Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hidayatsmvAvatar border
TS
hidayatsmv
Menghukum Diri Sendiri Sebelum Menghukum Anak (Anak yang Tercandu Smartphone)


Quote:


emoticon-I Love Indonesia DIRGAHAYU 73emoticon-I Love Indonesia

Thread hidayatsmv kali ini mungkin cocok untuk dibaca oleh generasi alay dan spesies semacamnya. Namun thread ini murni TS tulis sebagai edukatif dan syukur-syukur jika di anggap sebagai konten yang positif.

Sudah menjadi tema umum bahwa perkembangan teknologi telah banyak memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan anak-anak atau remaja Indonesia khususnya dikalangan pelajar di negeri ini. Dari berbagai wujud teknologi yang selalu berkembang, salah satunya adalah Smartphone yang begitu dekat dengan semua kalangan.

Bagaimana apabila seorang pelajar sudah kecanduan dengan smartphone, maka tak lain dan tak dipungkiri lagi jika hari-harinya bahkan sampai ke lingkungan sekolahnya pun akan dikontaminasi oleh candu-candu yang ada pada smartphone'nya, dan candu yang paling superior saat ini terkhusus di kalangan remaja/pelajar adalah game.

Bukankah ini sebagai bentuk permulaan daripada kehancuran para penerus-penerus bangsa yang akan datang. Tentu hal ini perlu menjadi perhatian ekstra buat kita khususnya sebagai pengasuh dan pemilik bibit-bibit bangsa kedepannya. Karena kalau kata prabowo, (jika bukan kita, siapa lagi).

Kali ini ada sebuah illustrasi yang unik yang mau TS tuliskan disini, dimana ada sepenggal cerita yang barangkali bisa dijadikan sebagai refleksi kita dalam mendidik dan bersikap pada anak disaat dia terlanjur kecanduan dengan smartphone.

Dari sumber yang ane lampirkan dibawah, diceritakan bahwa ada keteledoran seorang ayah terhadap anaknya yang ketahuan memainkan sebuah game di smartphone'nya pada saat berada dilingkungan sekolahnya.



Pada waktu itu, lantas saja sang ayah langsung marah dan merasa malu bahwa anaknya telah mendapatkan sebuah teguran dari lembaga pendidikannya dan melalaikan tugasnnya sebagai pelajar.

Ketika si anak pulang dari sekolah dan berjumpa dengan ayahnya, seperti yang pada umumnya terjadi yaitu si anak bakal dimarahi oleh si ayah, bahkan ayahnya pun mengambil sebuah kayu kecil yang menandakan bahwa kemungkinan si anak ini bakal dapat pukulan sebagai sanksi atas kesalahannya.

Namun setelah sang ayah selesai meluapkan emosi atas kekecewaannya, pada akhirnya sang ayah mengatakan sebuah pengakuan bahwa yang salah adalah dirinya sendiri (si ayah). Karena tidak menasihati sebelumnya supaya tidak membawa smartphone dan memainkan gadget di sekolahnya.

Akhirnya si ayah menyerahkan sebuah kayu kecil tadi kepada anaknya, dengan meminta supaya si anak tadi memukulkan kayu tersebut sepuasnya kepada dirinya sebagai hukuman atas kelalaian sang ayah pada kesalahan anaknya tadi. Tentu saja si anak tak melakukannya dan malah dihantui dengan rasa takut serta tangisan terhadap permintaan sang ayah.

Lalu apa yang dilakukan oleh ayahnya ?
Sang ayah mengambil kembali kayu kecil tadi dan langsung memukulkan kayu itu kepada dirinya sendiri sambil berucap bahwa "ini adalah kesalahan ayah yang tak mengajarimu, memperingatimu dan semacamnya". Hingga si anak semakin merasa bersalah dan menangis.



Sampai akhirnya sang ayah berhenti dengan sendirinya memukulkan kayu tadi ditubuhnya. Sesaat setelah itu baru sang ayah menyampaikan sebuah peringatan keras buat sang anak. Dia menegaskan apabila ada sesuatu yang sudah di ajarkan dan diperingatkan kepada si anak dan tetap dilanggar oleh anaknya, maka sang ayah tak segan-segan akan menghukumnya dengan cara seperti yang dilakukan oleh sang ayah sebelumnya tadi terhadap dirinya.


Dari cuplikan cerita di atas seperti ingin menerangkan bahwa anak kita, penerus generasi kita dan bibit-bibit kita yang akan datang adalah tanggung jawab besar kita. Semua candu yang akan merusak anak kita, tidak bisa kita biarkan dan berpasrah dengan pihak lain atau sekedar mengharap kekuatan dari tata tertib sekolah. Semua nasihat dan pendidikan mental, sejatinya bermula dari kita sebagai generasi pendahulu mereka.



Secuil cerita tadi barangkali kontras dengan apa yang terjadi ditempat kita. Dari sejumlah berita yang mengangkat tema kekerasan murid atau orang tua murid terhadap gurunya, masih banyak tiap tahunnya kasus semacam ini yang masih berlanjut sampai sekarang.

Apakah itu melambangkan bahwa mental kita sebagai orang tua masih sangat lekat dengan egoisme yang tinggi dan ketidak mampuan mengakui kesalahan sendiri.

Kesimpulannya, kecanduan seorang anak saat ini selain karena lingkungannya. Cara & sikap orang tuanya juga punya pengaruh besar buat kontrol diri anaknya. Dan dalam cerita di atas, bukan sekedar menasihati / menghukum anaknya yang dilakukan oleh sang ayah, melainkan dia menasihati untuk dirinya terlebih dulu, baru memberikan nasihat & sanksi kepada anaknya jika dikemudian hari melakukan kesalahan. Sehingga muncul rasa segan si anak terhadap orang tuanya.



Demikian, sampai jumpa di Thread yang lain, terimakasih sudah mampir ngopi disini Gan - Sis sekalian.



Spoiler for sumur:

Diubah oleh hidayatsmv 01-08-2018 22:09
0
19.2K
148
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan