- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Meski Prabowo Pilih Sandiaga, GNPF Tetap #2019GantiPresiden (Siapa?)


TS
kampret.tobat
Meski Prabowo Pilih Sandiaga, GNPF Tetap #2019GantiPresiden (Siapa?)

Quote:

Reporter:M Rosseno Aji
Editor: Syailendra Persada
11 Agustus 2018 07:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama menyatakan tidak akan berpaling mendukung Joko Widodo atau Jokowi meskipun Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tidak memilih calon wakil presiden yang mereka sodorkan. “Semangat kami dari awal ingin mengganti presiden, jadi saya pikir tidak ada kemungkinan berpaling ke Jokowi,” kata Ketua GNPF Ulama, Yusuf Martak dihubungi, Jumat, 10 Agustus 2018.
Hubungan GNPF dengan Prabowo sedang memanas. Musababnya, Prabowo lebih memilih Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebagai cawapres untuk laga Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019. Padahal, lewat Ijtima Ulama yang digelar pada akhir Juni lalu, GNPF telah menyodorkan dua nama ke Prabowo.
Nama pertama adalah penceramah Ustad Abdul Somad. Yang kedua, Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al-Jufri. Namun, hingga H-1 menjelang pendaftaran capres ditutup, Prabowo tidak mamasukan kedua nama ini ke dalam daftar cawapresnya. Alih-alih, justru nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sandiaga Uno yang menguat.
GNPF kemudian mengajukan dua nama cawapres alternatif, yakni Ustaz Arifin Ilham dan Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym. Namun, Prabowo pada akhirnya memilih Sandiaga Uno menjadi cawapresnya.
Mengenai tidak diakomodirnya rekomendasi cawapresnya, GNPF menyatakan akan menggelar ijtima ulama kedua dalam waktu dekat. Ijtima itu akan membahas soal dukungan terhadap Prabowo-Sandiaga. “Apapun hasilnya Insya Allah akan bermanfaat untuk semua pihak,” kata Yusuf Martak.
___________________
_________________________
_________________________
Mereka yang Dibela Alumni 212 di Aksi Bela Ulama
Samsudhuha Wildansyah - detikNews
Jakarta - Presidium Alumni 212 menggelar Aksi Bela Ulama 96 sebagai bentuk penolakan kriminalisasi ulama. Ketua Presidium Alumni 212 Ansufri Idrus Sambo mengungkap nama-nama orang yang mereka bela dalam aksi ini.
"Dari empat pernyataan sikap itu, tetap kita menekankan bahwa umat ini sangat menolak kriminalisasi ulama yang kita sinyalir ini untuk membalas dendam atas kekalahan Ahok. Toh, Ahok juga sudah menerima dan sudah mencabut memori bandingnya dan sudah menerima salah. Begitu juga jaksa. Ya, sudahlah kita selesaikan, karena ini sudah begitu lama kita demo-demo dan sudah seperti ini sudah selesailah seharusnya," kata Ansufri.
Hal ini dikatakannya di Masjid Istiqlal, Jalan Taman Wijaya Kusuma, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (9/6/2017) seusai Aksi Bela Ulama 96 itu. Ansufri mengatakan demo-demo yang dilakukan merupakan bentuk perlawanan kepada Jokowi.
Menurutnya, setelah Ahok kalah, aktivis dan ulama yang kerap ikut dalam demo terhadap Ahok dikriminalisasi. Dia mengatakan aksi-aksi yang dilakukan sekarang ditujukan untuk menyelamatkan ulama dari kriminalisasi tersebut.
"Karena kebetulan yang mengkriminalisasi ulama dari rezim Pak Jokowi, berarti kita anggap ini politik balas dendam. Nah, makanya ini perlawanannya kepada Jokowi,"kata Ansufri.
Ia menyebutkan beberapa nama ulama dan aktivis yang dibela dalam aksi ini. Dia menyebut ada 20 ulama yang dibela, tapi tak disebutkan semuanya.
"Yang ada 20 itulah. Termasuk aktivis, seperti contohnya Habib Rizieq, Bachtiar Nasir, walaupun sudah tersangka tapi belum ditahan. Ustaz Khaththath sudah ditangkap dengan tuduhan makar, sekarang Ustaz Alfian Tanjung, terus Ustaz Munarman," ujarnya.
"Terus lima aktivis yang sekarang masih di penjara bersama Ustaz Khaththath. Terus aktivis seperti Kivlan Zen, Rachmawati, yang sudah tersangka tapi belum ditangkap karena penangguhan saja sifatnya. Lalu Hatta Taliwang, Sri Bintang Pamungkas. Banyak yang sudah kita adukan, ditambah lagi kawan yang Cyber Muslim yang tuduhannya IT. Ada juga yang di Pulau Seribu. Itu semua kita bela," sambung Ansufri.
Dia mengaku sudah lelah menggelar aksi seperti ini. Menurutnya, ada jalan rekonsiliasi untuk tidak lagi menggelar aksi serupa, yaitu dengan melakukan pemutihan nama kepada ulama dan aktivis tersebut.
Menurut Ansufri, Jokowi bisa meminta kepolisian mengeluarkan surat penghentian penyidikan perkara (SP-3) atas kasus yang dialami oleh para ulama dan aktivis tersebut. Setelah itu, dia mengatakan tidak tertutup kemungkinan untuk mendukung Jokowi.
"Rekonsiliasi dalam bentuk menghapuskan semua, memutihkan semuanya. Kita tahulah ini kasus yang sebenarnya bisa diselesaikan, tinggal keluarkan SP-3 selesai, kok. Jadi, kalau ini semua dinolkan, gampang kok Presiden. Ini bukan intervensi Presiden. Presiden punya itu, tinggal memerintahkan ke Jaksa Agung atau Kapolri (untuk keluarkan) SP-3, semuanya, selesai. Kita damai, kita bertemu, kita berpelukan. Justru kita akan dukung Pak Jokowi. Kalau memang benar, kita dukung, kenapa nggak. Kita nggak mau bertarung, bertempur kayak begini, capek juga sebenarnya," paparnya.(jbr/fjp)
Quote:
Stop jangan pakai ULAMA-UMAT,pakailah nama sendiri itu lebih terhormat
Dilihat dari china sekalipun pak Ma'ruf itu Ulama,ketua MUI,kalau prabowo-sandi?? Jauh Dari kata agama,namanya saja gak ada bau2 Islamnya
Stop bawa Agama

Ane Golput,tapi yg pasti ane tetep dibelakang ulama ...........

Ini urusan kampret,cebong ikut2an ane tampolin juga

0
3.1K
Kutip
35
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan