KRICOM - Ditunjuknya KH. Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendamping Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 rupanya menimbulkan kekhawatiran di sejumlah kalangan.

Pasalnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia tersebut dinilai tak akan mampu menghilangkan politik identitas keagamaan yang kini tengah marak di Indonesia dan justru membuatnya semakin parah.

Hal itu diungkap oleh analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto. Menurutnya, politik identitas di Indonesia saat ini hanya bergeser fokusnya.

"Jika dulu, 'Lo muslim apa kafir?', sekarang bergeser, 'Seberapa beriman Anda?'. Itu semua ditandai dengan sikap artifisal. Kalau artifisial, dia akan salat khusyuk di depan kamera," kata Arief di Jakarta, Kamis (16/8/2018).

Para calon presiden dan wakil presiden pun kemudian akan ditanyai soal kefasihannya dalam ilmu agama, termasuk kemampuan membaca Alquran dan lainnya.

Baca Juga : PBNU: Kalau Cari Tokoh yang Paling Ikhlas di Negara ini, Prabowo Orangnya

"Seperti Presiden, bisa enggak melantunkan ayat Alquran? Sebagai seorang Muslim, melantunkan ayat Alquran adalah sebuah kewajiban, tapi sekarang ini dijadikan komoditas politik. Itu buktinya politik identitas, hanya fokusnya sedikit bergeser," paparnya.

Arif mencontohkan serangan Ma'ruf Amin bahwa Prabowo Subianto tak mengikuti Ijtimak Ulama, lalu Presiden PKS Sohibul Iman yang menyebut Sandiaga Uno sebagai santri.

"Perdebatan ini semakin menguat saya rasa saat Pemilu. Saya khawatir lima tahun ke depan ini akan menjadi komoditas politik," tutup Arif.


https://www.kricom.id/penunjukkan-maruf-amin-dinilai-akan-perparah-politik-identitas-di-indonesia


bukti kl si kodok yg doyan maen sara...politik plei piktim ga bakal laku taon depan, udh ketauan baiknya