- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Setelah Bebas, Polycarpus Buka Kisah Sebenarnya Pembunuhan Munir


TS
beritahati.com
Setelah Bebas, Polycarpus Buka Kisah Sebenarnya Pembunuhan Munir
Quote:
Polycarpus Budihari Priyanto sudah menuntaskan masa tahanan setelah disebut-sebut ikut terlibat pada pembunuhan pegiat Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib.
Setelah menghirup udara bebas, dia menilai ada banyak kejanggalan hingga dirinya menjadi tersangka sekaligus terdakwa dalam kasus tersebut. Dia membantah terlibat memasukkan arsenik ke makanan atau minuman Munir. Dari hasil autopsi banyak ketidaksesuaian yang terjadi.
"Wah itu engak bener, itu enggak bener. Saya minta pembuktian juga enggak bisa yah. Kalau mau dilihat dari hasil autopsi dan lain-lain itu enggak masuk dan itu gak matching semua," ujar Polycarpus saat ditemui usai mengambil surat pengakhiran bimbingan Balai Pemasyarakatan Kelas I Bandung, Jalan Ibrahim Adjie, Kota Bandung, Rabu (29/8/2018).
Dia katakan, saat diadili, tuduhannya memasukan arsenik ke dalam jus jeruk. Namun pada saat dijatauhi vonis adalah dimasukan pada mie goreng.
"Sedangkan mie goreng itu tidak ada dalam dakwaan," imbuhnya.
Polycarpus membeberkan lucos delic dalam kasus ini pun berbeda-beda terkait waktu dan tempat pembunuhan Munir. Ia mempertanyakan sejumlah hal. Dugaan pertama, pembunuhan Munir terjadi dalan perjalanan Jakarta-Singapura. Namun kemudian ada dugaan kembali, jika Munir diracun, saat perjalanan dari Singapura ke Amsterdam.
"Hasil autopsi di Belanda adalah, durasi racun masuk ke tubuh Munir adalah delapan jam sebelum meninggal. Jarak terbangnnya (Singapur-Amsterdam) adalah 12 jam 25 menit. Dua jam sebelum mendarat, Munir meninggal. Yah kalau di tarik mundur, 10 jam 25 menit," terangnya.
"Racun masuk ke tubuh Munir dari hasil autopsi Belanda adalah delapan jam sebelum Munir meninggal, jadi kalau di tarik mundur itu adalah 2 jam 25 menit after Singapura, sedangkan saya turun di Singapura. Janggal kan?" ungkap dia.
Adapun hasil autopsi di Amerika, ditemukan racun masuk ke dalam tubuh munir dengan durasi sembilan jam. Asumsinya, hal itu terjadi satu jam 25 menit setelah take off dari Singapura, sedangkan ia turun di Singapura.
Kemudian, timbul dugaan Munir diracun, saat berada di Cafe yang berada di Bandara Singapura. Pollycarpus menjelaskan, Cafe yang dimaksud tersebut, diketahui berada di lantai tiga Bandara tersebut. Sedangkan saat itu, Polycarpus menyatakan, dirinya berada di lantai dua.
"Cafe itu letaknya di lantai tiga, sedangkan tempat kedatangan itu di lantai dua, mana mungkin saya naik ke lantai tiga untuk bunuh Munir. Nah sedangkan saya keluar dari pesawat, saya langsung ke custom imigrasi, langsung cek ke bus dan langsung ke hotel, dan itu sudah direkonstruksi," jelasnya.
"Yang lebih janggal lagi, sudah inkrah, sudah dijalani, dihukum dengan kasus yang sama dengan locus delik yang berbeda," pungkasnya.
(BACA JUGA)Polycarpus : Saya Manusia Merdeka
Setelah menghirup udara bebas, dia menilai ada banyak kejanggalan hingga dirinya menjadi tersangka sekaligus terdakwa dalam kasus tersebut. Dia membantah terlibat memasukkan arsenik ke makanan atau minuman Munir. Dari hasil autopsi banyak ketidaksesuaian yang terjadi.
"Wah itu engak bener, itu enggak bener. Saya minta pembuktian juga enggak bisa yah. Kalau mau dilihat dari hasil autopsi dan lain-lain itu enggak masuk dan itu gak matching semua," ujar Polycarpus saat ditemui usai mengambil surat pengakhiran bimbingan Balai Pemasyarakatan Kelas I Bandung, Jalan Ibrahim Adjie, Kota Bandung, Rabu (29/8/2018).
Dia katakan, saat diadili, tuduhannya memasukan arsenik ke dalam jus jeruk. Namun pada saat dijatauhi vonis adalah dimasukan pada mie goreng.
"Sedangkan mie goreng itu tidak ada dalam dakwaan," imbuhnya.
Polycarpus membeberkan lucos delic dalam kasus ini pun berbeda-beda terkait waktu dan tempat pembunuhan Munir. Ia mempertanyakan sejumlah hal. Dugaan pertama, pembunuhan Munir terjadi dalan perjalanan Jakarta-Singapura. Namun kemudian ada dugaan kembali, jika Munir diracun, saat perjalanan dari Singapura ke Amsterdam.
"Hasil autopsi di Belanda adalah, durasi racun masuk ke tubuh Munir adalah delapan jam sebelum meninggal. Jarak terbangnnya (Singapur-Amsterdam) adalah 12 jam 25 menit. Dua jam sebelum mendarat, Munir meninggal. Yah kalau di tarik mundur, 10 jam 25 menit," terangnya.
"Racun masuk ke tubuh Munir dari hasil autopsi Belanda adalah delapan jam sebelum Munir meninggal, jadi kalau di tarik mundur itu adalah 2 jam 25 menit after Singapura, sedangkan saya turun di Singapura. Janggal kan?" ungkap dia.
Adapun hasil autopsi di Amerika, ditemukan racun masuk ke dalam tubuh munir dengan durasi sembilan jam. Asumsinya, hal itu terjadi satu jam 25 menit setelah take off dari Singapura, sedangkan ia turun di Singapura.
Kemudian, timbul dugaan Munir diracun, saat berada di Cafe yang berada di Bandara Singapura. Pollycarpus menjelaskan, Cafe yang dimaksud tersebut, diketahui berada di lantai tiga Bandara tersebut. Sedangkan saat itu, Polycarpus menyatakan, dirinya berada di lantai dua.
"Cafe itu letaknya di lantai tiga, sedangkan tempat kedatangan itu di lantai dua, mana mungkin saya naik ke lantai tiga untuk bunuh Munir. Nah sedangkan saya keluar dari pesawat, saya langsung ke custom imigrasi, langsung cek ke bus dan langsung ke hotel, dan itu sudah direkonstruksi," jelasnya.
"Yang lebih janggal lagi, sudah inkrah, sudah dijalani, dihukum dengan kasus yang sama dengan locus delik yang berbeda," pungkasnya.
(BACA JUGA)Polycarpus : Saya Manusia Merdeka
0
8.3K
Kutip
49
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan