Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

the.commandosAvatar border
TS
the.commandos
Kerbau Milik Kiai Slamet Diarak 1 Muharam, Dianggap Sakti Hingga Kutunya Dicari Orang


TRIBUNJAMBI.COM - Salah satu bintang pada Malam 1 Suro di Kasunanan Surakarta adalah kerbau bule Kiai Slamet. 

Banyak kalangan yang menganggap bahwa Kiai Slamet bukan kerbau bule biasa, tapi kerbau sakti yang bisa mendatangkan berkah.

Soal bagaimana kerbau ini begitu dikeramatkan, Intisari pernah mengulasnya secara lebih mendalam.

Ada berita duka dari Solo. Selasa 3 Januari 1989 yang lalu, tepat pukul 12.00 tengah hari, telah mati Nyai Slamet.

Kalau saja ia bukan kerbau klangenan keraton, tentu kematiannya tak akan jadi berita, setidaknya bagi koran-koran lokal.

Menurut Suara Merdeka, harian terbitan Semarang yang ikut membuat peristiwa ini jadi berita, kematian kerbau bule itu disebabkan karena ia terserang masuk angin dan demam.

Sukirman, abdi dalem keraton penjaga kerbau, menyebutkan ia jelas mati karena masuk angin. Tubuhnya kaku dan ada kotoran yang menyumpal di pantat.

Menurut pengalamannya, bila demikian keadaan seekor kerbau pada waktu mati, berarti perutnya penuh angin, yang membuatnya susah berak, kentut atau menguap.

Beberapa jam setelah kematiannya, Nyai Slamet dikuburkan di tepi alun-alun selatan keraton, tak jauh dari kandangnya.

Nyai Slamet hanya salah seekor dari tujuh kerbau yang termasuk pusaka Keraton Kasunanan Surakarta. Ketujuh kerbau albino ini keturunan sepasang kerbau bernama Kiai Slamet dan Nyai Slamet, yang hidup pada zaman Kerajaan Kartasura yang diperintah Sri Sunan Paku Buwono I, awal abad 16.

Menurut cerita, pasangan kerbau ini hadiah dari seorang sesepuh sebuah keraton di Jawa Timur. Oleh PB I mereka lalu dijadikan emban, dayang pengasuh dan penjaga, bagi tombak pusaka Kiai Slamet, warisan Kerajaan Majapahit, andalan Keraton Kartasura.

Konon, sebelumnya PB I mendapat wangsit yang mengatakan tombak Kiai Slamet harus didampingi emban berupa sepasang kerbau bule.

Waktu sedang berpikir bagaimana memenuhi perintah wangsit ini, tiba-tiba datanglah hadiah tersebut, sepasang kerbau bule, persis seperti yang diperlukan. Merasa permohonan dalam semedinya terkabul, PB I lalu memberi nama pasangan kerbau tersebut Kiai dan Nyai Slamet.

Karena menjadi peliharaan keraton dan bertugas mengawal pusaka keraton yang keramat, maka pasangan kerbau ini juga dianggap sebagai pusaka keraton yang keramat dan sakti.

Mereka dianggap tak pernah mati. Kalau mati, mereka selalu menitis pada  keturunan-keturunannya. Karenanya, walau sudah puluhan generasi  berlalu sejak Kiai dan Nyai Slamet yang pertama, mereka tetap ada.

Menurut Sukirman, yang mewarisi pekerjaan sebagai penjaga kerbau keraton dari mertuanya, pada keturunan yang mana Kiai dan Nyai Slamet menitis, mimpilah yang menentukannya. Yang bermimpi bisa siapa saja, ia sendiri atau orang lain.

KUTUNYA PUN DICARI

Bagi yang tak tahu, kawanan  kerbau keraton ini bisa disangka kerbau biasa saja. Kecuali kulit yang bule atau belang-belang putih-kelabu, mereka juga doyan rumput dan gemar berkubang di lumpur, persis seperti kerbau-kerbau lainnya.

Namun, menurut Mas Sukirman, kalau diperhatikan benar-benar, Kiai Slamet dan keluarganya lain dari kerbau yang lain. Kerbau-kerbau ini, terutama Kiai Slamet, penampilannya lebih berwibawa. Entah apa maksudnya.

Seperti mengerti akan status istimewa mereka, kerbau-kerbau  keraton yang betina hanya mau dikimpoii oleh kerbau jantan dalam kelompok mereka saja. Mereka ogah bercinta dengan  kerbau jantan kampung biasa.

Sebaliknya, kerbau-kerbau  jantannya, yang jumlahnya dua ekor, mau saja kimpoi dengan betina kampung. Karena dianggap bisa membawa berkah, para pemilik kerbau betina senang saja kalau peliharaan mereka dikimpoii Kiai Slamet.

Meski sehari-hari diumbar begitu saja dan berkelana seenaknya di seputar Kota Solo, rombongan Kiai Slamet tak pernah diganggu atau hilang dicuri orang.

Memang pernah sekali waktu seorang abdi dalem keraton mencoba menggiring Kiai Slamet ke Pasar Pedan untuk dijual, tapi gagal karena keburu ada yang mengenalinya.

Umumnya orang Solo memang kenal dengan rombongan Kiai Slamet ini.  Pedagang sayur dan buah dengan senang hati mengempani mereka sisa-sisa dagangan yang tak habis terjual.  Sekalian minta berkah agar besok-besok bisa dapat untung lebih banyak.

Kadang terjadi, mungkin karena sudah lapar berat, tanpa permisi lagi Kiai Slamet langsung menyambar dagangan orang yang kebetulan dilaluinya di jalanan. Namun, ini bukannya membuat si pedagang jadi berang, tapi malah merasa senang.

Para petani pun gembira kalau kawanan kerbau bule ini berkubang di sawah mereka, meski sebagian padi  yang ditanam jadi rusak karenanya.

Orang percaya tuah Kiai Slamet bisa didapat pula lewat kutunya, yang dipercaya manjur untuk menyembuhkan sakit batuk dan paru-paru. Bahkan kotorannya juga penuh khasiat.

Seperti diberi pupuk dan disemprot insektisida, sawah yang ditaburi tahi kerbau ini konon akan subur dan bebas hama.

http://jambi.tribunnews.com/2018/09/04/kerbau-milik-kiai-slamet-diarak-1-muharram-dianggap-sakti-hingga-kutunya-dicari-orang?page=3

Sampai kutunya dicari jg
0
1.9K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan