- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
PDIP Tugaskan Pendiri PKS Sebarkan Pemikiran Islam Sukarno
TS
annisaputrie
PDIP Tugaskan Pendiri PKS Sebarkan Pemikiran Islam Sukarno
PDIP Tugaskan Pendiri PKS Sebarkan Pemikiran Islam Sukarno
Rabu, 18/07/2018 06:37 WIB

Pendiri PKS Yusuf Supendi kini menjadi caleg PDIP di Pemilu 2019. (Detikcom/Ari Saputra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Yusuf Supendi yang kini menjadi caleg PDIP, mendapat mandat dari partai untuk menggelorakan kembali pemikiran Sukarno tentang Islam.
PDIP telah resmi menggaet Yusuf menjadi caleg di Pemilu 2019. Dia akan berkontestasi di daerah pemilihan (dapil) Bogor, Jawa Barat.
Kata Hasto, pemikiran Sukarno tentang Islam penting untuk sebarkan lantaran selama era Orde Baru, pemikiran-pemikiran itu dikucilkan oleh rezim yang berkuasa.
Dia melanjutkan selain memiliki pemikiran-pemikiran tentang Islam, Sukarno juga aktif berjuang membantu negara-negara Islam meraih kemerdekan, misalnya Aljazair.
Sukarno pun berjasa besar karena menjadi pelopor Konferensi Asia Afrika. Hasto mengatakan jasa-jasa Sukarno tersebut seolah hilang di era Orde Baru.
"Selama 32 tahun Orde Baru kami melihat banyak sejarah yang digelapkan. Dan di situlah Pak Yusuf Supendi punya tugas nanti untuk bersama-sama menggelorakan kembali seluruh pemikiran Bung Karno tentang Islam," kata Hasto di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (17/7).
Lihat juga: Pendiri PKS Yusuf Supendi Jadi Caleg PDIP
Hasto pun bercerita perihal keputusan Yusuf menjadi caleg PDIP. Dia berkata hal itu tak lepas dari kedekatannya dengan partai berlambang banteng,
Menurut Hasto, kedekatan itu sudah terpupuk medio 2004-2009 silam. Dia mengklaim saat itu sering berdiskusi Yusuf sebagai sesama anggota DPR RI.
"Sehingga dialog itu menunjukkan bahwa Pak Yusuf akhirnya menyatakan bergabung ke PDIP," kata Hasto.
Yusuf adalah salah satu pendiri Partai Keadilan yang merupakan cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera.
Lihat juga: Pengacara Rizieq Shihab Disebut Nyaleg Lewat PDIP
Baik PK maupun PKS mengklaim sebagai partai dakwah. Basis massanya adalah umat Islam. Sementara PDIP adalah partai berhaluan nasional.
Dengan perbedaan warna politik tersebut, menyeberangnya Yusuf ke PDIP ini tentu saja mendapat sorotan luas. Namun Hasto menegaskan bahwa PDIP adalah rumah bagi semua.
Dia berkata meski ada riwayat perbedaan pandangan politik, bukan berarti seseorang langsung ditolak untuk bergabung dengan PDIP.
"Sehingga mereka yang terpanggil untuk bersama dengan PDIP, akan membuka pintu ketika ada yang mengetuk," ujar Hasto.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180717165801-32-314869/pdip-tugaskan-pendiri-pks-sebarkan-pemikiran-islam-sukarno
Alasan Pendiri PKS Yusuf Supendi ke PDIP: 70% Massa Banteng Muslim
18 Juli 2018 16:01 WIB

Pendiri Partai Keadilan (yang menjadi Partai Keadilan Sejahtera), Yusuf Supendi. (Antara / Reno Esnir)
Solopos.com, JAKARTA — Masuknya pendiri Partai Keadilan yang kini bernama Partai Keadilan Sejhatera (PKS), Yusuf Supendi, sebagai calon anggota legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), mencuri perhatian publik.
Meski muncul spekulasi soal kepindahannya ke Partai Hanura dan kemudian berlabuh di PDIP, namun dia secara tegas memantapkan pilihannya. Dia mengaku lebih memilih PDIP karena dinilai lebih mapan ketimbang Partai Hanura, kendaraan politik yang gagal dia tumpangi saat menuju Senayan pada Pemilu 2014.
"Saya sudah memantapkan hati untuk maju bersama PDIP," ujarnya, Rabu (18/7/2018).
Yusuf mengungkapkan selain PDIP sebagai partai yang sudah mapan, alasannya berlabuh di partai moncong putih tersebut karena faktor pendukung. Dia mengatakan sekitar 70% kader PDIP merupakan umat muslim dan kalangan santri.
"70 persen pendukung PDIP itu umat Islam dan santri, jadi saya cocok," kata Yusuf kepada wartawan.
Sementara itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa komunikasi yang dijalin PDIP dengan Yusuf Supendi sudah terjalin sejak lama. Hasto mengatakan komunikasi intensif dengan Yusuf terjadi saat mereka menjadi anggota DPR periode 2004-2009.
Hasto menambahkan, Yusuf juga bisa menjadi perpanjangan tangan PDIP untuk menyebarkan gagasan nasionalisme-religius atau nasionalisme-Islam. "Konsep itulah yang digagas proklamator sekaligsus presiden pertama RI, Sukarno, yaitu membangun komunikasi politik dengan negara-negara berpendukuk muslim di masa awal pemerintahannya," katanya.
Yusuf Supendi dikenal sebagai salah satu generasi pertama dan pendiri gerakan Tarbiyah di Indonesia. Gerakan Tarbiyah itu kemudian berubah bentuk menjadi partai politik bernama Partai Keadilan dan mengikuti Pemilu 1999. Karena gagal mencapai electoral treshold 3%, partai itu berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk bisa ikut Pemilu 2014.
Yusuf juga pernah masuk Senayan sebagai wakil rakyat melalui Fraksi PKS dari Dapil IV kabupaten/kota Bogor Jawa Barat pada periode 2004-2009. Dia juga pernah menjabat posisi sebagai Wakil Ketua dan anggota Dewan Syariah PKS peroide 2000-2010.
http://news.solopos.com/read/20180718/496/928628/alasan-pendiri-pks-yusuf-supendi-ke-pdip-70-massa-banteng-muslim
Peta Pilkada 2018: PDIP Koalisi Gerindra di 48 Daerah, PDIP-PKS di 33 Daerah
Selasa, 26 Juni 2018 11:37 WITA
Terkini.id, Makassar – Politik senantiasa membuat kawan menjadi lawan, dan lawan menjadi kawan. Hal ini pula yang terjadi di sejumlah daerah dalam Pilkada serentak yang akan berlangsung di 177 daerah di Indonesia. Baik itu pemilihan gubernur-wakil gubernur, bupati-wakil bupati, hingga wali kota-wakil wali kota.
Seperti diketahui, koalisi partai politik secara nasional umumnya cuma terpecah dua. PDIP misalnya, berkoalisasi dengan beberapa partai seperti Golkar, Nasdem, dan Hanura mendukung pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo.
Sementara koalisi oposisi dipimpin oleh Gerindra, bersama PAN, dan PKS merupakan seteru koalisi partai pemerintah. Namun, dalam politik Pilkada yang berlangsung di sejumlah daerah, faktanya berbeda. Informasi dihimpun terkini.id, PDIP yang mendukung pemerintah, malah berkoalisi dengan Partai Gerindra di 48 daerah mendukung pasangan calon.
Dari 48 daerah tersebut, di antaranya 5 calon gubernur-wakil Gubernur, 37 calon bupati-wakil bupati, dan 6 calon wali kota-wakil wali kota. Bukan cuma itu, PDIP juga berkoalisi dengan PKS di 33 daerah, antara lain 3 calon gubernur, 24 calon bupati, dan 6 calon wali kota.
Koalisi PDIP-Gerindra-PKS Nah, yang lebih menarik, adalah koalisi ketiga partai tersebut, yakni PDIP, Gerindra dan PKS, terjadi di 21 daerah. Dua calon gubernur-wakil gubernur, 16 calon bupati-wakil bupati, dan 3 calon wali kota-wakil wali kota.
Dilansir dari laman [url]https://infopemilu.kpu.go.id,[/url] koalisi PDIP-Gerindra dan PKS tersebut misalnya terjadi di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua.
https://makassar.terkini.id/peta-pilkada-2018-pdip-koalisi-gerindra-di-48-daerah-pdip-pks-di-33-daerah/
----------------------------
Dunia partai dan perpolitikan di Tanah Air pasca Reformasi 1998 lalu, sebenarnya sudah steril dari perbedaan ideologi. Nggak ada lagi beda antara PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat dan parpol nasionalis lainnya. Hal sama untuk parpol Islam seperti PKS, PAN, PKB, PAN dan PBB. Meski mengakunya mengusung suara muslim, tapi ideologinya sama saja dengan partai Nasionalis.
Makanya kalau kemudian terjadi bahwa untuk Pilpres 2019 yad tiba-tiba PKS bergabung ke Koalisi Jokowi, bisa dimaklumi. Bahkan di Pilkada 2018 kemarin itu, PKS dan PDIP bahkan bisa sama-sama mengusung calon Kepala Daerah di 33 daerah pemilihan. Meskipun bisa ditandai, bahwa manakala calon PDIP ditempel PKS, biasanya calonnya kalah (contohnya seperti di Pilkada Gubernur Jawa Timur kemarin itu). Apakah PKS yang membawa apes bagi PDIP atau sebaliknya? Tebak sendiri sajalah!

Rabu, 18/07/2018 06:37 WIB

Pendiri PKS Yusuf Supendi kini menjadi caleg PDIP di Pemilu 2019. (Detikcom/Ari Saputra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Yusuf Supendi yang kini menjadi caleg PDIP, mendapat mandat dari partai untuk menggelorakan kembali pemikiran Sukarno tentang Islam.
PDIP telah resmi menggaet Yusuf menjadi caleg di Pemilu 2019. Dia akan berkontestasi di daerah pemilihan (dapil) Bogor, Jawa Barat.
Kata Hasto, pemikiran Sukarno tentang Islam penting untuk sebarkan lantaran selama era Orde Baru, pemikiran-pemikiran itu dikucilkan oleh rezim yang berkuasa.
Dia melanjutkan selain memiliki pemikiran-pemikiran tentang Islam, Sukarno juga aktif berjuang membantu negara-negara Islam meraih kemerdekan, misalnya Aljazair.
Sukarno pun berjasa besar karena menjadi pelopor Konferensi Asia Afrika. Hasto mengatakan jasa-jasa Sukarno tersebut seolah hilang di era Orde Baru.
"Selama 32 tahun Orde Baru kami melihat banyak sejarah yang digelapkan. Dan di situlah Pak Yusuf Supendi punya tugas nanti untuk bersama-sama menggelorakan kembali seluruh pemikiran Bung Karno tentang Islam," kata Hasto di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (17/7).
Lihat juga: Pendiri PKS Yusuf Supendi Jadi Caleg PDIP
Hasto pun bercerita perihal keputusan Yusuf menjadi caleg PDIP. Dia berkata hal itu tak lepas dari kedekatannya dengan partai berlambang banteng,
Menurut Hasto, kedekatan itu sudah terpupuk medio 2004-2009 silam. Dia mengklaim saat itu sering berdiskusi Yusuf sebagai sesama anggota DPR RI.
"Sehingga dialog itu menunjukkan bahwa Pak Yusuf akhirnya menyatakan bergabung ke PDIP," kata Hasto.
Yusuf adalah salah satu pendiri Partai Keadilan yang merupakan cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera.
Lihat juga: Pengacara Rizieq Shihab Disebut Nyaleg Lewat PDIP
Baik PK maupun PKS mengklaim sebagai partai dakwah. Basis massanya adalah umat Islam. Sementara PDIP adalah partai berhaluan nasional.
Dengan perbedaan warna politik tersebut, menyeberangnya Yusuf ke PDIP ini tentu saja mendapat sorotan luas. Namun Hasto menegaskan bahwa PDIP adalah rumah bagi semua.
Dia berkata meski ada riwayat perbedaan pandangan politik, bukan berarti seseorang langsung ditolak untuk bergabung dengan PDIP.
"Sehingga mereka yang terpanggil untuk bersama dengan PDIP, akan membuka pintu ketika ada yang mengetuk," ujar Hasto.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180717165801-32-314869/pdip-tugaskan-pendiri-pks-sebarkan-pemikiran-islam-sukarno
Alasan Pendiri PKS Yusuf Supendi ke PDIP: 70% Massa Banteng Muslim
18 Juli 2018 16:01 WIB

Pendiri Partai Keadilan (yang menjadi Partai Keadilan Sejahtera), Yusuf Supendi. (Antara / Reno Esnir)
Solopos.com, JAKARTA — Masuknya pendiri Partai Keadilan yang kini bernama Partai Keadilan Sejhatera (PKS), Yusuf Supendi, sebagai calon anggota legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), mencuri perhatian publik.
Meski muncul spekulasi soal kepindahannya ke Partai Hanura dan kemudian berlabuh di PDIP, namun dia secara tegas memantapkan pilihannya. Dia mengaku lebih memilih PDIP karena dinilai lebih mapan ketimbang Partai Hanura, kendaraan politik yang gagal dia tumpangi saat menuju Senayan pada Pemilu 2014.
"Saya sudah memantapkan hati untuk maju bersama PDIP," ujarnya, Rabu (18/7/2018).
Yusuf mengungkapkan selain PDIP sebagai partai yang sudah mapan, alasannya berlabuh di partai moncong putih tersebut karena faktor pendukung. Dia mengatakan sekitar 70% kader PDIP merupakan umat muslim dan kalangan santri.
"70 persen pendukung PDIP itu umat Islam dan santri, jadi saya cocok," kata Yusuf kepada wartawan.
Sementara itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa komunikasi yang dijalin PDIP dengan Yusuf Supendi sudah terjalin sejak lama. Hasto mengatakan komunikasi intensif dengan Yusuf terjadi saat mereka menjadi anggota DPR periode 2004-2009.
Hasto menambahkan, Yusuf juga bisa menjadi perpanjangan tangan PDIP untuk menyebarkan gagasan nasionalisme-religius atau nasionalisme-Islam. "Konsep itulah yang digagas proklamator sekaligsus presiden pertama RI, Sukarno, yaitu membangun komunikasi politik dengan negara-negara berpendukuk muslim di masa awal pemerintahannya," katanya.
Yusuf Supendi dikenal sebagai salah satu generasi pertama dan pendiri gerakan Tarbiyah di Indonesia. Gerakan Tarbiyah itu kemudian berubah bentuk menjadi partai politik bernama Partai Keadilan dan mengikuti Pemilu 1999. Karena gagal mencapai electoral treshold 3%, partai itu berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk bisa ikut Pemilu 2014.
Yusuf juga pernah masuk Senayan sebagai wakil rakyat melalui Fraksi PKS dari Dapil IV kabupaten/kota Bogor Jawa Barat pada periode 2004-2009. Dia juga pernah menjabat posisi sebagai Wakil Ketua dan anggota Dewan Syariah PKS peroide 2000-2010.
http://news.solopos.com/read/20180718/496/928628/alasan-pendiri-pks-yusuf-supendi-ke-pdip-70-massa-banteng-muslim
Peta Pilkada 2018: PDIP Koalisi Gerindra di 48 Daerah, PDIP-PKS di 33 Daerah
Selasa, 26 Juni 2018 11:37 WITA
Terkini.id, Makassar – Politik senantiasa membuat kawan menjadi lawan, dan lawan menjadi kawan. Hal ini pula yang terjadi di sejumlah daerah dalam Pilkada serentak yang akan berlangsung di 177 daerah di Indonesia. Baik itu pemilihan gubernur-wakil gubernur, bupati-wakil bupati, hingga wali kota-wakil wali kota.
Seperti diketahui, koalisi partai politik secara nasional umumnya cuma terpecah dua. PDIP misalnya, berkoalisasi dengan beberapa partai seperti Golkar, Nasdem, dan Hanura mendukung pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo.
Sementara koalisi oposisi dipimpin oleh Gerindra, bersama PAN, dan PKS merupakan seteru koalisi partai pemerintah. Namun, dalam politik Pilkada yang berlangsung di sejumlah daerah, faktanya berbeda. Informasi dihimpun terkini.id, PDIP yang mendukung pemerintah, malah berkoalisi dengan Partai Gerindra di 48 daerah mendukung pasangan calon.
Dari 48 daerah tersebut, di antaranya 5 calon gubernur-wakil Gubernur, 37 calon bupati-wakil bupati, dan 6 calon wali kota-wakil wali kota. Bukan cuma itu, PDIP juga berkoalisi dengan PKS di 33 daerah, antara lain 3 calon gubernur, 24 calon bupati, dan 6 calon wali kota.
Koalisi PDIP-Gerindra-PKS Nah, yang lebih menarik, adalah koalisi ketiga partai tersebut, yakni PDIP, Gerindra dan PKS, terjadi di 21 daerah. Dua calon gubernur-wakil gubernur, 16 calon bupati-wakil bupati, dan 3 calon wali kota-wakil wali kota.
Dilansir dari laman [url]https://infopemilu.kpu.go.id,[/url] koalisi PDIP-Gerindra dan PKS tersebut misalnya terjadi di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua.
https://makassar.terkini.id/peta-pilkada-2018-pdip-koalisi-gerindra-di-48-daerah-pdip-pks-di-33-daerah/
----------------------------
Dunia partai dan perpolitikan di Tanah Air pasca Reformasi 1998 lalu, sebenarnya sudah steril dari perbedaan ideologi. Nggak ada lagi beda antara PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat dan parpol nasionalis lainnya. Hal sama untuk parpol Islam seperti PKS, PAN, PKB, PAN dan PBB. Meski mengakunya mengusung suara muslim, tapi ideologinya sama saja dengan partai Nasionalis.
Makanya kalau kemudian terjadi bahwa untuk Pilpres 2019 yad tiba-tiba PKS bergabung ke Koalisi Jokowi, bisa dimaklumi. Bahkan di Pilkada 2018 kemarin itu, PKS dan PDIP bahkan bisa sama-sama mengusung calon Kepala Daerah di 33 daerah pemilihan. Meskipun bisa ditandai, bahwa manakala calon PDIP ditempel PKS, biasanya calonnya kalah (contohnya seperti di Pilkada Gubernur Jawa Timur kemarin itu). Apakah PKS yang membawa apes bagi PDIP atau sebaliknya? Tebak sendiri sajalah!

0
1.6K
20
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan