Kaskus

Story

manusiatolol15Avatar border
TS
manusiatolol15
Memulai Kembali
Halo, salam kenal
Ini pertama kali saya post di sini dan saya tidak terlalu jago dalam mengungkapkan pendapat, jadi mohon maaf jika ada kesalahan persepsi dari kata-kata saya  dan maaf jika tulisan saya berputar-putar dan panjang.

Saya ingin bercerita atau mungkin lebih tepatnya mengungkapkan apa yang saya rasakan dan pikirkan belakangan ini. Seperti yang tertera pada judul, saya merasa perlu memulai kembali mindset saya terhadap bersosial. 

Sejak saya SD, saya suka memperhatikan orang-orang sekitar dan beradaptasi sesuai keadaan (seperti jika saya melakukan 'ini', bagus atau tidak dipandangan orang-orang). Kebetulan saya bersekolah dasar di swasta jadi cukup terawasi oleh guru. Saya pun saat itu mempelajari konsekuensi dari perilaku berdasarkan mengamati orang lain. Alhasil, saya cenderung menghukum diri sendiri sebelum dihukum orang lain, seperti : saya tidak mengerjakan tugas, maka saya akan dihukum keluar kelas sampai pelajaran selesai. Sebelum disuruh keluar, saya langsung keluar.

Dan baru saya sadari saat ini, ketika saya kecil memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri apabila melakukan kesalahan dan terlibat konflik perang dingin. contohnya yang saya ingat yaitu ketika saya ada konflik dengan teman saya, saya ingat saat itu memukul kepala saya ke dinding, menusuk tangan sendiri dengan pena dan sengaja menjulurkan kaki sendiri di gang supaya terlindas gerobak yang mengangkut batu atau pasir(?) (saya lupa). 

Saya juga dulu memiliki mindset untuk mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan diri sendiri. Sayangnya, mindset itu perlahan hilang ketika SMP, yang katanya jaman orang lagi labil-labilnya. Pernah saya meminta untuk dihargai pada orang tua saya karena saya pergi jauh sendiri menggunakan sepeda untuk ke melakukan kegiatan ekstrakurikuler. (sayangnya, saya sempat tersesat dan beruntung saya bertemu dan diantar oleh tetangga saya. Sayangnya lagi tetangga saya bercerita seolah-olah saya tidak berdaya dan tidak berusaha mencari jalan pulang, orang tua saya mempercayai kata-katanya). Ya, yang saya dapatkan sebuah tamparan keras dari ayah saya dan beberapa ancaman, makian. Sejak saat itu, saya kembali ke mindset saya, mementingkan orang lain daripada keinginan sendiri.

Kemudian, saya ingin bercerita tentang mengungkapkan emosi dan ekspresi yakni di jaman SMA. Saya memiliki teman yang dijauhi oleh anak-anak sekelas karena dia yang terlihat bebas sekali mengungkapkan ekspresinya. Bagi saya memang dia agak berlebihan, namun saya kurang peduli tentang hal itu selama dia orangnya baik. Lalu, tentang pengalaman saya sendiri, saya ini orangnya kurang banyak berekspresi dan juga jarang bicara. Suatu ketika saya mengungkapkan rasa marah saya pada orang tua karena telepon saya tidak diangkat ketika saya butuh dijemput (saat itu juga hampir waktu maghrib dan handphone saya baterainya hampir habis). Saya mengungkapkan rasa marah saya dengan diam dan tidak menjawab pertanyaan ayah saya ketika saya sampai di rumah. Hal itu membuat ayah saya geram pada saya dan memukuli saya sambil menasehati saya untuk tidak marah.

Saat ini, saya tinggal sendiri, memang saat pertama kali saya tinggal sendiri ada perasaan bebas, saya tak perlu khawatir untuk dipukul dan diancam dimaki ketika saya melakukan kesalahan. Namun, seiring berjalannya waktu, luka-luka batin dari masa lalu saya selalu kembali menghantui saya. Untunglah saat ini saya merasa sudah mengikhlaskan apa yang sudah terjadi di masa lalu karena semua sudah berubah. Sekarang saya menjadi orang yang kebingungan mencari jati diri, mencari apa yang benar dan apa yang salah karena satu orang. Semua kebingungan itu menjadi rasa depresi, banyak terngiang-ngiang kata pengingat kesalahan saya dalam kepala saya (saya memiliki rasa takut terhadap apa yang orang lain pikirkan tentang saya, jika saya cerita masa lalu saya. Seperti anggapan saya ini lemah, bagaimana saya bisa menjalani kehidupan yang keras di luar sana, kata-kata kasar, dsb), saya merasa sedih dan marah tanpa alasan sampai saya harus mengurung diri supaya tidak mengganggu orang lain, bahkan kecenderungan saya menyakiti diri sendiri kembali. Saya ingin periksa psikologis tapi teman saya terlalu sibuk untuk mengantar jadi saya harus menahan ini lumayan lama, mungkin 2 bulan dari sekarang. Saya tidak bisa pergi sendiri karena bingung dan agak takut. Dan sejujurnya saya tidak mau cerita ke keluarga atau teman dekat saya, jadi saya pendam atau saya tulis dengan menggunakan nama orang lain (seperti ini).

Saya memiliki beberapa pertanyaan,
Mana mindset yang benar dan mana maindset yang salah?
Bagaimana pendapat kalian?
Adakah solusi atau saran untuk saya?

Sekian, 
Terima kasih
0
1.1K
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan