Gamelan, alat musik tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia, gamelan sendiri lebih dikenal dari tanah Jawa, terutama Jawa Tengah. Arti dari nama Gamelan, yang di ambil dari bahasa Jawa, Gamel berarti memukul atau menabuh, serta akhiran -an hanya digunakan sebagai imbuhan untuk menerangkan benda. Gamelan sendiri sebenarnya penyebutan keseluruhan dari alat-alat musik yang ada, karena gamelan sendiri harus dimainkan secara bersamaan tidak bisa berdiri sendiri. Nada yang digunakan dalam alat musik gamelan juga berbeda, bukan seperti nada di alat musik modern saat ini, tapi alat musik gamelan memiliki dua nada bernama Slendro dan Pelog, walaupun ada dua lagi bernama Degung (khusus daerah Jawa Barat atau SUnda) dan Madenda (juga dikenal sebagai diatonis), tapi Slendro dan Pelog lebih dikenal di alat musik gamelan. Keberadaan gamelan di Indonesia utamanya tanah Jawa, di pengaruhi dengan budaya Hindu-Budha pada jaman itu, dan gamelan sendiri bukan hanya ada di tanah Jawa namun daerah-daerah lain juga punya, misal saja Bali, Madura, Lombok, dsb.
Karena keberadaannya yang sudah sangat lama di Indonesia, maka tidak akan salah jika banyak ditemukan para seniman-seniman handal yang berkecimung di dunia seni gamelan, dan inilah para maestro gamelan di Indonesia.
Spoiler for Pertama:
Bambang Sukmo Pribadi
Pria kelahiran Blitar, 30 November 1958 ini sangat terkenal di kalangan para seniman karawitan. Bambang Sukmo Pribadi adalah orang yang piawai sebagai penggendang, dalam setiap memainkan gendang memiliki keunikan yang terletak pada kejernihan bunyi pukulan, bisa membawa irama, jelas, tidak terlalu rumit, dan ambitus bunyi yang menghentak. Selain sebagai seniman, Bambang Sukmo Pribadi juga memiliki peran merumuskan pilar-pilar yang saat ini menjadi identitas kelimuan karawitan Jawatimuran.
Spoiler for Kedua:
Elizar Koto
Seniman berdarah Sumatera Barat ini dikenal sebagai seorang komposer, yang terbilang sangat produktif dalam menelurkan karya-karya baru. Elizar Koto juga seorang maestro yang suka bereksperimen untuk setiap karya musiknya, karyanya ada yang mencampurkan musik tradisi dan sufi, sampai elektro akustik, bisa dibilang karya-karyanya masuk ke dalam jenis musik baru di Indonesia.
Elizar Koto tidak hanya bereksperimen pada karya musiknya, namun juga bereksperimen dalam membuat alat musik baru, salah satu alat musik baru buatan seorang Elizar Koto ini bernama "Koneu Koneu", alat musik berdawai yang bisa diregang untuk menghasilkan bunyi gema tertentu. Nama dari Koneu Koneu di ambil dari sebuah onomatope, kata yang menirukan bunyi dari sumber yang di gambarkan. (sayang saya tidak bisa mendapatkan foto maupun gambar dari alat musik tersebut)
Spoiler for Ketiga:
I Wayan Sadra
Maestro gamelan yang lahir di Bali, 1 Agustus 1954 ini, memiliki gairah tinggi dalam menciptakan karya. Sepanjang hidupnya, I Wayan Sadra sudah menciptakan sebanyak 17 karya, terdiri dari musik untuk iringan teater dan komposisi musik. I Wayan Sadra mencintai dunia seni terutama gamelan sudah sejak kecil, dengan hanya melihat dan mendengar sudah bisa memainkan instrumen gamelan tersebut, bahkan saat usianya menginjak 11 tahun, sudah menjadi pelatih sebuah kelompok gamelan di Puri Kendran, Gianyar, Bali. Selain sebagai seniman, I Wayan Sadra juga sebgai pengajar khususnya gamelan Bali di beberapa perguruan tinggi, seperti Institut Kesenian Jakarta, Institut Seni Indonesia Surakarta, dan Universitas Indonesia. Yang patut di banggakan dari seorang I Wayan Sadra ini, karyanya sudah banyak di pentaskan di berbagai belahan negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, Spanyol, dsb, bahkan I Wayan Sadra menjadi orang Indonesia pertama yang mendapat penghargaan New Horizons Award dari International Society for Art, Sciences and Technology di Berkeley California pada tahun 1991.
Spoiler for Keempat:
Mang Koko
Bernama asli Koko Koswara atau lebih dikenal dengan Mang Koko, adalah seorang pria kelahiran Indihiang, Tasikmalaya, 10 April 1917. Ayah dari Koko Koswara bernama Ibrahim alias Sumatera, yang masih memiliki garis keturunan Sultan Banten Maulana Hasanudin, bakat seni Koko Koswara menurun dari sang ayah. Selain menekuni dunia seni, Koko Koswara juga menempuh jalur pendidikan di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) 1932 dan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) 1935. Mang Koko mengawali karir di dunia musik dengan membentuk sebuah group musik humor sunda, bernama Kanca Indihiang, dari group musik ini Mang Koko menciptakan banyak lagu, seperti Resepsi, Rebut Bandung, Ronda Malem, Badminton, dsb, bukan hanya sampai disini saja Mang Koko juga membuat lagu kawih khsusus untuk para anak-anak dan muda mudi, dan lagu-lagu tersebut dikumpulkan dalam tiga jilid buku berjudul Cangkurileung terbit di tahun 1954. Karya lagunya juga ada yang bertema nasionalis, antara lain Pahlawan, Karatagan Pamuda Indonesia, Baju Hejo, dsb.
Spoiler for Kelima:
Ki Tjakrawarsita
Maestro gamelan satu ini, kehidupan sehari-hari dengan gamelan sangat dekat, karena sang ayah dan ibu adalah seorang abdi dalem dari Pura Pakualaman Yogyakarta, ayahnya berprofesi menjadi seorang pengrawit (pemain gamelan) dan ibunya sebagai sinden juga penari. Ki Tjakrawarsita lahir di Yogyakarta, 17 Maret 1904, dengan nama asli Wasi Jolodro, sejak kecil selalu dekat dengan dunia karawitan, sampai akhirnya juga menjadi abdi dalem Pura Pakualam seperti orang tuanya dan profesinya sama menjadi pengrawit, bahkan Ki Tjakrawarsita juga menggantikan posisi sang ayah menjadi pimpinan karawitan Pura Pakualaman. Dari sini seorang Ki Tjakrawarsita terus melahirkan karya-karya baru, bahkan karyanya menembus batas dari tradisi karawitan yang ada.
Prestasinya yang paling memukau adalah dapat mereka ulang Gending Ketawang Puspawarna karya Mangkunegara IV, dan gending tersebut oleh NASA di sertakan dalam kapal luar angkasa Voyager pada 1977, bukan hanya itu saja, Ki Tjakrawarsita juga menjadi orang pertama yang mengajarkan ilmu kepengrawitan ke masyarakat dunia, hal ini dilakukannya saat melakukan kunjungan ke California sekitar tahun 1970-an, diceritakan ada salah satu muridnya bernama Lou Harrison, seorang komposer kenamaan Amerika, membuat sebuah komposisi yang di tujukan untuk gurunya, Ki Tjakrawarsita, nama Warsitadiningrat juga digunakan untuk menamai sebuah bintang baru di rasi Andromeda.
Seni musik gamelan memang bukan sebuah seni yang dilirik banyak orang, bahkan jarang masyarakat yang tahu siapa saja tokoh terkenal di dunia seni gamelan, keberadaan para maestro-maestro gamelan ini juga kurang mendapat banyak perhatian, mereka terus berkarya dan membagikan ilmu tentang gemaelan, karena alasan cinta dengan gamelan, bukan karena satu hal dan lainnya.
Saat ini juga sedang berlangsung sebuah festival bernama IGF (International Gamelan Festival) yang berlangsung di Solo, berlangsung dari 9 - 16 Agustus 2018, dalam festival ini bukan hanya ada berupa penampilan dari seniman gamelan dari seluruh dunia, namun juga ada bedah buku, pementasan, pemutaran film, hingga workshop.
Spoiler for Inspirasi:
Inspirasi Sebenarnya masih ada beberapa maestro yang belum di sebutkan di thread ini, namun karena susahnya mencari sumber lain mengenai biodata sang maestro, maka hanya di pilih sebagian saja.