Kaskus

News

rinaldikarzaAvatar border
TS
rinaldikarza
Isu SARA Takkan Bisa Jatuhkan Jokowi di Pilpres 2019
Isu SARA Takkan Bisa Jatuhkan Jokowi di Pilpres 2019
Presiden Joko Widodo.(Istimewa)

Jakarta – Penggunaan isu SARA takkan bisa dilakukan untuk menjatuhkan calon presiden petahana Joko Widodo di Pemilihan Presiden 2019. Sebab, Pilpres 2019 nanti, kekuatan Jokowi masih sangat unggul atas lawan politiknya dan juga tak ada perbedaan identitas antara Jokowi dan lawannya.

Hal ini sangat berbeda dengan kontestasi Pilpres 2014 dan Pilkada Jakarta 2017. Di dua pilkada tersebut, isu SARA aktif dimainkan untuk menjatuhkan salah satu kontestan.


Di Pilkada Jakarta 2017 misalnya. Barusi Tjahaja Purnama atau Ahok diserang habis-habisan menggunakan isu SARA. Ini lantaran, Ahok mempunyai latar belakang suku dan juga keagamaan yang berbeda.


Selain itu, Ahok juga “kebetulan” mengalami keseleo lidah soal Al-Maidah ayat 51. Hal inilah yang menjadi fokus serangan SARA untuk Ahok.


Bukan hanya itu, di Pilkada Jakarta 2017 kemarin, persaingan antar kontestan begitu ketat. Ahok, meski pun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan menggantikan Jokowi yang menjadi Presiden RI, ia tetap tak mempunyai kekuatan besar. Artinya, kontestasi tersebut sangat seimbang. Jadi, penggunaan isu SARA untuk menjatuhkan lawan juga kencang digunakan.


Kasus sama pun terjadi di Pilpres 2014. Dua kontestan pilpres, Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa punya kekuatan yang berimbang. Keduanya pun bukan berasal dari petahana. Oleh karena itu, isu SARA kerap digunakan untuk menyerang Jokowi.


SMRC: Isu SARA Takkan Laku di Pilpres 2019 karena Jokowi Kuat

Namun, di Pilpres 2019 nanti, isu SARA takkan mempan untuk menjatuhkan Jokowi. Menurut Djayadi Hanan, Direktur Eksekutif Saiful Munjani Research and Consulting (SMRC), memprediksi isu SARA takkan banyak digunakan di Pilpres 2019. Ada beberapa sebab, menurutnya, yang membuat isu SARA tak laku.

Pertama, kekuatan Jokowi sebagai petahana masih sangat besar. Tak ada persaingan sengit seperti Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017.

“Kalau pemilunya kompetitif, jarak antara calon pemenang dan calon pecundang jaraknya dekat, tapi kalau jaraknya jauh, politik identitas susah main,” ungkap Djayadi.

Kedua, di Pilpres 2019 nanti, tak ada perbedaan identitas yang mencolok. Baik Jokowi maupun Prabowo memiliki kesamaan identitas daerah dan keagamaan. Ini artinya tak ada polarisasi identitas, tidak seperti di Pilkada DKI 2017 atau Pilkada Sumut 2018.

“Jadi Kalau ada dua identitas yang saling berhadapan, dan bentuknya polarisasi ekstrem, misalnya jawa-non jawa, atau putra daerah dan non putra daerah, itu bisa terjadi,” ujarnya lagi.

Nah, dengan demikian, politik SARA kecil kemungkinan akan laku di pilpres tahun depan. Apalagi, kekuatan Jokowi masih terlalu besar.

Sumber

tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
1.6K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan