- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Viral, Arsitek Bandung Kritik 'Beautifikasi' Anies-Sandi


TS
Hans.Landa
Viral, Arsitek Bandung Kritik 'Beautifikasi' Anies-Sandi

Quote:
Jakarta - Persoalan 'beautifikasi' kota Jakarta di segala penjuru pun dikritik berbagai pihak. Tak hanya seniman, mahasiswa jurusan seni, tapi juga berasal dari kalangan arsitek.
Achmad Tardiyana atau yang akrab disapa Kang Apep dikenal sebagai arsitek kenamaan Bandung. Status kritiknya di akun Facebook pribadi yang diupload 22 jam lalu mendapatkan seribuan lebih likes dan 369 komentar. Statusnya tersebar sampai 782 kali.
"Banyak cara mewarnai kota, tapi sebaiknya berkolaborasi dengan orang-orang yang sangat akhli di bidangnya terutama para seniman. Berikan ruang, infrastruktur dan elemen kota lainnya sebagai kanvas lalu biarkan para seniman meresponnya. hasilnya tentu akan lebih artistik dan memperkaya kualitas visual kota. Untuk kasus Jakarta Pak Anies sebagai gubernur mestinya dengan mudah mengajak seniman2 Jakarta atau IKJ berkolaborasi. Apalagi di belakang pak Anies ada Marco Kusumawijaya mantan ketua DKJ. Kota sebesar dan sepenting Jakarta bahkan sebaiknya sudah pantas memiliki semacam Design Trust for Public Space supaya tidak muncul meme2 lucu yang tidak perlu. Buat saya pribadi persoalan ini buka persoalan remeh karena buat masyarakat awam dan pengunjung sebuah kota yang pertama dilihat dan memberikan impresi pertama kan hal-hal semacam ini," tulisnya di status Facebook seperti dikutip, Kamis (2/8/2018).
Dari status tersebut ada beragam respons. Sebagian besar setuju dengan pendapat Kang Apep, namun banyak juga yang menilainya sarat politis. Saking viralnya, Kang Apep masih memprivasikan Facebook pribadinya.
"Sudah banyak komentarnya yang ke mana-mana dan tidak relevan. Settingan saya ubah ke privat," ujarnya ketika dihubungi detikHOT.
Kang Apep yang tergabung dalam Urbane Indonesia sebuah perusahaan konsultan perencanaan, arsitektur, dan desain itu menambahkan persoalan 'beautifikasi' mungkin saja terkendala banyak hal.
"Pertama persoalan biaya dan image yang tercipta. Karena dikerjakan oleh amatir, tidak ada konsep yang jelas untuk mengecat dan mewarnai. Seakan-akan tergantung bidang yang ada saja," ujar pengajar Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.
Menurutnya melakukan respos terhadap ruang publik harus ada batasan. Tak seluruh kota harus diperindah atau diwarnai.

"Ada bagian tertentu untuk seniman atau arsitek. Di kawasan ini yang seharusnya diajak. Kalaupun ajak partisipasi warga, warga yang mana. Dari seniman itu lebih representatif. Kalau aspirasi dari warga di kampung-kampung atau lingkungan sendiri tidak apa-apa," tukas Kang Apep.
Simak artikel berikutnya.
(tia/doc)
https://hot.detik.com/art/d-4145996/...si-anies-sandi
ati2 bangkeny ga disholatin lho



liee memberi reputasi
1
12.6K
Kutip
120
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan