- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Hari Ini Mesin Parkir Meter Diresmikan di Kawasan Kali Besar Kota Tua Jakarta Barat


TS
n4z1
Hari Ini Mesin Parkir Meter Diresmikan di Kawasan Kali Besar Kota Tua Jakarta Barat
WARTA KOTA, TAMANSARI---Hari ini sebanyak 13 unit terminal parkir elektronik (TPE) yang terpasang di Kawasan Kali Besar Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, diresmikan Unit Pengelola (UP) Perparkiran Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Juru Bicara UP Perparkiran DKI Jakarta, Ivan Valentino, alat itu merupakan hibah dari swasta, dan belum tahu apakah jumlah mesin parkir ini akan ditambah atau tidak.
"Walaupun begitu kami pun belum tahu adanya rencana kedepannya untuk menambah mesin parkir meter di wilayah Jakarta," katanya, Kamis (12/7/2018).
Ivan mengatakan, sistem perparkiran di kawasan ini telah menggunakan sistem parkir daring.
"Kami sudah gunakan sistem alat parkir online. Jadi perekaman akan menggunakan ponsel melalui barkode. Dengan cara ini dianggap ampuh kurangi penumpukan kendaraan parkir. Sementara untuk bayar biaya parkir, sistem ini pun tetap menggunakan uang elektronik dan tunai," kata Ivan
Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Unit Perparkiran Kota Jakarta Barat, Bonatongam Siregar, mengatakan, keberadaan mesin parkir meter penting guna mengantisipasi akan membeludaknya kendaraan yang parkir.
Selain itu agar masyarakat tertib tidak parkir kendaraan di sembarang tempat.
"Jadi begini, Kali Besar sisi timur dan barat itu khusus parkir kendaraan roda dua. Sementara untuk mobil, diarahkan ke Kota Intan. Jadi kini kami sedang mengatasi betul membeludaknya parkir liar di sepanjang jalan Kota Tua. Perihal tarif parkir meter, masih flat. Mobil seharga Rp 5.000 sementara motor Rp 2.000," kata Bona.
http://wartakota.tribunnews.com/2018/07/13/hari-ini-mesin-parkir-meter-diresmikan-di-kawasan-kali-besar-kota-tua-jakarta-barat
JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menilai sistem parkir meter tidak cocok diterapkan di Jakarta. Sebab, ia menilai pola yang diterapkan dalam sistem parkir model tersebut tidak cocok dengan budaya orang Indonesia.
Hal itu dilontarkannya saat diundang untuk mendapat pemaparan dari pengembang aplikasi "Jukir" di kantor Bubu.com yang berlokasi di kawasan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (2/5/2017).
Pada kesempatan itu, pengembang aplikasi "Jukir" memaparkan mengenai tidak efektifnya penerapan sistem parkir meter di Jakarta.
Menurut mereka, sistem parkir meter yang diterapkan di Jakarta tidak cukup berhasil mencegah kebocoran. Karena kebanyakan warga yang memarkirkan kendaraannya bukan membayar sendiri biaya parkir langsung di mesin, melainkan menitipkan uangnya ke juru parkir.
"Ini yang bisa jadi celah adanya permainan," ujar salah seorang pengembang aplikasi "juru parkir" kepada Sandi.
"Iya parkir meter bukan budaya kita tuh," ujar Sandi menanggapi.
Selama pemaparan, para pengelola aplikasi mengatakan bahwa sistem parkir dengan pembayaran secara online melalui aplikasi "Jukir" kini sudah diterapkan di banyak lokasi di Kota Bekasi dan Tangerang Selatan.
Mereka pun berharap agar nantinya Pemprov DKI mau bekerja sama menerapkan sistem yang sama di Jakarta. Ditemui usai pertemuan, Sandi menilai sistem parkir dengan pembayaran secara online lebih tepat ketimbang sistem parkir meter.
Karena, ia menilai sistem parkir meter hanya cocok diterapkan di negara yang karakter masyarakatnya individualis. Hal yang disebut Sandi berbeda dengan karakter masyarakat Indonesia.
"Kalau kita lihat di sini parkir kita dibantuin, mau belanja ada yang bantuin. Karena memang banyak lapangan pekerjaan yang dibutuhkan," kata Sandi.
Juru parkir
Menurut Sandi, keberadaan juru parkir sama seperti ojek. Ia menyebut keduanya merupakan kearifan lokal yang tidak akan pernah bisa dihilangkan di tengah masyarakat.
Karena itu, seperti ojek yang kini sudah banyak menggunakan basis aplikasi, Sandi menilai hal yang sama juga bisa diterapkan terhadap sistem perparkiran.
"Enggak akan kebayang kalau di Amerika ada jukir. Tapi kalau di Indonesia ada jukir. Di Amerika ada parkir meter yang sangat sukses dan berjalan baik, tapi di sini dari laporan teman-teman tidak berjalan. Salah satunya adalah karena enggak merangkul kearifan lokal kita," ujar Sandi.
Namun, Sandi belum dapat memastikan apakah nantinya sistem perparkiran dengan parkir meter di Jakarta di bawah kepemimpinan dirinya dan Anies akan diubah melalui aplikasi saat nantinya dirinya sudah resmi menjabat. Sebab, ia menyebut butuh kajian untuk bisa merealisasikan hal itu.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/05/02/15095151/sandiaga.parkir.meter.bukan.budaya.kita
Masa carmuk dan keberkwakkwakannya udah habis.
Juru Bicara UP Perparkiran DKI Jakarta, Ivan Valentino, alat itu merupakan hibah dari swasta, dan belum tahu apakah jumlah mesin parkir ini akan ditambah atau tidak.
"Walaupun begitu kami pun belum tahu adanya rencana kedepannya untuk menambah mesin parkir meter di wilayah Jakarta," katanya, Kamis (12/7/2018).
Ivan mengatakan, sistem perparkiran di kawasan ini telah menggunakan sistem parkir daring.
"Kami sudah gunakan sistem alat parkir online. Jadi perekaman akan menggunakan ponsel melalui barkode. Dengan cara ini dianggap ampuh kurangi penumpukan kendaraan parkir. Sementara untuk bayar biaya parkir, sistem ini pun tetap menggunakan uang elektronik dan tunai," kata Ivan
Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Unit Perparkiran Kota Jakarta Barat, Bonatongam Siregar, mengatakan, keberadaan mesin parkir meter penting guna mengantisipasi akan membeludaknya kendaraan yang parkir.
Selain itu agar masyarakat tertib tidak parkir kendaraan di sembarang tempat.
"Jadi begini, Kali Besar sisi timur dan barat itu khusus parkir kendaraan roda dua. Sementara untuk mobil, diarahkan ke Kota Intan. Jadi kini kami sedang mengatasi betul membeludaknya parkir liar di sepanjang jalan Kota Tua. Perihal tarif parkir meter, masih flat. Mobil seharga Rp 5.000 sementara motor Rp 2.000," kata Bona.
http://wartakota.tribunnews.com/2018/07/13/hari-ini-mesin-parkir-meter-diresmikan-di-kawasan-kali-besar-kota-tua-jakarta-barat
===========
Sandiaga: Parkir Meter Bukan Budaya Kita
Selasa, 2 Mei 2017 | 15:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menilai sistem parkir meter tidak cocok diterapkan di Jakarta. Sebab, ia menilai pola yang diterapkan dalam sistem parkir model tersebut tidak cocok dengan budaya orang Indonesia.
Hal itu dilontarkannya saat diundang untuk mendapat pemaparan dari pengembang aplikasi "Jukir" di kantor Bubu.com yang berlokasi di kawasan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (2/5/2017).
Pada kesempatan itu, pengembang aplikasi "Jukir" memaparkan mengenai tidak efektifnya penerapan sistem parkir meter di Jakarta.
Menurut mereka, sistem parkir meter yang diterapkan di Jakarta tidak cukup berhasil mencegah kebocoran. Karena kebanyakan warga yang memarkirkan kendaraannya bukan membayar sendiri biaya parkir langsung di mesin, melainkan menitipkan uangnya ke juru parkir.
"Ini yang bisa jadi celah adanya permainan," ujar salah seorang pengembang aplikasi "juru parkir" kepada Sandi.
"Iya parkir meter bukan budaya kita tuh," ujar Sandi menanggapi.
Selama pemaparan, para pengelola aplikasi mengatakan bahwa sistem parkir dengan pembayaran secara online melalui aplikasi "Jukir" kini sudah diterapkan di banyak lokasi di Kota Bekasi dan Tangerang Selatan.
Mereka pun berharap agar nantinya Pemprov DKI mau bekerja sama menerapkan sistem yang sama di Jakarta. Ditemui usai pertemuan, Sandi menilai sistem parkir dengan pembayaran secara online lebih tepat ketimbang sistem parkir meter.
Karena, ia menilai sistem parkir meter hanya cocok diterapkan di negara yang karakter masyarakatnya individualis. Hal yang disebut Sandi berbeda dengan karakter masyarakat Indonesia.
"Kalau kita lihat di sini parkir kita dibantuin, mau belanja ada yang bantuin. Karena memang banyak lapangan pekerjaan yang dibutuhkan," kata Sandi.
Juru parkir
Menurut Sandi, keberadaan juru parkir sama seperti ojek. Ia menyebut keduanya merupakan kearifan lokal yang tidak akan pernah bisa dihilangkan di tengah masyarakat.
Karena itu, seperti ojek yang kini sudah banyak menggunakan basis aplikasi, Sandi menilai hal yang sama juga bisa diterapkan terhadap sistem perparkiran.
"Enggak akan kebayang kalau di Amerika ada jukir. Tapi kalau di Indonesia ada jukir. Di Amerika ada parkir meter yang sangat sukses dan berjalan baik, tapi di sini dari laporan teman-teman tidak berjalan. Salah satunya adalah karena enggak merangkul kearifan lokal kita," ujar Sandi.
Namun, Sandi belum dapat memastikan apakah nantinya sistem perparkiran dengan parkir meter di Jakarta di bawah kepemimpinan dirinya dan Anies akan diubah melalui aplikasi saat nantinya dirinya sudah resmi menjabat. Sebab, ia menyebut butuh kajian untuk bisa merealisasikan hal itu.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/05/02/15095151/sandiaga.parkir.meter.bukan.budaya.kita
===========
Masa carmuk dan keberkwakkwakannya udah habis.
TAI!
0
3.7K
50


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan