Sebagai orang lapangan, Radio HT (selanjutnya cukup gue sebut HT saja ya?) adalah tools penunjang semi wajib yang harus ada. Which is kalau gue ngandelin komunikasi GSM (telpon/sms/WA) selain gak profesional looks (lagi event malah mainan henpon!) tapi juga gak efisian. Signal gak semua wilayah mumpuni. Udah gitu gak semua crew menggunakan operator yang sama. Terkadang di wilayah X, Operator Seluler Anu bisa jadi signalnya bagus. Tapi gak dengan Operator Seluler Itu.

HT Pofung ini bukan HT pertama yang gue miliki. Sebelumnya pernah beli merk Motorola. Dengan brand yang sudah famous, gue gak ragu waktu itu membeli dengan harga 750 ribu / buah. Jadi sepasang 1.5 juta. Gue beli 2 pasang jadi total 3 juta. Padahal di kemudian hari, 750 ribu itu seharusnya adalah harga sepasang! Jadi 2 pasang harusnya gue cukup membayarnya 1.5 juta saja! Soalnya yang gue beli itu talkie walkie biasa.

Dipake beberapa kali event juga pada mati. Gak mau tertipu dua kali, gue beli lagi kali ini cari info sebanyak-banyak di internet. Gak langsung dateng ke toko dan beli kek waktu beli Motorola. Dan pilihan gue jatuh pada Pofung UV - 5R ini. Beli pertama 2 pasang (4 buah). 1 buah lagi beli belakangan karena gue butuh 1 HT yang buat pegangan gue pribadi.

Setiap unitnya, kita akan mendapatkan 1 buah HT, lengkap dengan antena yang dapat dicopot, battery, charger adaptor, dan manual book. Headset dijual terpisah.

Untuk mengecas battery sampe full dibutuhkan waktu sekitar 2 jam. Dan bisa digunakan selama kurang lebih 8 jam. Itu kadang gue selalu bawa chargernya ke setiap event. Bahkan HT selalu gue bawa semua. Even cuma butuh misal 2 atau 3 unit saja, HT lain berguna sebagai cadangan kalau HT lain lowbat.

Posisi charging bisa dengan cara battery dicopot dari body. Bisa juga dengan cara menempel. Gue pribadi lebih suka cara yang kedua. Meski pas gue nanya sama yang lebih ngerti, katanya sih bagusan kalau battery dicopot. Who knows deh bener enggaknya.

HT ini termasuk kategori Dual Band. Bisa digunakan difrekuensi UHV maupun VHF. Gue sendiri gak punya pakem khusus pake frekuensi yang mana. Yang ada aja. Kalau di suatu tempat banyak tabrakan dan gengges, ya frekuensi kita pindah. Gitu aja. Gue aja gak ngetes berapa jangkauan masing-masing frekuensi ini.

Kalau di lapangan, jangkauannya lumayan lah bisa 500-1000 an meter. Bahkan lebih. Tapi kalau di perumahan gue pernah ngetes, dari rumah ke kantor gue aja gak sampe. Padahal jaraknya paling cuma 1 km. Tentu karena banyaknya bangunan di perumahan mempengaruhi jangkauannya juga.

Selain untuk komunikasi, HT ini juga dilengkapi lampu LED sebagai monitor (kalau gue nyebutnya buat caper). Dengan 2 mode: yakni menyala terus kek senter, atau berkedip.

Di sisi body, ada 3 tombol. Paling atas dengan tulisan "CALL" berguna untuk mengganti mode HT ke Radio FM. Supaya gak bete berguna juga nih. Meski dengan kualitas suara yang apa adanya ya

Tombol di bawahnya adalah "PTT" aka Push To Talk. Pencet ini buat ngomong. Dan lepas untuk gantian. Jangan dipencet terus. Sampe botak juga kita gak akan denger orang lain ngomong apa. Jadi HT ini bikin kita belajar toleransi. Karena kita gak bisa melulu ngomong. Kita juga harus belajar mendengarkan pendapat orang lain. Tsah!

Tapi kalau kita menggunakan headset, kita bisa menggunakan tombol PTT yang ada di headsetnya.

Tombol paling bawah adalah "MON". Yes. Monitor untuk menyalakan lampu LED.

Di sisi yang lain adalah lubang untuk jack headset dengan tulisan "SP" dan "MIC".

Dan ini dalah info terpenting. Harganya sama kek waktu gue beli Motorola sebelumnya. Yakni 750 ribu / unit. Bisa beli 1 kok. Tapi idealnya sih beli minimal sepasang. Kalau beli 1 mau ngobrol sama siapa?

Untuk headset gue beli dengan harga 75 ribu / pcs. Merknya I dunno