Nilai tukar rupiah kini semakin anjlok hingga menyentuh angka Rp 14.930 per dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, di awal tahun 2018 rupiah masih di kisaran Rp 13.353 per dolar AS.

Anjloknya nilai tukar rupiah ini disoroti oleh Ekonom Senior Kwik Kian Gie. Ia menilai, pelemahan nilai tukar rupiah ini dipenagruhi oleh faktor psikologis di pasar uang.

Menurutnya, pelaku pasar selama ini mengamati pergerakan rupiah dan melakukan tindakan yang membuat nilai rupiah semakin anjlok hingga hampir menyentuh Rp 15.000 per dolar AS.

Saat ini sebenarnya faktor (pelemahan rupiah) sudah diambil alih oleh faktor psikologis. Itu sudah susah, pasar sudah sulit mengontrol,” tuturnya, Selasa (4/9/2018), dilansir cnnindonesia.com.


Meski begitu, ia menegaskan bahwa faktor psikologis bukan tak ada batasnya. Nanti, akan ada saatnya pelaku pasar merasa level rupiah terlalu lemah dan akan berhenti dengan sendirinya maupun kembali ke level wajar.

“Pemerintah jangan memamerkan kepanikannya. Selama ini, pernyataan Bank Indonesia (BI) seperti orang pesimis, walaupun kondisi sebenarnya seperti itu, tapi jangan dipamerkan, maka pasar akan panik,” tegasnya.

Lebih lanjut, Kwik menyebut ada dua hal yang menyebabkan kondisi ekonomi Indonesia melemah. Pertama, pemerintah tak memahami praktik ekonomi dan hanya fasih menjalankan teori.

Kedua, struktur kebijakan pemerintah saat ini terlalu liberal. Akibatnya, spekulasi di pasar keuangan sangat tinggi.

“Penguasa tidak paham apa yang dirasakan oleh pelaku di lapangan seperti apa? Mereka mengatur orang di pasar, tapi tidak paham perilaku yang diatur seperti apa. Dia mesti mengetahui, kalau urusan moneter, faktor psikologis itu penting,” lanjutnya.

Selain itu, ia menganggap pemerintah tak bisa menciptakan devisa. Sebab, selama ini aktivitas impor tak pernah mengalahkan ekspor, baik barang industri maupun bahan pangan.

http://www.suratkabar.id/107825/ekonomi/rupiah-terus-anjlok-kwik-kian-gie-beberkan-borok-pemerintah

Sdh dibeberkan oleh beliau