- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Argumen Palsu Para Menteri, Akhirnya Jokowi Sadar dan Akui Pelemahan Ekonomi


TS
q4bill
Argumen Palsu Para Menteri, Akhirnya Jokowi Sadar dan Akui Pelemahan Ekonomi
Argumen Palsu Para Menteri, Akhirnya Jokowi Sadar dan Akui Pelemahan Ekonomi
Juli 29, 2018 14:35

Presiden Joko Widodo - Bank Dunia. (ilustrasi/aktual.com)
Jakarta, Aktual.com -Jokowi akhirnya mau mengakui bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini memang memprihatinkan dan sedang dalam keadaan lemah.
Dihadapan para kepala daerah di Istana Bogor dua hari lalu (26/7), Mantan Walikota Solo ini mengatakan bahwa terdapat masalah dalam fundamental ekonomi Indonesia.
Masalah itu adalah defisit transaksi berjalan dan defisit perdagangan, yang menyebabkan Indonesia rentan terpengaruh gejolak ekonomi dunia.
Padahal sebelumnya Tim Ekonomi pemerintah, yang disuarakan terutama oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani masih terus menyatakan ekonomi kita kuat, kondisi fiskal prudent, dll.
Bahkan, beberapa hari yang lalu, Sri Mulyani masih berani katakan, APBN untung dengan adanya kondisi pelemahan kurs Rupiah.
Minggu lalu juga Menko Perekonomian Darmin Nasution masih menyatakan bahwa pelemahan kurs Rupiah merupakan hal biasa.
Sebaliknya, ekonom senior Rizal Ramli (RR) sejak akhir tahun lalu, diulang di berbagai kesempatan, terus mengingatkan pemerintah tentang kondisi lampu kuning (setengah merah) perekonomian Indonesia.
Lemahnya kondisi ini disebabkan oleh berbagai defisit seperti dalam neraca perdagangan dan transaksi berjalan. RR memberi analogi yang sangat sederhana untuk mengibaratkan perekonomian dan kondisi eksternal.
Bila badan kita sedang lemah, virus-virus akan mudah menyerang sehingga menyebabkan kita sakit. Namun bila badan kita kuat, virus apapun tidak akan mampu menyakiti.
Tapi peringatan RR ini malah terus dibantah oleh para buzzer pemerintah termasuk juga oleh juru bicara Sri mulyani di Kemenkeu dan oleh Deputi Darmin di Kemenko Perekonomian.
Sampai kemudian dua hari lalu, Jokowi seakan mengakui dan menerima peringatan RR tentang buruknya fundamental ekonomi kita.
Tim Ekonomi pemerintah yang sebelumnya menolak peringatan RR, akhirnya ramai-ramai mengakui bahayanya pelemahan nilai tukar dan tergopoh-gopoh mencari solusi untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan.
Barulah kemarin lusa juga (26/7), malamnya setelah acara bersama para Kepala Daerah, Jokowi mengumpulkan 40 taipan terkaya di Indonesia dan meminta para eksportir kelas kakap ini untuk membawa kembali seluruh devisa hasil ekspor mereka.
Pada hari yang sama juga Sri Mulyani menyatakan akan menghentikan impor yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur.
Setelah itu kemarin (27/7) juga terjadi rapat mendadak di Istana, Jokowi meminta para menteri terkait untuk membahas pencabutan harga khusus batubara yang selama ini dinikmati pengusaha wajib pasok DMO (Domestic Market Obligation).
Lalu apakah artinya ini? Ekonom-ekonom pemerintah telah gagal mengendalikan situasi. Tim ekonomi pemerintah telah gagal memperkirakan atau gagal melakukan forecasting situasi ekonomi nasional- yang seharusnya menjadi kompetensi utama mereka.
Dulu menjanjikan pertumbuhan ekonomi 7%, nyatanya Cuma dapat 5%. Kini bilang ekonomi kita akan baik-baik saja, ternyata toh ada masalah yang cukup fundamental seperti duo defisit yang disampaikan Presiden Jokowi dua hari yang lalu.
Sementara, manipulasi garis kemiskinan sudah semakin terang benderang, angka kemiskinan BPS terlalu rendah. Rp 11 ribu yang dijadikan acuan garis kemiskinan tidak relevan lagi.
Terlebih setelah seorang wartawan dari Vice melakukan riset lapangan untuk hidup di Jakarta bermodal Rp 20 ribu sehari, ternyata tidak cukup! Bubble pencitraan pun pecah.
Namun, bila pun memandang penurunan kemiskinan versi BPS berbagai zaman kepresiden, dari selama apa menjabat dan seberapa persen penurunan kemiskinan, bukan terjadi pada masa Jokowi.
Data menyebutkan setelah Reformasi, laju penurunan kemiskinan era Habibie adalah 1,1% /tahun. Gus Dur adalah 5,01% dalam 2 tahun, atau lajunya 2,5%/tahun.
SBY periode pertama 2,5% dalam 5 tahun, atau lajunya 0,5%/tahun. SBY periode kedua 3,46% selama 5 tahun, atau lajunya 0,69%. Sedangkan Jokowi adalah 1,1% dalam 4 tahun, atau lajunya 0,28%/tahun.
Jelas, angka laju penurunan kemiskinan era Jokowi adalah yang terkecil dan Gus Dur (tim ekonomi adalah RR dan Kwik Kian Gie) memiliki angka laju penurunan kemiskinan yang tertinggi versi BPS.
http://www.aktual.com/argumen-palsu-...mahan-ekonomi/
Dosen UBK Sebut Tim Ekonomi Jokowi Gagal
Minggu, 29 Jul 2018 18:20 WIB

Foto: Ray Jordan/detikcom
Jakarta - Dosen Universitas Bung Karno Gede Sandra menuding tim ekonomi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal. Gede menganggap pemerintah gagal mengendalikan situasi perekonomian.
"Tim ekonomi pemerintah telah gagal memperkirakan atau gagal melakukan forecasting situasi ekonomi nasional, yang seharusnya menjadi kompetensi utama mereka," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu (29/7/2018).
Dia mengindikasikan kegagalan tersebut lantaran pemerintah pernah menjanjikan pertumbuhan ekonomi 7%, namun hingga kini belum berhasil direalisasikan.
"Nyatanya cuma dapat 5%. Kini bilang ekonomi kita akan baik-baik saja, ternyata toh ada masalah yang cukup fundamental seperti duo defisit yang disampaikan Presiden Jokowi dua hari yang lalu," sebutnya.
Kata dia, Jokowi juga sudah mengakui terdapat masalah fundamental ekonomi Indonesia. Masalah itu adalah defisit transaksi berjalan, dan defisit neraca perdagangan. Itu menyebabkan Indonesia rentan terpengaruh gejolak ekonomi dunia.
"Padahal beberapa saat sebelumnya tim ekonomi pemerintah, yang disuarakan terutama oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, si menteri terbaik di dunia, masih terus menyatakan bahwa fundamental ekonomi kita kuat, kondisi fiskal prudent, dan lain lain," jelasnya.
Baca juga: Rizal Ramli: Ekonomi RI Setengah Lampu Merah
Sebaliknya, Gede mengaku sejak akhir tahun lalu, terus mengingatkan pemerintah tentang kondisi lampu kuning alias setengah merah bagi perekonomian Indonesia. Itu disebabkan defisit seperti neraca perdagangan dan transaksi berjalan.
"Tim ekonomi pemerintah yang sebelumnya menolak peringatan RR, akhirnya ramai-ramai mengakui bahayanya pelemahan nilai tukar dan tergopoh-gopoh mencari solusi untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan," lanjutnya.
Ungkapnya, pemerintah akhirnya meminta para eksportir kelas kakap membawa kembali seluruh devisa hasil ekspor mereka. Selanjutnya pemerintah akan menghentikan impor yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur. Terakhir membahas pencabutan harga khusus batubara atau DMO (Domestic Market Obligation).
Tolok ukur garis kemiskinan versi Badan Pusat Statistik (BPS), menurut Gede juga tidak relevan pasalnya menjadikan Rp 11 ribu sebagai acuan garis kemiskinan. Dia juga berpendapat penurunan kemiskinan versi BPS berbagai zaman kepresidenan tidak akurat.
Dia merujuk data setelah reformasi, laju penurunan kemiskinan era Habibie 1,1%/tahun. Gus Dur 5,01% dalam 2 tahun, atau 2,5%/tahun. SBY periode pertama 2,5%, atau 0,5%/tahun. SBY periode kedua 3,46%, atau 0,69%/tahun. Sedangkan Jokowi 1,1% dalam 4 tahun, atau 0,28%/tahun.
"Jelas, angka laju penurunan kemiskinan era Jokowi adalah yang terkecil dan Gus Dur (tim ekonomi adalah RR dan Kwik Kian Gie), memiliki angka laju penurunan kemiskinan yang tertinggi versi BPS," tambahnya.
https://finance.detik.com/berita-eko...i-jokowi-gagal
Rizal Ramli:
Sri Pinter-Pinter Ndableg, Kasihan Jokowi Dikibulin Terus
RABU, 25 JULI 2018 , 21:53:00 WIB
RMOL. Ekonom senior Rizal Ramli angkat bicara terkait pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani soal setiap nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) maka memberikan dampak positif terhadap penerimaan negara.
Menurut Rizal, APBN memang untung tapi beban tingginya dolar AS terhadap Rupiah dibebankan ke PLN, Pertamina dan kenaikan harga pangan untuk rakyat.
"Ini yang ngomong akuntan APBN, atau Ekonom yang ndak ngerti makro?" ujarnya dalam akun Twitter @RizalRamli, Rabu (25/7).
Lebih lanjut Rizal juga merasa aneh dengan pernyataan Sri yang menyatakan setiap pelemahan Rp100 per dolar AS memberikan dampak ke penerimaan hingga Rp1,7 triliun.
Jika itu yang diinginkan Sri, Rizal menilai biarkan saja dolar tembus sampai Rp20 ribu biar penerimaan negara lebih besar dari Rp1,7 triliun.
"Hah? Klo gitu biarin aja Rp20.000/dolar. Pinter-pinter ndablek...Kasihan Mas Jokowi @jokowi dikibulin terus," ujar
http://ekbis.rmol.co/read/2018/07/25...kibulin-Terus-
Puji Jokowi, Rizal Ramli: Sayang Anak Buah Terbiasa Kasih Input ABS
Senin, 30 Juli 2018 08:29
TRIBUNWOW.COM - Mantan Menteri Keuangan sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, memberikan pujian kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dianggapnya sportif.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter @RamliRizal yang diunggah pada, Minggu (27/8/2018).
Awalnya, netter dengan akun @Sahabat_Bangsa menyebut jika Jokowi setuju apabila kondisi Badan Ekonomi saat ini sedang lemah.
"Jokowi Setuju Badan Ekonomi Indonesia Sedang Lemah," tulisnya.
Rizal Ramli kemudian mengatakan apabila Jokowi sportif lantaran mengakui jika kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak sehat.
Meski demikian, ia menyayangkan ada anak buah Jokowi yang memberikan masukan 'Asal Bapak Senang' (ABS).
"One thing have to be said (Satu hal yang harus dikatakan) Mas Jokowi sportif dan clear untuk mengakui bahwa ekonomi Indonesia sedang sakit, Salute u, sayang anak buah terbiasa kasih input ABS," kata Rizal Ramli.
Sebelumnya, Rizal Ramli mengatakan apabila sistem perekonomian era Jokowi payah.
Hal tersebut merujuk pada harga kebutuhan pokok dalam negeri yang jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan harga internasional.
Terlebih setelah rupiah tembus di angka Rp 14.519.
"Mohon maaf Pak Jokowi dalam bidang ekonomi payah, dalam bidang infrastruktur hebat sekali," ujar Rizal, dikawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (20/7/2018), dikutip Tribunwow.com dari Tribunnews.
"Kan enggak masuk akal, harga-harga di Indonesia dua kali daripada di luar negeri, padahal rakyatnya miskin. Misalnya harga gula dua kali dari harga internasional, harga daging dua kali, harga bawang putih dua jali, harga segala macem dua kali nya," imbuhnya.
Sebelumnya, Rizal Ramli juga sempat melontarkan sindiran kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait pelemahan rupiah.
"Hah ?? Klo gitu biarin aja Rp20.000 / dollar Pinter2 ndablek.
Memang APBN untung , tapi bebannya digeser ke Pertamina, PLN, dan kenaikan harga pangan utk rakyat.
Ini ngomong akuntan APBN ,, atau Ekonom yg ndak ngerti makro ?? Kasihan Mas Jokowi @ jokowi dikibulin terus," ungkap Rizal Ramli melalui akun Twitternya, Rabu (25/7/2018).
http://wow.tribunnews.com/2018/07/30...put-abs?page=2
------------------------------------
Memperhatikan nada-nada bicaranya, kayaknya si Rizal Ramli ini ingin diperhatikan pihak Istana sehingga bisa berharap menggantikan Prof.Dr. Erani Yustika, tim jubir Istana untuk Ekonomi, yang tidak ada suaranya samaseklai. Atau mungkin orang ybs takut berbicara sebagai mana si Ngabalin, yang kini sudah berhasil memperoleh jabatan baru sebagai komisaris BUMN.

Juli 29, 2018 14:35

Presiden Joko Widodo - Bank Dunia. (ilustrasi/aktual.com)
Jakarta, Aktual.com -Jokowi akhirnya mau mengakui bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini memang memprihatinkan dan sedang dalam keadaan lemah.
Dihadapan para kepala daerah di Istana Bogor dua hari lalu (26/7), Mantan Walikota Solo ini mengatakan bahwa terdapat masalah dalam fundamental ekonomi Indonesia.
Masalah itu adalah defisit transaksi berjalan dan defisit perdagangan, yang menyebabkan Indonesia rentan terpengaruh gejolak ekonomi dunia.
Padahal sebelumnya Tim Ekonomi pemerintah, yang disuarakan terutama oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani masih terus menyatakan ekonomi kita kuat, kondisi fiskal prudent, dll.
Bahkan, beberapa hari yang lalu, Sri Mulyani masih berani katakan, APBN untung dengan adanya kondisi pelemahan kurs Rupiah.
Minggu lalu juga Menko Perekonomian Darmin Nasution masih menyatakan bahwa pelemahan kurs Rupiah merupakan hal biasa.
Sebaliknya, ekonom senior Rizal Ramli (RR) sejak akhir tahun lalu, diulang di berbagai kesempatan, terus mengingatkan pemerintah tentang kondisi lampu kuning (setengah merah) perekonomian Indonesia.
Lemahnya kondisi ini disebabkan oleh berbagai defisit seperti dalam neraca perdagangan dan transaksi berjalan. RR memberi analogi yang sangat sederhana untuk mengibaratkan perekonomian dan kondisi eksternal.
Bila badan kita sedang lemah, virus-virus akan mudah menyerang sehingga menyebabkan kita sakit. Namun bila badan kita kuat, virus apapun tidak akan mampu menyakiti.
Tapi peringatan RR ini malah terus dibantah oleh para buzzer pemerintah termasuk juga oleh juru bicara Sri mulyani di Kemenkeu dan oleh Deputi Darmin di Kemenko Perekonomian.
Sampai kemudian dua hari lalu, Jokowi seakan mengakui dan menerima peringatan RR tentang buruknya fundamental ekonomi kita.
Tim Ekonomi pemerintah yang sebelumnya menolak peringatan RR, akhirnya ramai-ramai mengakui bahayanya pelemahan nilai tukar dan tergopoh-gopoh mencari solusi untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan.
Barulah kemarin lusa juga (26/7), malamnya setelah acara bersama para Kepala Daerah, Jokowi mengumpulkan 40 taipan terkaya di Indonesia dan meminta para eksportir kelas kakap ini untuk membawa kembali seluruh devisa hasil ekspor mereka.
Pada hari yang sama juga Sri Mulyani menyatakan akan menghentikan impor yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur.
Setelah itu kemarin (27/7) juga terjadi rapat mendadak di Istana, Jokowi meminta para menteri terkait untuk membahas pencabutan harga khusus batubara yang selama ini dinikmati pengusaha wajib pasok DMO (Domestic Market Obligation).
Lalu apakah artinya ini? Ekonom-ekonom pemerintah telah gagal mengendalikan situasi. Tim ekonomi pemerintah telah gagal memperkirakan atau gagal melakukan forecasting situasi ekonomi nasional- yang seharusnya menjadi kompetensi utama mereka.
Dulu menjanjikan pertumbuhan ekonomi 7%, nyatanya Cuma dapat 5%. Kini bilang ekonomi kita akan baik-baik saja, ternyata toh ada masalah yang cukup fundamental seperti duo defisit yang disampaikan Presiden Jokowi dua hari yang lalu.
Sementara, manipulasi garis kemiskinan sudah semakin terang benderang, angka kemiskinan BPS terlalu rendah. Rp 11 ribu yang dijadikan acuan garis kemiskinan tidak relevan lagi.
Terlebih setelah seorang wartawan dari Vice melakukan riset lapangan untuk hidup di Jakarta bermodal Rp 20 ribu sehari, ternyata tidak cukup! Bubble pencitraan pun pecah.
Namun, bila pun memandang penurunan kemiskinan versi BPS berbagai zaman kepresiden, dari selama apa menjabat dan seberapa persen penurunan kemiskinan, bukan terjadi pada masa Jokowi.
Data menyebutkan setelah Reformasi, laju penurunan kemiskinan era Habibie adalah 1,1% /tahun. Gus Dur adalah 5,01% dalam 2 tahun, atau lajunya 2,5%/tahun.
SBY periode pertama 2,5% dalam 5 tahun, atau lajunya 0,5%/tahun. SBY periode kedua 3,46% selama 5 tahun, atau lajunya 0,69%. Sedangkan Jokowi adalah 1,1% dalam 4 tahun, atau lajunya 0,28%/tahun.
Jelas, angka laju penurunan kemiskinan era Jokowi adalah yang terkecil dan Gus Dur (tim ekonomi adalah RR dan Kwik Kian Gie) memiliki angka laju penurunan kemiskinan yang tertinggi versi BPS.
http://www.aktual.com/argumen-palsu-...mahan-ekonomi/
Dosen UBK Sebut Tim Ekonomi Jokowi Gagal
Minggu, 29 Jul 2018 18:20 WIB

Foto: Ray Jordan/detikcom
Jakarta - Dosen Universitas Bung Karno Gede Sandra menuding tim ekonomi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal. Gede menganggap pemerintah gagal mengendalikan situasi perekonomian.
"Tim ekonomi pemerintah telah gagal memperkirakan atau gagal melakukan forecasting situasi ekonomi nasional, yang seharusnya menjadi kompetensi utama mereka," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu (29/7/2018).
Dia mengindikasikan kegagalan tersebut lantaran pemerintah pernah menjanjikan pertumbuhan ekonomi 7%, namun hingga kini belum berhasil direalisasikan.
"Nyatanya cuma dapat 5%. Kini bilang ekonomi kita akan baik-baik saja, ternyata toh ada masalah yang cukup fundamental seperti duo defisit yang disampaikan Presiden Jokowi dua hari yang lalu," sebutnya.
Kata dia, Jokowi juga sudah mengakui terdapat masalah fundamental ekonomi Indonesia. Masalah itu adalah defisit transaksi berjalan, dan defisit neraca perdagangan. Itu menyebabkan Indonesia rentan terpengaruh gejolak ekonomi dunia.
"Padahal beberapa saat sebelumnya tim ekonomi pemerintah, yang disuarakan terutama oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, si menteri terbaik di dunia, masih terus menyatakan bahwa fundamental ekonomi kita kuat, kondisi fiskal prudent, dan lain lain," jelasnya.
Baca juga: Rizal Ramli: Ekonomi RI Setengah Lampu Merah
Sebaliknya, Gede mengaku sejak akhir tahun lalu, terus mengingatkan pemerintah tentang kondisi lampu kuning alias setengah merah bagi perekonomian Indonesia. Itu disebabkan defisit seperti neraca perdagangan dan transaksi berjalan.
"Tim ekonomi pemerintah yang sebelumnya menolak peringatan RR, akhirnya ramai-ramai mengakui bahayanya pelemahan nilai tukar dan tergopoh-gopoh mencari solusi untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan," lanjutnya.
Ungkapnya, pemerintah akhirnya meminta para eksportir kelas kakap membawa kembali seluruh devisa hasil ekspor mereka. Selanjutnya pemerintah akan menghentikan impor yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur. Terakhir membahas pencabutan harga khusus batubara atau DMO (Domestic Market Obligation).
Tolok ukur garis kemiskinan versi Badan Pusat Statistik (BPS), menurut Gede juga tidak relevan pasalnya menjadikan Rp 11 ribu sebagai acuan garis kemiskinan. Dia juga berpendapat penurunan kemiskinan versi BPS berbagai zaman kepresidenan tidak akurat.
Dia merujuk data setelah reformasi, laju penurunan kemiskinan era Habibie 1,1%/tahun. Gus Dur 5,01% dalam 2 tahun, atau 2,5%/tahun. SBY periode pertama 2,5%, atau 0,5%/tahun. SBY periode kedua 3,46%, atau 0,69%/tahun. Sedangkan Jokowi 1,1% dalam 4 tahun, atau 0,28%/tahun.
"Jelas, angka laju penurunan kemiskinan era Jokowi adalah yang terkecil dan Gus Dur (tim ekonomi adalah RR dan Kwik Kian Gie), memiliki angka laju penurunan kemiskinan yang tertinggi versi BPS," tambahnya.
https://finance.detik.com/berita-eko...i-jokowi-gagal
Rizal Ramli:
Sri Pinter-Pinter Ndableg, Kasihan Jokowi Dikibulin Terus
RABU, 25 JULI 2018 , 21:53:00 WIB
RMOL. Ekonom senior Rizal Ramli angkat bicara terkait pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani soal setiap nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) maka memberikan dampak positif terhadap penerimaan negara.
Menurut Rizal, APBN memang untung tapi beban tingginya dolar AS terhadap Rupiah dibebankan ke PLN, Pertamina dan kenaikan harga pangan untuk rakyat.
"Ini yang ngomong akuntan APBN, atau Ekonom yang ndak ngerti makro?" ujarnya dalam akun Twitter @RizalRamli, Rabu (25/7).
Lebih lanjut Rizal juga merasa aneh dengan pernyataan Sri yang menyatakan setiap pelemahan Rp100 per dolar AS memberikan dampak ke penerimaan hingga Rp1,7 triliun.
Jika itu yang diinginkan Sri, Rizal menilai biarkan saja dolar tembus sampai Rp20 ribu biar penerimaan negara lebih besar dari Rp1,7 triliun.
"Hah? Klo gitu biarin aja Rp20.000/dolar. Pinter-pinter ndablek...Kasihan Mas Jokowi @jokowi dikibulin terus," ujar
http://ekbis.rmol.co/read/2018/07/25...kibulin-Terus-
Puji Jokowi, Rizal Ramli: Sayang Anak Buah Terbiasa Kasih Input ABS
Senin, 30 Juli 2018 08:29
TRIBUNWOW.COM - Mantan Menteri Keuangan sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, memberikan pujian kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dianggapnya sportif.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter @RamliRizal yang diunggah pada, Minggu (27/8/2018).
Awalnya, netter dengan akun @Sahabat_Bangsa menyebut jika Jokowi setuju apabila kondisi Badan Ekonomi saat ini sedang lemah.
"Jokowi Setuju Badan Ekonomi Indonesia Sedang Lemah," tulisnya.
Rizal Ramli kemudian mengatakan apabila Jokowi sportif lantaran mengakui jika kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak sehat.
Meski demikian, ia menyayangkan ada anak buah Jokowi yang memberikan masukan 'Asal Bapak Senang' (ABS).
"One thing have to be said (Satu hal yang harus dikatakan) Mas Jokowi sportif dan clear untuk mengakui bahwa ekonomi Indonesia sedang sakit, Salute u, sayang anak buah terbiasa kasih input ABS," kata Rizal Ramli.
Sebelumnya, Rizal Ramli mengatakan apabila sistem perekonomian era Jokowi payah.
Hal tersebut merujuk pada harga kebutuhan pokok dalam negeri yang jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan harga internasional.
Terlebih setelah rupiah tembus di angka Rp 14.519.
"Mohon maaf Pak Jokowi dalam bidang ekonomi payah, dalam bidang infrastruktur hebat sekali," ujar Rizal, dikawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (20/7/2018), dikutip Tribunwow.com dari Tribunnews.
"Kan enggak masuk akal, harga-harga di Indonesia dua kali daripada di luar negeri, padahal rakyatnya miskin. Misalnya harga gula dua kali dari harga internasional, harga daging dua kali, harga bawang putih dua jali, harga segala macem dua kali nya," imbuhnya.
Sebelumnya, Rizal Ramli juga sempat melontarkan sindiran kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait pelemahan rupiah.
"Hah ?? Klo gitu biarin aja Rp20.000 / dollar Pinter2 ndablek.
Memang APBN untung , tapi bebannya digeser ke Pertamina, PLN, dan kenaikan harga pangan utk rakyat.
Ini ngomong akuntan APBN ,, atau Ekonom yg ndak ngerti makro ?? Kasihan Mas Jokowi @ jokowi dikibulin terus," ungkap Rizal Ramli melalui akun Twitternya, Rabu (25/7/2018).
http://wow.tribunnews.com/2018/07/30...put-abs?page=2
------------------------------------
Memperhatikan nada-nada bicaranya, kayaknya si Rizal Ramli ini ingin diperhatikan pihak Istana sehingga bisa berharap menggantikan Prof.Dr. Erani Yustika, tim jubir Istana untuk Ekonomi, yang tidak ada suaranya samaseklai. Atau mungkin orang ybs takut berbicara sebagai mana si Ngabalin, yang kini sudah berhasil memperoleh jabatan baru sebagai komisaris BUMN.

Diubah oleh q4bill 31-07-2018 06:18


tien212700 memberi reputasi
1
4.5K
48


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan