- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Daya beli masyarakat masih lemah, pertumbuhan 2018 diproyeksi hanya 5,1 persen


TS
kongkalingkong.
Daya beli masyarakat masih lemah, pertumbuhan 2018 diproyeksi hanya 5,1 persen
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi masih bergerak datar hingga akhir 2018. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan bertengger di angka 5,1 persen.
"Kelihatan masih flat ya. Sekitar antara 5 sampai 5,1 persen. Karena belum ada faktor yang membuat konsumen untuk berbelanja lebih banyak. Lebaran kemarin kan orang tidak terlalu banyak berbelanja," ungkap Ekonom Universitas Gajah Mada, Tony Prasetiantono di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/7).
"Sampai akhir tahun situasi masih akan sama. Target semula, 5,4 persen kemudian dikoreksi ke 5,2 persen. Saya pikir 5,1 persen itu cukup fair," lanjut dia.
Apalagi, lanjutnya, pelemahan Rupiah yang saat ini terjadi dapat mendorong naiknya harga barang, khususnya yang diperoleh dari impor. Hal ini tentu akan menekan daya beli masyarakat.
"Sekarang salah satu problemnya adalah Dolar menguat, Rupiah melemah, beberapa barang yang mengandung impor pelan-pelan akan naik. Itu yang membuat daya beli masih lesu. Ada faktor persepsi. Ketika orang merasa ekonomi Indonesia akan melemah maka dia akan mengerem konsumsi. Uang ada tapi tidak dibelanjakan," jelas Tony.
Tony menambahkan, meski dua event akbar, yakni Asian Games dan IMF-World Bank Annual Meeting yang akan diselenggarakan pun juga tidak cukup kuat mendorong kinerja perekonomian di tahun ini. "Kecil sekitar 0,1 persen. Itu kan cuma event 2 mingguan," ujarnya.
Meskipun begitu, Tony menegaskan bahwa dua event ini tetap berdampak pada perekonomian, terutama sebagai bentuk investasi jangka panjang. "Kita kan investasi untuk jangka panjang. Dampaknya positif. Ada dua. Pertama, spending saat diselenggarakan spending yang besar. Jangka panjang pembangunan infrastruktur. Kalau pertemuan IMF di Bali, dengan itu tourism akan lebih meningkat lagi," tandasnya.
https://www.merdeka.com/uang/daya-be...51-persen.html
puji Tuhan
terimakasih pak jokowi

"Kelihatan masih flat ya. Sekitar antara 5 sampai 5,1 persen. Karena belum ada faktor yang membuat konsumen untuk berbelanja lebih banyak. Lebaran kemarin kan orang tidak terlalu banyak berbelanja," ungkap Ekonom Universitas Gajah Mada, Tony Prasetiantono di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/7).
"Sampai akhir tahun situasi masih akan sama. Target semula, 5,4 persen kemudian dikoreksi ke 5,2 persen. Saya pikir 5,1 persen itu cukup fair," lanjut dia.
Apalagi, lanjutnya, pelemahan Rupiah yang saat ini terjadi dapat mendorong naiknya harga barang, khususnya yang diperoleh dari impor. Hal ini tentu akan menekan daya beli masyarakat.
"Sekarang salah satu problemnya adalah Dolar menguat, Rupiah melemah, beberapa barang yang mengandung impor pelan-pelan akan naik. Itu yang membuat daya beli masih lesu. Ada faktor persepsi. Ketika orang merasa ekonomi Indonesia akan melemah maka dia akan mengerem konsumsi. Uang ada tapi tidak dibelanjakan," jelas Tony.
Tony menambahkan, meski dua event akbar, yakni Asian Games dan IMF-World Bank Annual Meeting yang akan diselenggarakan pun juga tidak cukup kuat mendorong kinerja perekonomian di tahun ini. "Kecil sekitar 0,1 persen. Itu kan cuma event 2 mingguan," ujarnya.
Meskipun begitu, Tony menegaskan bahwa dua event ini tetap berdampak pada perekonomian, terutama sebagai bentuk investasi jangka panjang. "Kita kan investasi untuk jangka panjang. Dampaknya positif. Ada dua. Pertama, spending saat diselenggarakan spending yang besar. Jangka panjang pembangunan infrastruktur. Kalau pertemuan IMF di Bali, dengan itu tourism akan lebih meningkat lagi," tandasnya.
https://www.merdeka.com/uang/daya-be...51-persen.html
puji Tuhan

terimakasih pak jokowi


0
800
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan