Perang itu identik dengan militer. Militer identik dengan pria, sehingga kita sering lupa bahwa di militer tidak hanya pria saja. 

Wanita juga ikut turun ke garis depan di kala perang sudah terjadi.

Lalu gimana kisah wanita yang ikut perang? Apakah mereka bisa menjaga diri dan ikut melawan musuh?

Para wanita sudah ikut berkontribusi di masa perang, kebanyakan diantara mereka memang menangani masalah medis tapi tidak jarang juga yang ikut mengangkat senjata di garis depan.

Ada jutaan wanita pemberani, berikut ini hanya beberapa dari mereka.

Susan berada di Perancis ketika perang dunia terjadi, di kala itu dia masih berlatih untuk bergabung dengan palang Merah dan beralih menjadi supir ambulan. 

Perancis jatuh ke tangan Nazi, selanjutnya Susan melarikan diri ke Inggris. Disana dia bergabung dengan pasukan Perancis dan di tugaskan ke Suriah dan Afrika utara untuk membantu pasukan Luar Negeri Perancis.

Dalam keadaan terdesak di Libya tidak membuat Travers menyerah, dengan berani mereka berhasil menembus garis musuh dan mengungsi kamp Sekutu.

Karena keberaniannya, Travers di promosikan untuk menjadi Jenderal dan melanjutkan tugas di Italia, Jerman dan Perancis selama sisa Perang. Selanjutnya dia mengalami cedera karena menginjak ranjau darat.

Setelah perang usai, Travers masih bergabung dengan pasukan luar negeri Perancis dan bertugas ke Vietnam. Dia menjadi satu2nya wanita yang di ijinkan bergabung dengan pasukan itu berkat reputasi yang dimilikinya.

Sebelum perang dunia terjadi, Nancy adalah seorang traveler dunia.

Lahir di Selandia Baru, besar di Australia dan Tinggal di New York dan Inggris berprofesi sebagai jurnalis.

Dia dan suami tinggal di Perancis ketika Jerman Menyerang. Tanpa takut, Nancy menyelundupkan orang keluar dari Perancis.

Jerman menangkap Nancy dan menginterogasinya selama berhari-hari, Nancy tidak menyerah. Setelah bebas dia pergi ke Inggris dan bergabung dengan tim khusus untuk melakukan perlawanan.

Selanjutnya Nancy kembali ke Perancis sebagai mata-mata. 

Dia adalah wanita pertama yang mendapat gelar pahlawan dari Uni Soviet selama perang dunia ke-2.

Secara sukarela mengajukan diri untuk menyusup ke daerah musuh dan memasang ranjau untuk memotong jalur pasokan Jerman.

Dia di tangkap oleh penduduk Petrischevo karena kedapatan membakar beberapa bangunan publik. Zoya melakukannya karena perintah, selanjutnya penduduk menyerahkan Zoya kepada Jerman dan di siksa. 

Beberapa hari kemudian Zoya di hukum gantung di pusat kota. Tubuhnya di biarkan tergantung selama sebulan.

Pada tahun 2005, Hester menjadi pengawal Konvoi pasokan di Irak. Ketika itu mereka di serang sekitar 50 orang gerilyawan. 

Mereka di serang RPG dan senapan mesin.

Saat itulah mereka berjuang untuk melawan musuh. Dalam pertempuran 1,5 jam itu mengakibatkan 27 gerilyawan tewas.

Dalam kondisi perang, Uni Soviet membuat tim khusus yang terdiri dari wanita dan berperan sebagai pasukan cadangan. Alat-alat dan senjata yang mereka gunakan adalah alat bekas.

Tim ini bekerja di malam hari, mereka terbang menggunakan pesawat tempur dan menyusup di atas musuh lalu menjatuhkan bom ke arah musuh.

Pesawat yang mereka gunakan masih era 1928 dan gerakannya sangat lambat, keunggulannya adalah pesawat ini bisa melayang ber mil-mil walaupun mesin nya mati. Keunggulan inilah yang membantu mereka menyusup di malam hari.

Setidaknya ada 23.000 serangan yang mereka lancarkan. Dari 588 pilot, 30 pilot tewas.