- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Yusril : Tagar 2019GantiPresiden Tak Mendidik


TS
beritahati.com
Yusril : Tagar 2019GantiPresiden Tak Mendidik
Quote:
Jelang Pemilihan Presiden 2019 perang tagar di medsos bermunculan. Adanya kegiatan dukung-mendukung dalam Pilpres adalah lumrah, wajar, sah dan konstitusional dalam sistem demokratis.
"Namun patut pula disadari bahwa tagar yang sengaja diciptakan itu hendaknya juga mengandung unsur pendidikan politik. Pendidikan politik berkaitan erat dengan peningkatan kualitas demokrasi," kata pengamat Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra.
Dia menjelaskan dalam tagar #Jokowi2Periode jelas disebutkan nama Jokowi sebagai capres yang didukung. Sementara dalam tagar #2019GantiPresiden, tidak jelas Presiden siapa yang mau diganti, dan juga tidak jelas siapa penggantinya.
"Padahal sudah jelas hanya ada 2 pasang calon Presiden, begini sudah jelas nama mana yang mau dipilih, dan tidak akan keluar dari 2 pasang calon itu," jelasnya.
Oleh karena itu, Yusril menilai sudah kurang pas tagar 2019 ganti Presiden. Kurang mendidik dan terlalu propokatif, tidak jelas siapa Presiden yang mau diganti dan siapa penggantinya.
"Padahal dalam Pilpres 2019, capresnya hanya ada dua, Joko Widodo dan Prabowo Subijanto," kata Yusril.
Karena sudah jelas hanya ada dua calon Presiden, maka sudah saatnya tagar diganti dengan menyebut nama pilihan calon Presiden secara tegas dan jelas.
"Ini sangat penting agar tagar tersebut tetap berisi pendidikan politik kepada rakyat, bukan propaganda politik," tegas Yusril.
Yusril menilai propaganda politik bertujuan menanamkan ke alam bawah sadar publik tentang sesuatu, dan bisa menjauhkan mereka dari rasionalitas. Tagar #2019GantiPresiden akan mendorong publik ke arah “pokoknya tahun 2019 ganti Presiden”.
"Kalau sudah seperti itu, maka publik tidak akan mikir lagi siapa pengganti Presiden, pokoknya ganti. Kalau calon Presiden hanya dua, maka siapapun dia, kemungkinan besar akan memenangkan kompetisi dalam Pilpres. Tentu ini tidak memberikan pendidikan politik apa-apa kepada rakyat," tambah Yusril.
Padahal Pemilu bertujuan untuk melaksanakan demokrasi, dan sebagai wahana pendidikan politik. Kita ingin rakyat menjadi dewasa dan rasional dalam menentukan pilihan politik, bukan penggiringan opini melalui propaganda.
"Bangsa yang besar harus mampu membangun dirinya dengan kesadaran politik yang tinggi. Kesadaran politik itu harus dibangun dengan rasionalitas," tutup Yusril.
(Baca Juga) Kami siap untuk memenangkan pasangan Jokowi-Maruf Amin di Sumatera Selatan," ujar Herman Deru di Palembang
"Namun patut pula disadari bahwa tagar yang sengaja diciptakan itu hendaknya juga mengandung unsur pendidikan politik. Pendidikan politik berkaitan erat dengan peningkatan kualitas demokrasi," kata pengamat Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra.
Dia menjelaskan dalam tagar #Jokowi2Periode jelas disebutkan nama Jokowi sebagai capres yang didukung. Sementara dalam tagar #2019GantiPresiden, tidak jelas Presiden siapa yang mau diganti, dan juga tidak jelas siapa penggantinya.
"Padahal sudah jelas hanya ada 2 pasang calon Presiden, begini sudah jelas nama mana yang mau dipilih, dan tidak akan keluar dari 2 pasang calon itu," jelasnya.
Oleh karena itu, Yusril menilai sudah kurang pas tagar 2019 ganti Presiden. Kurang mendidik dan terlalu propokatif, tidak jelas siapa Presiden yang mau diganti dan siapa penggantinya.
"Padahal dalam Pilpres 2019, capresnya hanya ada dua, Joko Widodo dan Prabowo Subijanto," kata Yusril.
Karena sudah jelas hanya ada dua calon Presiden, maka sudah saatnya tagar diganti dengan menyebut nama pilihan calon Presiden secara tegas dan jelas.
"Ini sangat penting agar tagar tersebut tetap berisi pendidikan politik kepada rakyat, bukan propaganda politik," tegas Yusril.
Yusril menilai propaganda politik bertujuan menanamkan ke alam bawah sadar publik tentang sesuatu, dan bisa menjauhkan mereka dari rasionalitas. Tagar #2019GantiPresiden akan mendorong publik ke arah “pokoknya tahun 2019 ganti Presiden”.
"Kalau sudah seperti itu, maka publik tidak akan mikir lagi siapa pengganti Presiden, pokoknya ganti. Kalau calon Presiden hanya dua, maka siapapun dia, kemungkinan besar akan memenangkan kompetisi dalam Pilpres. Tentu ini tidak memberikan pendidikan politik apa-apa kepada rakyat," tambah Yusril.
Padahal Pemilu bertujuan untuk melaksanakan demokrasi, dan sebagai wahana pendidikan politik. Kita ingin rakyat menjadi dewasa dan rasional dalam menentukan pilihan politik, bukan penggiringan opini melalui propaganda.
"Bangsa yang besar harus mampu membangun dirinya dengan kesadaran politik yang tinggi. Kesadaran politik itu harus dibangun dengan rasionalitas," tutup Yusril.
(Baca Juga) Kami siap untuk memenangkan pasangan Jokowi-Maruf Amin di Sumatera Selatan," ujar Herman Deru di Palembang
0
2.2K
Kutip
26
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan