- Beranda
- Komunitas
- Female
- Kids & Parenting
Working Mom? Why Not


TS
irene.angela
Working Mom? Why Not
Hi aganwati! Sering ga kita merasa bersalah meninggalkan anak di rumah? Kita Tidak bisa sepenuhnya melihat perkembangan penuh anak kita... Belum lagi mungkin ada sebagian dari aganwati yang pulang kantor malam sehingga tidak sempat melihat anak karena sudah tidur.
Mungkin juga seringkali kita menangis, menangisi apakah pilihan menjadi working mom adalah pilhan yang tepat.. Apalagi mungkin ketika kita melihat video anak kita yang dikirimkan oleh orang tua/pengasuh anak kita, membuat hati ini jadi mellow dan berpikir kembali "apakah sebaiknya ane resign saja ya" T_T
Awal ketika ane menjadi seorang ibu, ane tidak tahu apa yang harus ane lakukan...bahkan ane tidak tahu apa yang ane lakukan ini benar atau salah karna saking banyaknya masukan sana sini yang ane dengar...ahahaha....
Ketika ane melahirkan anak ane, Gaby, terus terang, ane biasa saja, ane merasa ga ada yang special (mungkin karna saat itu ane belum mengerti betapa besar peran seorang ibu).. bahkan di awal-awal ane kesal melihat Gaby yang sedikit-sedikit nangis, sebentar-sebentar minta nenen, sering sekali pup... kapan ane istirahatnya T_T ...untung saat itu ane masih maternity leave. Malah pernah ane abaikan anak ane yang sedang menangis, karna ane saking capek nya..baru mau istirahat, bayi ane malah nangis terus (waktu itu ane hanya sendiri di rumah..suami ane sedang bekerja).
Namun ketika melahirkan awal, ane membaca buku The Baby Books yang diberikan oleh kakak ipar ane. Ketika membaca buku ini, pikiran ane menjadi terbuka bahwa ternyata ane baru tahu, dikarenakan bayi belum bisa berbicara, maka cara berkomunikasinya adalah lewat tangisan. Ane baru tahu bahwa ternyata teknik menggendong bayi ada caranya sendiri. Ketika ane membaca buku itu, perlahan-lahan rasa kesal ane dengan bayi ane mulai hilang...mungkin waktu itu ane hampir mulai merasakan sindrom baby blues T_T
Ane teringat kembali, ketika ane hamil, ane pernah membaca buku Kisah Kebijaksanaan China Klasik. Salah satu cerita tersebut mengatakan "Anak itu tidak pernah minta dilahirkan. Keputusan orang tua lah yang memutuskan untuk melahirkan anak".
Kata-kata itu benar-benar membuat ane terngiang-ngiang. Akhirnya sejak saat itu, ane bertekad bahwa ane meskipun seorang working mom, ane harus tetap bisa mendidik Gaby. Gaby tidak minta dilahirkan, oleh karena itu ane harus bertanggung jawab atas keputusan ane ini dengan mendidik Gaby menjadi seperti yang Tuhan inginkan.
Sejak saat itu ane banyak sekali membaca buku-buku parenting...
Ketika saatnya maternity leave ane sudah habis, ane harus kembali bekerja.
Hari-hari ketika ane bekerja, Gaby dititipkan di rumah mama ane, beserta dengan pengasuhnya.
Setiap hari ane meminta pengasuh untuk membuatkan laporan jadwal kegiatan sehari-hari kepada ane, apa saja yang Gaby makan setiap harinya, apakah Gaby makannya banyak/sedikit. Setiap harinya report tersebut ane baca, dari situ ane jadi tahu, apakah menu makanan yang ane buat ini, Gaby menyukainya atau tidak.

Untuk aktivitasnya sendiri, ane sadar, menjadi working mom adalah pilihan ane. Menjadi working mom, pada dasarnya pilihannya cuma 2 : waktu bermain bersama anak yang berkurang karena kita sudah lelah (langsung tidur sehabis pulang bekerja), atau waktu tidur kita yang berkurang namun kita bisa bermain bersama anak.
Kalau ane, pilih pilihan yang kedua. Terkadang apabila pekerjaan di kantor belum selesai, ane memilih menyelesaikan pekerjaan kantor tersebut ketika malam hari, saat Gaby sudah tidur...berat memang, mata ini sepet banget rasanya..tapi harus dipaksa..
Selain itu untuk mengurangi rasa bersalah ane yang meninggalkan Gaby bekerja, maka ane membuat kurikulum aktivitas Gaby setiap harinya selama 1 bulan ke depan.. ane meminta bantuan pengasuh ane untuk melakukan aktivitas tersebut ke Gaby, sehingga meskipun ane bekerja, sensorik Gaby tetap bisa berfungsi dengan baik... sehingga jadinya, ane ga menyesal-menyesal amat meninggalkan Gaby...hehehe
Ini contoh kurikulum Gaby yang ane buat :

Ketika ane tiba di rumah sehabis pulang kerja, handphone ane letakan. Ane fokus main dengan anak. Ane termasuk tipe orang tua yang cukup anti Gadget, karena ane pernah membaca buku Mendidik Anak di Era Digital karangan Yee-Jin Shin, sebaiknya selama mungkin anak dikenalkan Gadget. Kalaupun Gaby mau melihat gadget, itu pun pasti dengan ane/suami..hanya untuk melihat foto-foto Gaby dengan keluarganya, video-video Gaby, atau ketika ane ingin menunjukkan informasi tertentu saja.
TV pun juga bisa dibilang ane tidak pernah nyalakan...apalagi TV lokal, semenjak ane belajar parenting, ane sama sekali tidak pernah menonton TV Lokal, apalagi sinetron yang isinya tidak mendidik. Ane tidak membiasakan anak ane nonton TV..kalaupun nonton, itu hanya acara kartun seperti Upin Ipin saja.
Lalu, apa donk yang Gaby lakukan sama ane? Biasa ane mengajari Gaby memasak. Setiap ane pulang kerja, minimal 1 minggu sekali Gaby pasti bilang "Ma, Gaby mau telur dadar donk". Dari situ ane ajari Gaby untuk bisa memasak telur dadar sendiri...dan juga dia makan sendiri.
Meskipun waktu ane dengan Gaby terbatas, namun ane tetap bisa mengajari Gaby untuk bisa memasak sendiri dan juga melatih kemandirian dia dengan makan sendiri.

Ane percaya, yang paling penting bukanlah kuantitas bersama anak, namun yang lebih penting adalah kualitas bersama anak. Pernah ane baca di suatu artikel yang mengatakan "Waktu bersama anak BERBEDA dengan Waktu dengan Anak".
Coba deh renungin kata-kata ini..... Waktu bersama Anak, berbeda dengan, Waktu dengan Anak.
Waktu dengan anak, belum tentu hati kita bersama anak. Misalnya nih, si anak lagi main lego, tapi si ibunya lagi main handphone.
Ane ingin ketika ane bersama Gaby, hal yang ane lakukan dengannya adalah hal yang berkualitas.
Oleh karena itu, aktivitas yang pasti ane lakukan dengan Gaby ketika pulang kerja adalah membaca buku.
Saat ini Gaby sudah punya sekitar 10 buku yang sudah dia hafal ceritanya.. seperti I love You Dad, I Love My Dad, buku Alkitab, Aku Anak yang berani 1 dan 2, dsb
So Moms, don't regret of your decision to be Working mom ya. Yang paling penting bukan hanya berpikir menyesal saja, melainkan apa yang bisa kita lakukan untuk menebus waktu kita yang kurang bersama anak itu sebagai seorang Ibu.
"Memikirkannya lebih sulit daripada menjalankannya", so, just do it! I can do it, so are you!
* Monggo untuk mampir ke blog ane juga : https://blessingparenting.blogspot.co.id
[/FONT]
Mungkin juga seringkali kita menangis, menangisi apakah pilihan menjadi working mom adalah pilhan yang tepat.. Apalagi mungkin ketika kita melihat video anak kita yang dikirimkan oleh orang tua/pengasuh anak kita, membuat hati ini jadi mellow dan berpikir kembali "apakah sebaiknya ane resign saja ya" T_T
Awal ketika ane menjadi seorang ibu, ane tidak tahu apa yang harus ane lakukan...bahkan ane tidak tahu apa yang ane lakukan ini benar atau salah karna saking banyaknya masukan sana sini yang ane dengar...ahahaha....
Ketika ane melahirkan anak ane, Gaby, terus terang, ane biasa saja, ane merasa ga ada yang special (mungkin karna saat itu ane belum mengerti betapa besar peran seorang ibu).. bahkan di awal-awal ane kesal melihat Gaby yang sedikit-sedikit nangis, sebentar-sebentar minta nenen, sering sekali pup... kapan ane istirahatnya T_T ...untung saat itu ane masih maternity leave. Malah pernah ane abaikan anak ane yang sedang menangis, karna ane saking capek nya..baru mau istirahat, bayi ane malah nangis terus (waktu itu ane hanya sendiri di rumah..suami ane sedang bekerja).
Namun ketika melahirkan awal, ane membaca buku The Baby Books yang diberikan oleh kakak ipar ane. Ketika membaca buku ini, pikiran ane menjadi terbuka bahwa ternyata ane baru tahu, dikarenakan bayi belum bisa berbicara, maka cara berkomunikasinya adalah lewat tangisan. Ane baru tahu bahwa ternyata teknik menggendong bayi ada caranya sendiri. Ketika ane membaca buku itu, perlahan-lahan rasa kesal ane dengan bayi ane mulai hilang...mungkin waktu itu ane hampir mulai merasakan sindrom baby blues T_T
Ane teringat kembali, ketika ane hamil, ane pernah membaca buku Kisah Kebijaksanaan China Klasik. Salah satu cerita tersebut mengatakan "Anak itu tidak pernah minta dilahirkan. Keputusan orang tua lah yang memutuskan untuk melahirkan anak".
Kata-kata itu benar-benar membuat ane terngiang-ngiang. Akhirnya sejak saat itu, ane bertekad bahwa ane meskipun seorang working mom, ane harus tetap bisa mendidik Gaby. Gaby tidak minta dilahirkan, oleh karena itu ane harus bertanggung jawab atas keputusan ane ini dengan mendidik Gaby menjadi seperti yang Tuhan inginkan.
Sejak saat itu ane banyak sekali membaca buku-buku parenting...
Ketika saatnya maternity leave ane sudah habis, ane harus kembali bekerja.
Hari-hari ketika ane bekerja, Gaby dititipkan di rumah mama ane, beserta dengan pengasuhnya.
Setiap hari ane meminta pengasuh untuk membuatkan laporan jadwal kegiatan sehari-hari kepada ane, apa saja yang Gaby makan setiap harinya, apakah Gaby makannya banyak/sedikit. Setiap harinya report tersebut ane baca, dari situ ane jadi tahu, apakah menu makanan yang ane buat ini, Gaby menyukainya atau tidak.

Untuk aktivitasnya sendiri, ane sadar, menjadi working mom adalah pilihan ane. Menjadi working mom, pada dasarnya pilihannya cuma 2 : waktu bermain bersama anak yang berkurang karena kita sudah lelah (langsung tidur sehabis pulang bekerja), atau waktu tidur kita yang berkurang namun kita bisa bermain bersama anak.
Kalau ane, pilih pilihan yang kedua. Terkadang apabila pekerjaan di kantor belum selesai, ane memilih menyelesaikan pekerjaan kantor tersebut ketika malam hari, saat Gaby sudah tidur...berat memang, mata ini sepet banget rasanya..tapi harus dipaksa..
Selain itu untuk mengurangi rasa bersalah ane yang meninggalkan Gaby bekerja, maka ane membuat kurikulum aktivitas Gaby setiap harinya selama 1 bulan ke depan.. ane meminta bantuan pengasuh ane untuk melakukan aktivitas tersebut ke Gaby, sehingga meskipun ane bekerja, sensorik Gaby tetap bisa berfungsi dengan baik... sehingga jadinya, ane ga menyesal-menyesal amat meninggalkan Gaby...hehehe
Ini contoh kurikulum Gaby yang ane buat :

Ketika ane tiba di rumah sehabis pulang kerja, handphone ane letakan. Ane fokus main dengan anak. Ane termasuk tipe orang tua yang cukup anti Gadget, karena ane pernah membaca buku Mendidik Anak di Era Digital karangan Yee-Jin Shin, sebaiknya selama mungkin anak dikenalkan Gadget. Kalaupun Gaby mau melihat gadget, itu pun pasti dengan ane/suami..hanya untuk melihat foto-foto Gaby dengan keluarganya, video-video Gaby, atau ketika ane ingin menunjukkan informasi tertentu saja.
TV pun juga bisa dibilang ane tidak pernah nyalakan...apalagi TV lokal, semenjak ane belajar parenting, ane sama sekali tidak pernah menonton TV Lokal, apalagi sinetron yang isinya tidak mendidik. Ane tidak membiasakan anak ane nonton TV..kalaupun nonton, itu hanya acara kartun seperti Upin Ipin saja.
Lalu, apa donk yang Gaby lakukan sama ane? Biasa ane mengajari Gaby memasak. Setiap ane pulang kerja, minimal 1 minggu sekali Gaby pasti bilang "Ma, Gaby mau telur dadar donk". Dari situ ane ajari Gaby untuk bisa memasak telur dadar sendiri...dan juga dia makan sendiri.
Meskipun waktu ane dengan Gaby terbatas, namun ane tetap bisa mengajari Gaby untuk bisa memasak sendiri dan juga melatih kemandirian dia dengan makan sendiri.

Ane percaya, yang paling penting bukanlah kuantitas bersama anak, namun yang lebih penting adalah kualitas bersama anak. Pernah ane baca di suatu artikel yang mengatakan "Waktu bersama anak BERBEDA dengan Waktu dengan Anak".
Coba deh renungin kata-kata ini..... Waktu bersama Anak, berbeda dengan, Waktu dengan Anak.
Waktu dengan anak, belum tentu hati kita bersama anak. Misalnya nih, si anak lagi main lego, tapi si ibunya lagi main handphone.
Ane ingin ketika ane bersama Gaby, hal yang ane lakukan dengannya adalah hal yang berkualitas.
Oleh karena itu, aktivitas yang pasti ane lakukan dengan Gaby ketika pulang kerja adalah membaca buku.
Saat ini Gaby sudah punya sekitar 10 buku yang sudah dia hafal ceritanya.. seperti I love You Dad, I Love My Dad, buku Alkitab, Aku Anak yang berani 1 dan 2, dsb
So Moms, don't regret of your decision to be Working mom ya. Yang paling penting bukan hanya berpikir menyesal saja, melainkan apa yang bisa kita lakukan untuk menebus waktu kita yang kurang bersama anak itu sebagai seorang Ibu.
"Memikirkannya lebih sulit daripada menjalankannya", so, just do it! I can do it, so are you!
* Monggo untuk mampir ke blog ane juga : https://blessingparenting.blogspot.co.id
[/FONT]
Diubah oleh irene.angela 17-01-2018 09:00
0
2.3K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan