kualitas satu sama lainya.
Jika kita bandingan kualitas imajinasi Indonesia dengan kualitas imajinasi Jepang dan Amerika, ada satu perbedaan. Imajinasi orang Indonesia berjalan ke belakang, sedangkan imajinasi Jepang dan Amerika berjalan ke depan. Produk-produk imajinasi tersebut bisa dilihat dari produksi-produksi film.
Amerika dan Jepang memiliki suatu kesamaaan, mereka menciptakan superhero dengan karakteristik high tech contohnya Ironman dan Satria Baja Hitam, sedangkan Indonesia super heronya bercorak jaman dulu, jaman kerajaan, seperi Wiro Sableng, Si Buta dari Gua Hantu dsb.
Einstein mengatakan bahwa imajinasi lebih penting dari pada ilmu pengetahuan. Pernyataan ini bukanlah dikatakan oleh orang awam, tetapi dikatakan oleh orang yang jenius dan saya mengamini pernyataan Einstein ini. Tetapi imajinasi yang dimaksud adalah imajinasi yang berkualitas, bukan imajinasi mundur yang buang-buang waktu.
Kemajuan teknologi saat ini, yang dahulu mungkin hanya bisa dimimpikan saja, setidaknya pada tahun 1990an, bagaimana kita bisa bicara dan bertatap muka dengan seseoang yang berjarak ratusan kilometer secara real time. Tapi sekarang hal itu sudah bisa kita lakukan dengan berbagai pilihan aplikasi obrolan (chatting) seperti Video Call WhatsApp contohnya.
Disini kita telah menyaksikan bahwa ketika imajinasi bertemu dengan matematika maka ia akan menjadi kenyataan. Tapi dititik ini saya miris jika melihat kembali ke Indonesia, imajinasinya terbelakang, kemampuan matematikanya rendah.
Ok, sampai disini dulu, saya mau test kemampuan Anda matematika Anda, sebagian besar orang tidak bisa mengerjakan soal saya ini secara matematis dan logis. Soalnya sederhana, cukup dengan kemampuan Aljabar setingkat SMP, soalnya : Tentukan bilangan bulat yang hasil jumlahnya sama dengan hasil baginya?
Jika dalam waktu 10 menit Anda tidak bisa menyelesaikannya secara matematis, itulah kenapa Indonesia sulit jadi negara maju.
Sumber
Diubah oleh super.broker 22-09-2018 14:26
-1
1.9K
Kutip
20
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan