- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
SEDIKIT SEJARAH BOCAH GIMBAL DI DIENG JAWA..


TS
pelangi.dot.com
SEDIKIT SEJARAH BOCAH GIMBAL DI DIENG JAWA..
Quote:
Rambut gimbal atau gembel yang dimiliki sejumlah anak di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, itu bukanlah tren rambut yang mereka ikuti melainkan terbentuk dengan sendirinya.
Konon, anak-anak berambut gimbal ini memiliki keistimewaan dibanding anak-anak lainnya.
Mereka yang berambut gimbal ini juga memiliki impian maupun cita-cita seperti halnya anak-anak sebaya termasuk ingin berambut normal.
Kendati demikian, rambut gimbal yang mereka miliki tidak bisa dihilangkan begitu saja atau dipotong di salon karena gimbalnya akan kembali tumbuh meskipun telah dihilangkan.
Rambut-rambut gimbal tersebut harus dipotong melalui sebuah prosesi ruwatan agar bisa tumbuh normal dan dilaksanakan atas dasar keinginan si anak, bukan kemauan orang tuanya.
Selain itu, orang tua juga harus memenuhi permintaan si anak berambut gimbal yang sudah bersedia untuk diruwat. Oleh karenanya, ruwatan rambut gimbal ini tidak dilaksanakan setiap saat.
Bahkan dalam satu tahun, belum tentu ada anak berambut gimbal yang diruwat karena kadang kala orang tuanya belum mampu menyiapkan permintaan si anak termasuk biaya untuk menggelar ruwatan.
Terkait hal itu, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, menggelar ruwatan massal anak berambut gimbal yang dirangkaikan dengan ajang "Dieng Culture Festival 2012", 30 Juni-1 Juli 2012.
Pokdarwis Dieng Pandawa yang didukung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Banjarnegara berupaya memfasilitasi pelaksanaan ruwatan bagi anak-anak berambut gimbal.
Dalam pelaksanaan DCF 2012 yang merupakan tahun ketiga ini, Pokdarwis Dieng Pandawa berhasil menjaring enam anak berambut gimbal yang bersedia mengikuti ruwatan.
Keenam anak berambut gimbal ini memiliki permintaan yang berbeda-beda dan harus dipenuhi saat mengikuti ruwatan.
Ketua Panitia DCF 2012 Alif Faozi mengatakan enam peserta ruwatan rambut gimbal terdiri Baqiyatus Izah dari Desa Dieng Kulon (Kecamatan Batur) dengan permintaan sebuah sepeda dan 10 butir telur ayam, Nur Hikmah dari Desa Bitingan (Batur) yang meminta anting-anting, Muhammad Farkhan Askataslini dari Desa Karangtengah (Batur) yang meminta seekor kambing.
Selain itu, kata dia, Intan Rahmidiani dari Desa Beji (Penjawaran) yang meminta lima mangkuk bakso dan seekor ayam jago, Nadia Retnowati dari Batur yang meminta uang jajan Rp100 dan Rp1.000, serta Indischa Azzahra Pradestaraya yang meminta dua permen Milkita dan dua dus minuman Milkuat.
Saat ditemui di sela-sela rangkaian kegiatan ruwatan massal, Intan Rahmidiani (4) mengaku senang bisa mengikuti acara ini. "Kulo pengin dados dokter (saya ingin menjadi dokter, red.)," kata dia dalam bahasa Jawa tanpa malu-malu.
Bahkan, dia yang telah mengenyam pendidikan anak usia dini (PAUD) ini juga mengaku ingin menjadi seorang bintang kecil.
Ibunda Intan Rahmidiani, Pariyem (35) mengatakan, anak ketiganya ini memiliki rambut gimbal sejak usia dua tahun.
Sebelum rambut gimbalnya terbentuk, kata dia, Intan terlebih dulu sakit-sakitan selama satu bulan namun tidak terus-menerus. "Seminggu sekali sakit panas, itu terjadi selama satu bulan," katanya.
Menurut dia di antara tiga anaknya, hanya Intan dan kakak tertuanya, Fitrohayatun (13), yang berambut gimbal, sedangkan anak laki-lakinya berambut normal.
Ia mengatakan Fitrohayatun yang sekarang telah duduk di kelas 2 sekolah menengah pertama ini gimbal sejak usia dua tahun dan diruwat saat berusia enam tahun.
"Kakak sulungnya dulu saat diruwat minta paha ayam. Alhamdulillah setelah mengikuti ruwatan, rambutnya tumbuh normal," katanya.
Ia mengaku pernah berambut gimbal dan mengikuti ruwatan saat masih berusia enam tahun dengan meminta persyaratan berupa singkong bakar dan jenang (dodol, red.).
Menurut dia Intan baru kali ini bersedia diruwat dan secara kebetulan ada ruwatan massal sehingga sangat terbantu. "Kalau mengadakan ruwatan sendiri, butuh banyak biaya," katanya.
Sementara saat menjalani ruwatan di pelataran Candi Puntadewa, Intan yang didampingi ayahnya, Riyanto (37), tampak ceria.
Bahkan saat hendak menuju altar tempat pemotongan rambut gimbal, dia yang dipanggul di pundak ayahnya melambaikan kedua tangannya sembari menebar senyum ke seluruh tamu undangan maupun wisatawan yang menyaksikan prosesi ini.
Demikian pula setelah selesai menjalani pemotongan rambut gimbalnya, Intan tetap melambaikan tangan dan menebar senyum bagaikan seorang artis sedang menyapa penggemarnya.
Meskipun di Dataran Tinggi Dieng banyak terdapat anak-anak berambut gimbal, belum semuanya bersedia diruwat, salah satunya Muhammad Alfarizi Masaid (10) yang disebut-sebut sebagai maskot atau rajanya anak-anak berambut gimbal.
Rizi (panggilan akrab Muhammad Alfarizi Masaid, red.) memiliki rambut gimbal jenis "pari" atau padi. Konon, rambut gimbal ini paling sempurna dan jarang yang memilikinya. "Suk emben nek wis gedhe (besok kalau sudah besar, red.)," kata dia yang mengaku ingin menjadi pesepak bola ternama.
Dia menginginkan adanya pementasan Reog Ponorogo dan Barongsay serta diberi cemeti jika hendak diruwat.
Hal yang sama juga diakui Aprilianti (22) karena anaknya yang berambut gimbal, Sherli (4), belum bersedia diruwat meskipun hanya meminta dua bua kelapa muda dan dua buah apel. "Belum mau diruwat, saya sendiri juga tidak bisa memaksanya," kata dia yang pernah berambut gimbal sejak usia dua tahun dan diruwat saat berusia dua tahun dan diruwat saat berusia enam tahun dengan permintaan berupa dua ekor kalkun.
Masyarakat Dataran Tinggi Dieng meyakini anak-anak berambut gimbal ini adalah anak bajang titipan Ratu Kidul (Ratu Laut Selatan, red.).
Anak berambut gembel berjenis kelamin laki-laki merupakan titisan Eyang Agung Kala Dete, sedangkan yang perempuan titisan Nini Ronce Kala Prenye. Mereka diyakini sebagai titipan anak bajang dari Ratu Samudera Kidul.
Konon, anak-anak berambut gimbal ini memiliki keistimewaan dibanding anak-anak lainnya.
Mereka yang berambut gimbal ini juga memiliki impian maupun cita-cita seperti halnya anak-anak sebaya termasuk ingin berambut normal.
Kendati demikian, rambut gimbal yang mereka miliki tidak bisa dihilangkan begitu saja atau dipotong di salon karena gimbalnya akan kembali tumbuh meskipun telah dihilangkan.
Rambut-rambut gimbal tersebut harus dipotong melalui sebuah prosesi ruwatan agar bisa tumbuh normal dan dilaksanakan atas dasar keinginan si anak, bukan kemauan orang tuanya.
Selain itu, orang tua juga harus memenuhi permintaan si anak berambut gimbal yang sudah bersedia untuk diruwat. Oleh karenanya, ruwatan rambut gimbal ini tidak dilaksanakan setiap saat.
Bahkan dalam satu tahun, belum tentu ada anak berambut gimbal yang diruwat karena kadang kala orang tuanya belum mampu menyiapkan permintaan si anak termasuk biaya untuk menggelar ruwatan.
Terkait hal itu, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, menggelar ruwatan massal anak berambut gimbal yang dirangkaikan dengan ajang "Dieng Culture Festival 2012", 30 Juni-1 Juli 2012.
Pokdarwis Dieng Pandawa yang didukung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Banjarnegara berupaya memfasilitasi pelaksanaan ruwatan bagi anak-anak berambut gimbal.
Dalam pelaksanaan DCF 2012 yang merupakan tahun ketiga ini, Pokdarwis Dieng Pandawa berhasil menjaring enam anak berambut gimbal yang bersedia mengikuti ruwatan.
Keenam anak berambut gimbal ini memiliki permintaan yang berbeda-beda dan harus dipenuhi saat mengikuti ruwatan.
Ketua Panitia DCF 2012 Alif Faozi mengatakan enam peserta ruwatan rambut gimbal terdiri Baqiyatus Izah dari Desa Dieng Kulon (Kecamatan Batur) dengan permintaan sebuah sepeda dan 10 butir telur ayam, Nur Hikmah dari Desa Bitingan (Batur) yang meminta anting-anting, Muhammad Farkhan Askataslini dari Desa Karangtengah (Batur) yang meminta seekor kambing.
Selain itu, kata dia, Intan Rahmidiani dari Desa Beji (Penjawaran) yang meminta lima mangkuk bakso dan seekor ayam jago, Nadia Retnowati dari Batur yang meminta uang jajan Rp100 dan Rp1.000, serta Indischa Azzahra Pradestaraya yang meminta dua permen Milkita dan dua dus minuman Milkuat.
Saat ditemui di sela-sela rangkaian kegiatan ruwatan massal, Intan Rahmidiani (4) mengaku senang bisa mengikuti acara ini. "Kulo pengin dados dokter (saya ingin menjadi dokter, red.)," kata dia dalam bahasa Jawa tanpa malu-malu.
Bahkan, dia yang telah mengenyam pendidikan anak usia dini (PAUD) ini juga mengaku ingin menjadi seorang bintang kecil.
Ibunda Intan Rahmidiani, Pariyem (35) mengatakan, anak ketiganya ini memiliki rambut gimbal sejak usia dua tahun.
Sebelum rambut gimbalnya terbentuk, kata dia, Intan terlebih dulu sakit-sakitan selama satu bulan namun tidak terus-menerus. "Seminggu sekali sakit panas, itu terjadi selama satu bulan," katanya.
Menurut dia di antara tiga anaknya, hanya Intan dan kakak tertuanya, Fitrohayatun (13), yang berambut gimbal, sedangkan anak laki-lakinya berambut normal.
Ia mengatakan Fitrohayatun yang sekarang telah duduk di kelas 2 sekolah menengah pertama ini gimbal sejak usia dua tahun dan diruwat saat berusia enam tahun.
"Kakak sulungnya dulu saat diruwat minta paha ayam. Alhamdulillah setelah mengikuti ruwatan, rambutnya tumbuh normal," katanya.
Ia mengaku pernah berambut gimbal dan mengikuti ruwatan saat masih berusia enam tahun dengan meminta persyaratan berupa singkong bakar dan jenang (dodol, red.).
Menurut dia Intan baru kali ini bersedia diruwat dan secara kebetulan ada ruwatan massal sehingga sangat terbantu. "Kalau mengadakan ruwatan sendiri, butuh banyak biaya," katanya.
Sementara saat menjalani ruwatan di pelataran Candi Puntadewa, Intan yang didampingi ayahnya, Riyanto (37), tampak ceria.
Bahkan saat hendak menuju altar tempat pemotongan rambut gimbal, dia yang dipanggul di pundak ayahnya melambaikan kedua tangannya sembari menebar senyum ke seluruh tamu undangan maupun wisatawan yang menyaksikan prosesi ini.
Demikian pula setelah selesai menjalani pemotongan rambut gimbalnya, Intan tetap melambaikan tangan dan menebar senyum bagaikan seorang artis sedang menyapa penggemarnya.
Meskipun di Dataran Tinggi Dieng banyak terdapat anak-anak berambut gimbal, belum semuanya bersedia diruwat, salah satunya Muhammad Alfarizi Masaid (10) yang disebut-sebut sebagai maskot atau rajanya anak-anak berambut gimbal.
Rizi (panggilan akrab Muhammad Alfarizi Masaid, red.) memiliki rambut gimbal jenis "pari" atau padi. Konon, rambut gimbal ini paling sempurna dan jarang yang memilikinya. "Suk emben nek wis gedhe (besok kalau sudah besar, red.)," kata dia yang mengaku ingin menjadi pesepak bola ternama.
Dia menginginkan adanya pementasan Reog Ponorogo dan Barongsay serta diberi cemeti jika hendak diruwat.
Hal yang sama juga diakui Aprilianti (22) karena anaknya yang berambut gimbal, Sherli (4), belum bersedia diruwat meskipun hanya meminta dua bua kelapa muda dan dua buah apel. "Belum mau diruwat, saya sendiri juga tidak bisa memaksanya," kata dia yang pernah berambut gimbal sejak usia dua tahun dan diruwat saat berusia dua tahun dan diruwat saat berusia enam tahun dengan permintaan berupa dua ekor kalkun.
Masyarakat Dataran Tinggi Dieng meyakini anak-anak berambut gimbal ini adalah anak bajang titipan Ratu Kidul (Ratu Laut Selatan, red.).
Anak berambut gembel berjenis kelamin laki-laki merupakan titisan Eyang Agung Kala Dete, sedangkan yang perempuan titisan Nini Ronce Kala Prenye. Mereka diyakini sebagai titipan anak bajang dari Ratu Samudera Kidul.
Quote:
Berkenalan dengan Anak Gimbal, Titipan Nyi Ratu Selatan

DATARAN tinggi Dieng yang berada di Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, Jawa Tengah, ini memang dikenal dengan pesona alamnya yang memukau. Keindahan alam serta budaya yang tersimpan, menjadikan tempat ini dikenal dengan sebutan Negeri Para Dewa, seperti penamaan Dieng yang secara etimologi berasal dari dua kata dalam bahasa Kawi; ‘di’ yang berarti gunung dan ‘hyang’ yang berarti dewa.
Satu pemandangan menarik yang segera menyita perhatian wisatawan saat ke Dieng adalah keberadaan anak-anak gimbal, warga sekitar menyebutnya anak-anak gembel. Menurut cerita warga, anak-anak ini merupakan titipan Nyi Ratu (Ratu Laut Selatan) dan titisan Mbah Kolodite. Jika anak gimbal laki-laki merupakan titisan Mbah Kolodite, maka yang perempuan merupakan titisan Nini Ronce Kala Prenye.
Mbah Kolodete atau yang lebih sering dipanggil oleh masyarakat Dieng dengan sebutan Kiai Kolodete adalah nama seorang pengelana yang merupakan cikal bakal pemukiman di daerah Pegunungan Dieng. Kiai Kolodete dipercaya sebagai orang yang 'berilmu'. Selain memiliki ilmu yang tinggi,dia juga dikenal sebagai pengayom dan pembela rakyat kecil. Dia disegani para musuh, tetapi dicintai teman dan warganya.
Menurut juru kunci atau pemangku adat, Mbah Ruswanto, Kiai Kolodete datang ke Dieng sekira tahun 1628 M. Ia adalah seorang raja besar di Jawa Timur. Lalu pada peristiwa runtuhnya Majapahit, banyak yang melarikan diri ke Bali, sementara Kiai Kolodete bersama Kiai Karim dan Kiai Walik lari ke Pegunungan Dieng dimana pada saat itu Pegunungan Dieng masih berupa hutan belantara.
“Sebutan kiai ini bukan berarti seperti kiai agama Islam sekarang ini, lebih mengarah sebutan untuk seseorang yang memiliki kesaktian atau kelebihan. Kemudian, ia dipercaya oleh Nyi Ratu Selatan untuk menitipkan anak gembel di daerah Dieng ini,” jelasnya.
Namun, menurut cerita rakyat yang berkembang, datangnya rambut gimbal memang dari Nyi Ratu Selatan yang kemudian dititipkan kepada Kiai Kolodete, hingga nantinya rambut gimbal tersebut kembali ke Nyi Ratu melalui proses pemotongan rambut. Kiai Kolodete juga memiliki rambut gimbal yang panjang. Ia pernah bersumpah tidak akan mencukur rambutnya hingga kawasan Dataran Tinggi Dieng makmur. Bila keinginannya tidak terkabul, dia akan menitiskan rohnya kepada anak yang baru lahir atau anak yang baru belajar berjalan. Sebagai bukti titisannya, si anak akan berambut gimbal.
Berangkat dari legenda tersebut, warga Dieng menempatkan anak berambut gimbal lebih tinggi dari anak sebayanya. Anak berambut gimbal juga dipercaya memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan dunia maya. Maka jarang orang yang berani sembarangan dengan anak gimbal ini. Keberadaan anak gimbal justru dianggap sangat berkah bagi keluarga.
“Karena datangnya tidak bisa diminta dan tidak bisa pula ditolak, ini merupakan titipan dari leluhur. Untuk itu, bagi orangtua yang mempunyai anak gembel, harus prihatin. Bersiap-siap untuk selalu memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka," kata Mbah Ruswanto kepada Okezone.
Uniknya, pada mulanya rambut anak-anak ini tumbuh normal sewaktu lahir. Rambut gimbal bisa dihilangkan melalui prosesi ruwatan yang diadakan secara massal. Rambut gimbal tersebut juga tidak bisa dipotong sembarangan. Rambut sudah bisa dipotong jika si anak sudah akil baligh, dan dengan kemauan anak itu sendiri. Orangtua tidak dapat memaksa mereka untuk potong rambut. Jika dipaksakan, anak tersebut akan terserang sakit parah dan rambut gimbal akan tumbuh lagi.
Tak hanya itu, si anak pun memiliki syarat jika rambutnya ingin dipotong. Apa yang menjadi keinginannya, orangtua harus memberikan. Jika tidak dituruti apa yang menjadi keinginanya, dan rambut gimbal sudah terlanjur dipotong, rambut gimbal dalam waktu tiga bulan kemudian akan kembali tumbuh. Ibaratnya, anak gimbal ini memang sangat istimewa, diperlakukan secara luar biasa dan berbeda dari kebanyakan anak pada umumnya.
Permintaan yang terlontar dari mulut mereka pun dipercaya bukan berdasarkan keinginannya, melainkan dari leluhur. Sehingga apapun yang menjadi keinginan anak gimbal satu dengan yang lain tentulah berbeda, tidak bisa diprediksi. Ada yang meminta seekor kambing, bahkan ada salah satu anak gimbal yang rambutnya sudah sempurna tidak ikut ruwatan karena ia meminta suatu hal yang belum bisa diwujudkan oleh orangtuanya.
Dia adalah Muhammad Alfarizi Masaid (10), memiliki rambut gimbal jenis pari kecil seperti padi. Sejak usia 2 tahun, rambut gimbalnya sudah mulai tumbuh hingga kini ia berusia 10 tahun. Rizi merupakan maskot dari anak gimbal yang ada di Dieng berjenis kelamin laki-laki. Karena pada umumnya anak gimbal di Dieng hampir 90 persen berjenis kelamin perempuan. Dulunya, memang persentase laki-laki dan perempuan seimbang. Namun seiring berjalannya waktu, justru perempuan menjadi sangat dominan yang berambut gimbal. Rizi baru mau diruwat jika saat ruwatan ditampilkan pertunjukan Reog Ponorogo dan barongsai. Ini belum disanggupi oleh kedua orangtuanya, seperti halnya Nisa. Dia belum ingin diruwat karena orangtuanya belum bisa memenuhi keinginannya memiliki akuarium.
Sebelum upacara pemotongan rambut, ada ritual doa di beberapa tempat agar upacara berjalan lancar. Tempat tersebut adalah Candi Dwarawati, komplek Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, Komplek Pertapaan Mandalsari (gua di telaga warna), Kali Pepek, dan tempat pemakaman Dieng. Malam harinya akan diadakan upacara jamasan Pusaka, pencucian benda pusaka yang akan dibawa saat arak-arakan anak gimbal.
Prosesi pertama-tama dilakukan dengan mengarak anak gimbal yang akan diruwat. Ketika sesajen sudah siap diusung, para sesepuh sudah mengenakan pakaian Jawa lengkap, orang-orang sudah mulai berdatangan, penari melakukan geraknya, kemudian anak gimbal diantar keluarganya dengan bagian atas kepala mereka diikat kain putih yang melingkar menutupi kening hingga rambut bagian belakang. Gimbal-gimbal dibiarkan tergerai begitu saja. Kemudian, anak-anak gimbal tersebut diarak di sepanjang jalan Dieng Kulon hingga sampai ke kompleks candi untuk segera melalui prosesi pemandian.
Anak-anak gimbal berjejer dipangku orangtuanya. Kemudian, pemangku adat dan sesepuh berdoa di depan sumur. Di sinilah air akan diambil guna dipakai untuk jamasan rambut anak-anak gimbal. Rambut dan wajah mereka dibasuh dengan dedaunan yang dibasahi oleh air dari sumur Sendang Sedayu dengan dicampur kembang 7 rupa.
Setelah proses pemandian selesai, mereka kembali diarak menuju kompleks Candi Arjuna untuk segera melakukan pemotongan rambut. Ada mahar-mahar atau sesajen yang sudah tertata rapi. Sesajian berupa makanan tradisional Dieng, ayam, buah-buahan, yang nantinya selesai acara akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir.
Upacara pemotongan rambut berlangsung sekira 30 menit. Penutupan rangkaian acara ruwatan adalah pelarungan rambut gimbal di Telaga warna. Airnya mengalir ke Sungai Serayu dan berhilir di Pantai Selatan di Samudera Hindia. Untuk dikembalikan kepada Nyi Ratu Selatan. (ftr)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.
[CENTER]sumber[/CENTER]
Quote:
Quote:
Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng: Dari Tempe Gembus sampai Wedhus

Alira, gadis kecil berusia tiga tahun itu bergelayut mesra di pangkuan sang ibu. Sekilas tak ada yang berbeda dengan gadis cilik ini. Namun, pagi itu Minggu (30/6), merupakan hari yang bersejarah bagi si kecil Alira. Gadis kecil berkulit sawo matang ini sangat istimewa bagi masyarakat Dieng, sebuah kawasan dataran tinggi yang terletak di Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, di Jawa Tengah.
Saat lahir, ia sama dengan bayi lainnya. Namun, suatu ketika Alira mengalami demam tinggi. Pasca kejadian itu rambutnya yang lurus menjadi gimbal. Bukan Alira saja yang mendapatkan keistimewaan ini. Anak berambut gimbal merupakan satu aset yang amat berharga di wilayah ini. Warga Dieng percaya bahwa anak-anak berambut gimbal merupakan keturunan dari leluhur pendiri Dieng dan ada makhluk gaib yang menjaga mereka.
Rambut gimbal bukanlah genetik yang bisa diwariskan secara turun temurun. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan dan siapa anak yang akan menerima anugerah ini. Konon leluhur Dieng, Ki Ageng Kaladite berpesan agar masyarakat setempat senantiasa menjaga anak yang memiliki rambut gimbal ini.
Mereka tidak akan selamanya berambut gimbal. Anak-anak itu akan menjalani sebuah proses pemotongan rambut karena jika dibiarkan hingga tumbuh dewasa maka dipercaya akan membawa musibah bagi keluarganya. Namun, ritual ini tidak boleh sembarangan dilakukan. Konon, sang anak yang bisa menentukan kapan ia mau dipotong rambutnya. Sembari mau dipotong, anak itu juga memiliki permintaan khusus. Jika keinginannya belum dituruti, maka gimbal di rambutnya akan terus tumbuh meski sudah dipotong berkali-kali.
[CENTER]SUMBER[/CENTER]
Quote:
GAMBAR ANAK GIMBAL


Diubah oleh pelangi.dot.com 28-05-2014 13:54
1
13.4K
Kutip
31
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan