- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Selidiki Penyebab Tewasnya Siswa SD usai Divaksin, Dinkes Jabar Ikut Turun Tangan


TS
selldomba
Selidiki Penyebab Tewasnya Siswa SD usai Divaksin, Dinkes Jabar Ikut Turun Tangan
INDOPOS.CO.ID - Sungguh malang nasib Indriyani, 11. Bocah perempuan kelas enam SDN Cipetir 1 Desa Tugujaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor itu diduga kuat meninggal dunia setelah empat hari menerima suntik Difteri, Pertusi dan Tetanus (DPT) dua pekan lalu. Kejadian ini menambah daftar kasus kematian anak usai diimunisasi.
Image
Orangtua Indriyani, Omah, 40 harus ikhlas menerima kepergian anaknya. Menjadi orang kecil dan miskin tentunya tidak ada ruang bagi mereka menghadapi kenyataan, selain menerima dengan pasrah. Ia pun tampak tegar saat menceritakan kronologis kematian anak semata wayangnya itu kepada koran ini, Kamis (23/8).
Omah mengaku sebelumnya pihak sekolah memberi tahu kepada orang tua akan ada suntik difteri di sekolah.
Saat pelaksanaan, kondisi tubuh Indri demam tapi pihak sekolah tetap mengizinkan Indri disuntik. Pihak sekolah menyampaikan kepada Indri bahwa efek setelah diimunisasi akan mengalami demam.
Namun itu tidak apa-apa karena reaksi obat. Setelah itu, Indri disuruh pulang ke rumah dan istirahat. Setibanya di rumah, kondisi Indri semakin panas tinggi hingga dua hari. Melihat kondisi Indri yang panasnya tak juga turun, pihak keluarga membawanya ke dokter. Saat itu dokter tidak banyak bicara, hanya bilang bahwa Indri akan sembuh kembali.
Namun, Indri akhirnya meninggal dunia. ”Kalau malam Indri mengeluhkan badannya panas. Untuk meringankan sakitnya, ia sering istighfar. Dihitung-hitung hampir seminggu tidak masuk sekolah akibat sakit panas,” kata Omah.
Ia mengaku pasrah dan menganggap kejadian ini sebagai takdir. Indriyani pun sudah dimakamkan di makam keluarga yang tak jauh dari rumah tinggalnya. ”Bapaknya tidak pernah pulang lagi sejak lama. Selama ini saya yang besarkan Indri. Saya ikhlas Indri pergi, saya tidak akan menuntut siapa pun,” ujar Omah.
Kasus kematian Indri menjadi perhatian hingga ke Jawa Barat (Jabar). Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Kopda KIPI) Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar saat ini ikut menelusuri kematian siswi SDN Cipetir 01 itu.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Dinkes Kabupaten Bogor Erwin Suriana. Menurutnya, Dinkes Jabar membentuk tim Kopda KIPI untuk mendalami kasus Indri usai disuntik vaksin DPT pertengahan Agustus lalu. ”Tim Kopda KIPI dari Provinsi Jabar lagi menelusurinya. Sebab pengakuan dari pihak keluarga masih simpang siur,” ucap Erwin kepada Metropolitan (INDOPOS Grup).
Erwin mengaku berdasarkan informasi bahwa Indriyani meninggal sebelum dibawa ke puskesmas. Namun untuk jelasnya, tim Kopda KIPI Provinsi Jabar masih menelusuri soal tersebut. ”Kita tunggu saja hasilnya dari tim Kopda KIPI Jabar. Untuk kronologisnya saya kabarin lagi,” kata Erwin.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Cigombong Sonny Budiman mengatakan, jika ada kekeliruan dalam imunisasi DPT pasti akan berdampak pada banyak siswa, tidak hanya satu siswa. ”Kan ada sekitar 500-an yang disuntik. Misalkan 50 persen lah kena dampak yang sama, itu baru bisa dipertanyakan vaksinnya,” kata Sonny.
Ia menuturkan, sebelum mengikuti imunisasi, Indriyani memang sakit. Namun saat dilakukan imunisasi, ia sudah sembuh dan masuk sekolah. Usai divaksin, Indriyani mengalami panas dan itu memang dampak sementara imunisasi. ”Setelah panas itu, dia masuk lagi kok, sekolah biasa seminggu,” kata Sonny.
Ia mengaku sudah menjalankan SOP sepenuhnya seperti siswa yang sakit tidak boleh menjalani imunisasi. Bahkan imunisasi program pemerintah itu dilakukan tanpa paksaan. ”Kita sudah sesuai prosedur. Saya agak ragu kalau itu dikaitkan dengan vaksin. Tapi saya belum bisa beri keterangan lebih lanjut karena ini sedang ditangani Dinkes,” tandas Sonny. (mul/b/tib/els/run/jpc)
Kasus Dugaan Kematian Akibat Vaksinasi
1. 9 Januari 2018
Tearysa, 10 warga Kabupaten Karawang meninggal dunia setelah divaksin difteri di sekolahnya
2. 24 Februari 2018
Naza Fahira Andrean, 10, siswi SD di Kota Tangsel kejang-kejang lalu meninggal diduga setelah diimunisasi.
3. Maret 2018
Alhaz Celsia Rua, 7, siswa SD di Ngawi, Jawa Timur diduga meninggal dunia usai divaksin difteri.
4. 14 Agustus 2018.
Agustina Logo, siswi SD di Papua diduga meninggal dunia setelah divaksin campak dan rubella.
https://indopos.co.id/read/2018/08/28/148378/selidiki-penyebab-tewasnya-siswa-sd-usai-divaksin-dinkes-jabar-ikut-turun-tangan
Innalillahi wa Inna ilaihi Roojiuun.
Jadi vaksin itu dibikin untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap penyakit ato buat bunuh anak2 dan mengendalikan populasi?
Gimana rakyat mau percaya sama vaksin.
Jangan mau dibodohin dan dibohongin vaksin deh, waspada aja. Rakyat bukan kelinci percobaan.

Mana kasusnya dari Januari sampe sekarang banyak bener sampe sekitar 5 anak meninggal.

Image
Orangtua Indriyani, Omah, 40 harus ikhlas menerima kepergian anaknya. Menjadi orang kecil dan miskin tentunya tidak ada ruang bagi mereka menghadapi kenyataan, selain menerima dengan pasrah. Ia pun tampak tegar saat menceritakan kronologis kematian anak semata wayangnya itu kepada koran ini, Kamis (23/8).
Omah mengaku sebelumnya pihak sekolah memberi tahu kepada orang tua akan ada suntik difteri di sekolah.
Saat pelaksanaan, kondisi tubuh Indri demam tapi pihak sekolah tetap mengizinkan Indri disuntik. Pihak sekolah menyampaikan kepada Indri bahwa efek setelah diimunisasi akan mengalami demam.
Namun itu tidak apa-apa karena reaksi obat. Setelah itu, Indri disuruh pulang ke rumah dan istirahat. Setibanya di rumah, kondisi Indri semakin panas tinggi hingga dua hari. Melihat kondisi Indri yang panasnya tak juga turun, pihak keluarga membawanya ke dokter. Saat itu dokter tidak banyak bicara, hanya bilang bahwa Indri akan sembuh kembali.
Namun, Indri akhirnya meninggal dunia. ”Kalau malam Indri mengeluhkan badannya panas. Untuk meringankan sakitnya, ia sering istighfar. Dihitung-hitung hampir seminggu tidak masuk sekolah akibat sakit panas,” kata Omah.
Ia mengaku pasrah dan menganggap kejadian ini sebagai takdir. Indriyani pun sudah dimakamkan di makam keluarga yang tak jauh dari rumah tinggalnya. ”Bapaknya tidak pernah pulang lagi sejak lama. Selama ini saya yang besarkan Indri. Saya ikhlas Indri pergi, saya tidak akan menuntut siapa pun,” ujar Omah.
Kasus kematian Indri menjadi perhatian hingga ke Jawa Barat (Jabar). Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Kopda KIPI) Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar saat ini ikut menelusuri kematian siswi SDN Cipetir 01 itu.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Dinkes Kabupaten Bogor Erwin Suriana. Menurutnya, Dinkes Jabar membentuk tim Kopda KIPI untuk mendalami kasus Indri usai disuntik vaksin DPT pertengahan Agustus lalu. ”Tim Kopda KIPI dari Provinsi Jabar lagi menelusurinya. Sebab pengakuan dari pihak keluarga masih simpang siur,” ucap Erwin kepada Metropolitan (INDOPOS Grup).
Erwin mengaku berdasarkan informasi bahwa Indriyani meninggal sebelum dibawa ke puskesmas. Namun untuk jelasnya, tim Kopda KIPI Provinsi Jabar masih menelusuri soal tersebut. ”Kita tunggu saja hasilnya dari tim Kopda KIPI Jabar. Untuk kronologisnya saya kabarin lagi,” kata Erwin.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Cigombong Sonny Budiman mengatakan, jika ada kekeliruan dalam imunisasi DPT pasti akan berdampak pada banyak siswa, tidak hanya satu siswa. ”Kan ada sekitar 500-an yang disuntik. Misalkan 50 persen lah kena dampak yang sama, itu baru bisa dipertanyakan vaksinnya,” kata Sonny.
Ia menuturkan, sebelum mengikuti imunisasi, Indriyani memang sakit. Namun saat dilakukan imunisasi, ia sudah sembuh dan masuk sekolah. Usai divaksin, Indriyani mengalami panas dan itu memang dampak sementara imunisasi. ”Setelah panas itu, dia masuk lagi kok, sekolah biasa seminggu,” kata Sonny.
Ia mengaku sudah menjalankan SOP sepenuhnya seperti siswa yang sakit tidak boleh menjalani imunisasi. Bahkan imunisasi program pemerintah itu dilakukan tanpa paksaan. ”Kita sudah sesuai prosedur. Saya agak ragu kalau itu dikaitkan dengan vaksin. Tapi saya belum bisa beri keterangan lebih lanjut karena ini sedang ditangani Dinkes,” tandas Sonny. (mul/b/tib/els/run/jpc)
Kasus Dugaan Kematian Akibat Vaksinasi
1. 9 Januari 2018
Tearysa, 10 warga Kabupaten Karawang meninggal dunia setelah divaksin difteri di sekolahnya
2. 24 Februari 2018
Naza Fahira Andrean, 10, siswi SD di Kota Tangsel kejang-kejang lalu meninggal diduga setelah diimunisasi.
3. Maret 2018
Alhaz Celsia Rua, 7, siswa SD di Ngawi, Jawa Timur diduga meninggal dunia usai divaksin difteri.
4. 14 Agustus 2018.
Agustina Logo, siswi SD di Papua diduga meninggal dunia setelah divaksin campak dan rubella.
https://indopos.co.id/read/2018/08/28/148378/selidiki-penyebab-tewasnya-siswa-sd-usai-divaksin-dinkes-jabar-ikut-turun-tangan
Innalillahi wa Inna ilaihi Roojiuun.
Jadi vaksin itu dibikin untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap penyakit ato buat bunuh anak2 dan mengendalikan populasi?
Gimana rakyat mau percaya sama vaksin.
Jangan mau dibodohin dan dibohongin vaksin deh, waspada aja. Rakyat bukan kelinci percobaan.



Mana kasusnya dari Januari sampe sekarang banyak bener sampe sekitar 5 anak meninggal.

Diubah oleh selldomba 29-08-2018 22:04
-10
9.2K
139


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan