Begitu juga dengan saya sendiri, sejak kecil saya di cap sebagai Nita yang pinter menggambar (tukang gambar). Hal itu karena memang hobby saya yang suka coret-coret apa aja di kertas. Dan hal itu masih melekat sampai sekarang karena saya masih aktif posting karya saya di akun media sosial. Selain tukang gambar, saya juga seorang peternak lebah, dan seorang pegawai di sebuah perusahaan Retail Optik. Saya juga seorang anak rantau yang sedang ke barat mencari kitab suci. eeh Mencari nafkah maksudnya.
Ini penampakan saya kalo di tempat kerja:

Banyak orang yang mempunyai lebih dari satu sisi. Tapi kadang saya juga bingung, apa yang menjadi sisi lain saya sendiri selain menggambar. Saya sendiri merasa bahwa saya adalah orang yang suka mempelajari hal baru, tapi cepat bosan. Misalnya saya pernah belajar Corel Draw, AutoCAD, Menjahit, Memotong rambut, dan beberapa hal lainya, tapi setelah beberapa waktu saya bosan dan meninggalkan hal-hal tersebut begitu saja. Hasilnya nggak ada satupun diantara itu semua yang saya kuasai secara penuh. Alias Nggak nyampe kemana-mana.

Orang-orang yang terbilang bukan teman dekat saya mungkin hanya tahu bahwa saya si Nita tukang gambar dan pegawai Optik, sementara orang terdekat lebih tau bahwa selain si tukang gambar, nita juga Si item, suka smule-an, suka maen game, suka anime, suka nulis, pengoleksi buku dan suka nongkrong di warnet. Tapi ada satu hal yang belum banyak orang tahu, bahwa si nita adalah cewek yang suka ngadu layangan.



Hal ini menurut saya adalah sisi turunan yang di wariskan dari bapak Saya. Beliaulah yang membuat saya jadi nggak takut item, terik matahari, debu dan angin. Hehe. Sejak kecil saya terbiasa melihat bapak saya membuat layangan, dan menerbangkanya. Jadi jangan ditanya kemampuan saya mebuat layangan seperti apa. Mulai dari meraut tulangannya, menempel kertasnya, hingga menerbangkannya 100% saya bisa. . ‘Moro’ pun (ngejar layangan yang putus) saya suka ikutan. Makanya kulit saya item-item glowing. wkwkwk

Kalo boleh jujur sekarang usia saya udah 20 tahun ke atas. Dan jangan di anggap aneh kalo saya masih suka ngadu layangan. Karena rasa suka saya sama kegiatan yang satu ini susah sekali di hilangkan walau usia saya semakin tua. BTW, Di tempat perantauan saya sama sekali nggak bisa main layangan karena emang terlalu sibuk bekerja. Makanya setiap udah musim layangan di kampung, saya selalu menyempatkan cuti beberapa hari hanya untuk sekedar bersenang-senang sama genk layangan saya di kampung. .

Selain main di lapangan kampung aja, saya bersama Genk layangan juga terkadang suka ‘marag’ (berkunjung ke kampung lain buat mabar). Hal itu bikin teman saya tambah banyak, mulai dari bapak-bapak, anak muda, anak SMA, SMP, sampe SD pun ada. Bahkan Guru saya pas SMA juga suka main bareng sama saya. . Dia juga dulu pernah ngajarin saya gimana cara milih layangan dan gelasan yang bagus biar menang.

Saya terbiasa menggunakan layangan segi empat. Disini nggak ada yang jual layangan hias karena emang nggak ada peminatnya. Ini layangan saya. Sebagian hasil bikin, dan sebagian lagi hasil moro.



. Guru saya bilang untuk memilih layangan yang mudah di terbangkan pilihlah yang tulangan tengahnya sedikit lentur. Tidak terlalu kaku serta seimbang. Kalo buat di adu pilih yang terbuat dari kertas minyak, biar beratnya pas. Nggak terlalu ringan atau terlalu berat.

Begitu juga dengan gelasan. Sebenarnya saya sudah punya langganan sendiri dari teman ayah saya untuk gelasan. Dia sudah membuat gelasan dari tahun 2000an. Bagi saya kualitasnya belum ada yang bisa menyaingi karena bukan buatan pabrikan. Selain itu lapisannya terbuat dari beling termos yang sejak dulu di percaya bikin kualitas gelasan ok bingits. Tapi tetap aja semua tergantung pemainya. Walaupun gelasannya bagus tapi kalo cara mainnya salah pasti PUTUS TUS TUS.