Kamis 26/7/2018 | 01:00

Perangkat Berbasis WiMAX untuk Komunikasi Militer

Kelebihan teknologi WiMAX yang cukup fleksibel dapat dipakai untuk keperluan militer. Dengan alat komunikasi Battle Management System (BMS), pengerahan pasukan dapat dilakukan dengan lebih baik.

Teknologi WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) yang gagal dari sisi komersialisasi di negeri ini, ternyata masih bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain. Pasalnya disamping memiliki sejumlah kekurangan teknologi nirkabel pita lebar ini memiliki sejumlah kelebihan.

WiMAX secara umum memiliki dua tipe yaitu Fixed WiMAX (standar IEEE 802.16d) untuk jaringan tetap, dan WiMAX untuk jaringan bergerak atau sering disebut Mobile WiMAX (standar IEEE 802.16e). WiMAX Forum menetapkan 2 band frekuensi utama pada certication profile untuk Fixed WiMAX (band 3.5 GHz dan 5.8 GHz), sementara untuk Mobile WiMAX ditetapkan 4 band frekuensi pada system profile release-1, yaitu band 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz dan 3.5 GHz.

Mobile WiMAX (IEEE 802.16e) dari sisi jangkauan misalnya, Wimax dapat mencapai jarak 50km dengan jarak jangkau optimal 7-10 km. Saat berada pada jangkauan perangkat berbasis Wimax tidak akan menemui masalah ‘hidden node,’ yaitu tidak mampunya alat mengakses sinyal.

Dari sisi penggunaan spektrum bandwidth kanal Wimax cukup fleksibel dari 1.5 MHz sampai 20 MHz, Mobile WiMAX memiliki 4 band frekuensi pada system profile release- 1, yaitu band 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz dan 3.5 GHz.

Selain frekuensi tadi Wimax bisa berjalan pada spektrum tanpa lisensi, dan bisa menggunakan frekuensi reuse. Untuk penggunaan luar ruang (outdoor) dengan dukungan dengan teknologi smart antenna, Wimax bisa menggunakan modulasi adaptif dan menggunakan topologi jaringan mesh. Sebagai teknologi terbuka interoperability perangkat berbasis WiMax cukup luas tidak tergantung pada satu vendor.

Dengan kelebihan yang ada pada WiMAX, PT. Hariff Daya Tunggal Engineering (Hariff DTE) berhasil mencipatakan alat untuk keperluan komunikasi militer yang biasa disebut dengan Battle Management System (BMS). Produk Harrif DTE dinamakan BMS CY-16H.

Karena berbasis WIMAX yang lentur, alat komunikasi tersebut bisa menggunakan frekuensi radio dan juga satelit bahkan bisa menggunakan jaringan komuniksi publik.

“Penggunanya yaitu militer bisa menggunakan bermacam jaringan, tidak terbatas pada satu jaringan karena dalam perang tidak boleh tergantung pada satu alat,” ujar Presiden Direktur PT. Hariff Daya Tunggal Engineering Budi Permana, Selasa (24/7). Produk BMS CY-16H yang saat ini dipakai oleh TNI Angkatan Darat (AD) untuk menjembatani dan mengamankan komunikasi diseluruh hierarki yang ada di TNI-AD, mulai dari pos komando hingga pasukan.

General Manager PT.Hariff Daya Tunggal Engineering Muhamad Uco Isnaini, menjelaskan, dengan BMS, pihak komando juga dapat memantau posisi dan kondisi pasukan yang ada di medan perang. “Layaknya smartphone, selain dapat mengkomunikasikan suara, BMS juga dapat mengkomunikasikan data-data yang ada di lapangan dengan kecepatan yang tinggi, sehingga dapat meminimalkan miss komunikasi dan mempercepat proses pengambilan keputusan,” ujar Uco.

BMS CY-16H yang diberikan oleh KSAD Jenderal Mulyono, dengan arti Carati Yudha ( pengatur pertempuran) pada 2016 bahakan telah terpasang di sebagian Kendaraan Tempur (Ranpur) dan Kendaraan Taktis (Rantis) Milik TNI-AD. Saat ini PT. Hariff DTE juga tengah mengembangkan BMS Personil untuk digunakan oleh Infanteri TNI-AD.

Budi berharap BMS juga digunakan oleh dua kesatuan matra lainnya, yaitu TNI-AU, dan TNI-AL. Sebagai produk dalam negeri, Budi berharap BMS CY-16H dapat bersaing dengan BMS mancanegara. Produk yang pernah dipamerkan di IDEF (International Defense Industry Fair) di Turki pada tahun 2017 telah mendapatkan penghargaan dari Menteri Perindustrian, Airlangga Hartato, karena berhasil dalam rekayasa invensi dan inovasi.

“Dengan adanya penghargaan terhadap produk teknologi terbaru kami, yakni BMS CY-16 H, maka akan semakin memacu kami untuk melakukan inovasi-inovasi,” lanjut Budi.

Produk BMS CY-16 H terpilih setelah menyisihkan 16 finalis lainnya yang berasal dari berbagai bidang teknologi. Produk ini dianggap memiliki banyak kelebihan dalam segi fitur, disamping merupakan produk murni karya anak bangsa, yang dibuktikan dengan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang tinggi.

Melalui Litbanghan (Penelitian dan Pengembangan Pertahanan) bersama Dithubad (Direktorat Angkatan Darat) sejak 2012, seluruh rangkaian pembuatan, mulai dari rancangan hingga produksi didasarkan para doktrin TNI-AD sendiri,dan dikerjakan sepenuhnya oleh engineer Indonesia tanpa bantuan pihak asing sedikitpun. hay/E-6