- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ustadz Hilmi: Prawowo Menang, Apakah Polling Twitter Libatkan Jin, Kuntilanak?


TS
rantymaria
Ustadz Hilmi: Prawowo Menang, Apakah Polling Twitter Libatkan Jin, Kuntilanak?

Jakarta, Menjelang pemilu legislatif dan pemilu presiden 2019 banyak sekali polling yang dilakukan melalui Twitter. Polling melalui media sosial tidaklah ilmiah, tetapi diikuti oleh sebagian netter.
Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia Raja Juli Antoni melalui akun Twitter @AntoniRaja mengingatkan agar publik tetap kritis dengan lebih percaya pada rekam jejak sejarah dan metode ilmiah.
"Polling di-Twitter tidak gambarkan realitas. Hanya tunjukkan seberapa banyak uang yang diinvestasikan bayar cyber troop. Kasus Jabar di bawah sebagai contoh saja. Gak percaya gak apa-apa juga sih #PendidikanPolitik," kata Raja Juli Antoni.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melalui akun Twitter @ridwankamil juga sependapat dengan pandangan bahwa polling melalui Twitter tidak mencerminkan realitas.

"Polling via Twitter itu menurut saya kurang ilmiah. Mayoritas pemilih pun tidak main Twitter. Juga banyak akun boot yang bisa dikondisikan. Hanya untuk hiburan. Pengalaman pilkada Jabar membuktikan. Be a smart voter: Mari fokus edukasi demokrasi ini pada jualan gagasan dan visi jalan keluar," kata dia.
Ustadz Hilmi Firdausi melalui akun @Hilmi28 berbagi pengalaman membuat polling via Twitter tentang calon presiden dan wakil presiden.
"Iseng-iseng menganalisa, kok bisa di hari terakhir PAS bisa kalah??? Ternyata ada 17 ribu selisih suara di postingan dan di tweet activities. Suara siapa itu? Apakah polling ini melibatkan sebangsa jin, kuntilanak, genderuwo dsj. YoWeiss... makasih ya buat yang udah ngevote..." kata dia.
Mengapa polling Twitter tidak layak dipercaya?
Guru Besar Institut Pertanian Bogor Khairil Anwar Notodiputro melalui akun Twitter @kh_notodiputro, Khairil Anwar Notodiputro menjelaskan polling merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam survei untuk mengetahui pendapat dari sekelompok orang. Sedangkan survei pada dasarnya adalah mengamati sebagian orang untuk memperoleh gambaran dari seluruh orang yang ada.
Sebagian orang yang dikumpulkan datanya itu lazim disebut sample, sedangkan keseluruhan orang itu lazim disebut population. Jadi sample adalah bagian dari population dan kita hanya mengukur sample, walaupun population yang ingin diprediksi, demikian dikatakan Khairil Anwar Notodiputro.
Survei lazim dilakukan dalam kegiatan riset dan menjadi alat penting untuk mengumpulkan data secata sahih. Jadi survei itu kegiatan ilmiah, bukan kegiatan biasa. Polling sebagai salah satu teknik mengumpulkan data dalam survei juga harus dijamin kesahihannya.
Mengapa harus sahih? Karena metode pengumpulan data yang sahih ditambah dengan teknik dan model analisis yang tepat akan memberikan hasil dengan akurasi yang terukur. Jika datanya tidak sahih maka akurasinya menjadi tidak terukur. Jadi kesahihan itu akan membuat akurasi dari hasil polling dapat terukur dan dengan demikian risiko salahnya pun terukur. Itulah sebabnya hasil dari proses pengumpulan data yang sahih dapat dipercaya.
"Harap dicatat disini bahwa “dapat dipercaya” itu tidak sama dengan “benar.” Begitu juga “tidak dapat dipercaya” itu tidak sama dengan “salah.” Dapat dipercaya disini artinya akurasinya terukur, risiko salahnya terukur, dan presisinya terukur pula," kata Khairil Anwar Notodiputro.
Apa syarat dari metode pengumpulan data agar sahih? Syarat pertama, sample yang dipilih merupakan representasi dari population. Jadi sample itu haruslah merupakan miniatur dari population dan sample itu bagian dari population yang ingin diprediksi.
Bagaimana agar sample itu representatif? Sample bisa representatif jika sample itu ada dalam kendali. Jadi sample itu harus terkendali. Pengendalian ini sangatlah penting.
"Pengendaian di sini maksudnya kita tahu bahwa sample yang terpilih adalah anggota dari population. Selain itu sample yang terpilih bukanlah sembarang orang (voluntary) melainkan orang yang terpilih. Jadi sample itu dipilih, bukan sembarangan," kata Khairil Anwar Notodiputro.
Bagaimana memilih sample supaya data yang terkumpul sahih? Banyak cara untuk memilih sample ini. Disini diperlukan pemahaman ilmu statistik agar dapat memilih sample yang sahih.
Tapi apa pun teknik memilih samplenya prinsipnya adalah sample dipilih dari population menggunakan teknik peluang (probability) tertentu. Mengapa pakai teknik peluang? Supaya risiko salahnya terukur dan supaya hasilnya tidak berbias. Lagi-lagi ini perlu ilmu statistik, kata Khairil Anwar Notodiputro.
Syarat kedua dari metode pengumpulan data agar sahih adalah jumlah samplenya cukup. Ukuran sample mencerminkan akurasi dan juga presisinya.
"Nah, sekarang bagaimana dengan polling via Twitter? Ada banyak kelemahan dari polling Twitter sehingga tidak sesuai dengan kaidah ilmiah. Ini menjadi masalah ketika akan kita gunakan untuk menyimpulkan populasi, khususnya populasi rakyat Indonesia," kata Khairil Anwar Notodiputro.
Pertama, siapa yang menjadi populasinya ketika kita melakukan polling via Twitter? Kita tidak bisa mengatakan bahwa pengguna Twitter adalah populasi Indonesia. Tidak bisa juga dikatakan bahwa semua pengguna Twitter berhak memilih. Tidak ada jaminan bahwa satu orang hanya punya satu akun.
Kedua, siapa yang menjadi samplenya? Apakah teknik peluang bisa digunakan disini? Sayangnya tidak bisa digunakan karena yang ikut polling Twitter bukan mereka yang terpilih tetapi mereka yang mau ikut polling saja. Juga berapa jumlah sample yang tepat untuk mencapai akurasi dan presisi tertentu?
Berbagai kelemahan tersebut menjadikan data yang terkumpul tidak sahih adanya, sehingga sulit mengetahui akurasi dan presisinya. Jadi hasil polling twitter tidak layak untuk dipercaya. (Ingat kembali nomor enam)
"Dari uraian itu jelas masalah utama dari polling Twitter adalah yang melakukan polling tidak bisa mengendalikan sample dan populasinya. Seandainya kita bisa mengendalikannya, maka kita bisa mendapatkan data yang valid. Tapi apakah mungkin dilakukan pengendalian itu?" kata Khairil Anwar Notodiputro.
"Sependek pengetahuan saya pengendalian sample dalam polling Twitter sangat sulit dilakukan. Mengapa? Karena kita tidak bisa memilih samplenya, tidak bisa memastikan apakah yang mengisi orang Indonesia, apakah berhak memilih atau tidak, bahkan kita tidak bisa menolak robot," Khairil Anwar Notodiputro menambahkan.
Hal penting lainnya karena wawancara tidak mungkin dilakukan dalam polling Twitter maka sulit melakukan verifikasi atas kebenaran atau kejujuran jawaban yang diperoleh.
Demikianlah mengapa hasil polling via Twitter tidak layak dipercaya, dan cukup sebagai hiburan saja. []
[url]https://akuraS E N S O Rnews/id-282332-read-ustadz-hilmi-apakah-polling-ini-libatkan-sebangsa-jin-kuntilanak-genderuwo[/url]
JADI para grasroot militan di twitter itu adalah sebagsa jin dan kutilanak

Beli aja lembaga survey,,, wong beli partai aja mampu beli lembaga survey mah se ucrit



0
2.7K
29


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan