Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dragonfly1212Avatar border
TS
dragonfly1212
Dilema Saat Dilarang Pakai Hijab Di Kantor
Oke, darimana saya mau mulai nulis tentang ini. 5 tahun berjalan sejak saya resmi jadi seorang karyawati di perusahaan dagang a.k.a distributor suatu produk food and beverage yang lumayan di sukai masyarakat. Saya selalu “nggrundel” tak berkesudahan tentang hal ini, ingin komplain tapi saya masih kurang berani. Ingin keluar tapi saya masih butuh uang. Ingin segera resign tapi saya masih dalam posisi karyawan yang nyambi kuliah. Kurang memungkinkan untuk saya resign karena menurut perhitungan “oret-oretan” laporan keuangan bulanan pribadi saya (ah elahhhh), saya tidak bisa berhenti berpenghasilan walau satu bulan saja. Kewajiban bayar kos dan bayar uang kuliah gag bisa di pending soalnya. Alih alih dikasihani, malah bisa-bisa saya diusir ibu kos atau gag bisa ikut UTS karena nunggak SPP (kan sedihhhhh).

Singkat cerita, perusahaan saya melarang keras karyawatinya memakai penutup kepala atau hijab di area kantor. Hal ini sudah menjadi budaya di kantor saya dari berpuluh-puluh tahun yang lalu (kata senior di kantor).

Ih kerjanya gag barokah yaaa… Ih, idih…

Nah komen komen nyinyir seperti ini gag cuman sekali dua kali saya dengar dari teman-teman atau ‘yang cuma ngaku teman’ atau dari orang sekitar. Gag kaget sih, kan mereka cuma mengamati. Gag tau yang saya rasain, yang saya pikirin juga. Selow aja jawabnya. Ya… jawabannya sama kayak intro yang saya tulis diatas. Karena saya butuh uang. Saya tau apa aturan islam. Bahwa wanita memang diwajibkan berhijab saat sudah baligh. I know it, so well. Saya cuma diharuskan realistis karena kebutuhan saya sekarang. Dari lubuk hati yang paling dalam saya juga pengen lari. Tapi saya selalu menenangkan diri sendiri. Hey kamu, manusia yang dipaksa melepas penutup kepala oleh pihak yang merasa kamu sebagai budaknya, bersabarlah, sampai waktunya kamu tidak butuh mereka dan bisa lepas darinya. Terus bergeraklah, menyelesaikan kewajiban yang ada dan memantaskan diri untuk tahap selanjutnya.

Koq pasang-copot hijab mbak?
Ya, saya dipaksa menjadi manusia labil yang sering pasang copot hijab. Saya selalu mengenakan hijab saya, kecuali di kantor. Ini memalukan, sungguh. Dan bukan hanya saya saja yang merasa dipaksa demikian. Yasudah, ikhlas dulu sampai waktunya saya berani ambil keputusan. Saya hampir tidak pernah memasang foto atau share foto saya di kantor, padahal saya termasuk golongan wanita yang gemar foto selfie. Ya mau gimana lagi. Saya malu. Titik. Padahal untuk seorang yang suka foto seperti saya, design interior di kantor saya termasuk ‘ciamik dan enak dipandang mata’ untuk dijadikan background foto untuk kemudian memperindah feed instagram saya yang belum seberapa followers nya emoticon-Frown. #dilema


Kenapa sekarang berani?

Ya, saya semakin dewasa (baca: tua) untuk berani bersuara. Semakin sadar bahwa saya harus mengambil langkah. Ijazah sudah saya dapatkan. Ya, hasil kerja yang saya tukarkan dengan kwitansi SPP yang saya bayarkan tiap bulan. Hasil dari usaha memantaskan diri untuk loncat ke tempat kerja yang lain. Ketahuilah, saya gag pernah ada cita-cita untuk berlama-lama bekerja di perusahaan yang melarang saya menyempurnakan agama saya sendiri. Thats why saya berusaha bagaimana caranya saat saya keluar nanti, perusahaan lain tidak enggan untuk menerima saya, memanfaatkan pengalaman kerja dan ilmu saya, atau bahkan hanya untuk membaca ‘CV’ saya.

What will you say to your BOSS??
Saya gag pernah tau apa agama bos saya, mungkin dia atheis (pikir saya). Saya tidak begitu mengetahuinya. Yang saya tau, dia menghilangkan salah satu hak hidup saya di dunia. Pernah denger kalimat ini gag? “kalau kerja di perusahaan orang, ya ikutin aturan orangnya, kalau gag suka ya keluar aja”. Nah… jangan khawatir, I will. Soon or later.
Saya juga tidak mau semakin tua dan terjebak di tempat yang sedemikian kondisinya. Semakin tua semakin kecil kemungkinan perusahaan lain mau membaca cv saya (pikiran dalam batin, uggghhhh).
Kasih gaji berapa sih sampai berani menerapkan sistem demikian. Whats wrong with our hijab? Ngerusak mata? Ngganggu kinerja kita? Nunda deadline kerja kita? Bikin perusahaan bangkrut? Idealis, kaku, tapi gag berasalan. Saya kurang bisa mencerna cara pikirnya gimana. Saya pernah dengar kalau misal perusahaan misal manufaktur tertentu memang melarang hal demikian, tapi lebih ke alasan keamanan tubuh dan juga barang jualannya. Tapi tempat kerja saya?? bener-bener gag ada tuh hubungannya dengan hal hal demikian. Hmm, atau mungkin alesannya cuma “polusi mata” yaaa???, entahlah.
Doa saya, semoga pak boss dibukakan mata hatinya, someday. Bisa mbaca hati karyawati-karyawatinya yang sebenernya juga punya unek-unek seperti saya ini.

Pesan untuk karyawati di kantor?
Saya tau apa yang kalian rasakan. Apa yang kalian pikirkan. Hidup gag sebatas idealis yang kaku. Tapi hidup memang harus realistis. Benar kan? Saya tau keinginan kalian berhijab di kantor. Saya tau kalian malu tiap pagi harus melpas hijab kalian di parkiran, sembari jalan selangkah demi selangkah menuju pintu kantor, dan kemudian kalian kenakan kembali hijab cantik kalian saat pulang. Dan saya tau, kalian butuh uang untuk hidup atau membantu meringankan beban suami, memutar otak membiayai sekolah anak kalian yang semakin membabi buta di kota besar ini. Untuk Saya cuma berdoa banyak hal yang baik-baik kedepannya.  

Terakhir dari unek-unek saya. Semoga tidak ada lagi pengusaha-pengusaha yang membatasi karyawannya dalam hal agama. Sekali lagi, apa susahnya menghargai perbedaan. Kalian punya power, banyak yang tunduk dan hormat pada Anda tanpa Anda minta. Cukup minta kewajiban karyawanmu dipenuhi sebagai pengganti hak yang meraka dapatkan darimu. Jangan mengurangi hak-haknya hidup di dunia.


Salam damai.


0
1.5K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan