Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

westernwayAvatar border
TS
westernway
"Aku Bisa Mencium Bau Napas Setan”
Acara pada pertengahan April lalu itu bukanlah acara yang biasa digelar oleh Vatikan. Ada lebih dari 200 pastor pelbagai negara berduyun-duyun datang ke Roma, Italia. Selama lima hari, bertempat di Pontifical Athenaeum Regina Apostolorum, mereka mengikuti ‘kursus’ bagaimana mengusir setan yang digelar oleh Vatikan. Ya, benar, setan alias iblis.

Konon, entah bagaimana, makin banyak orang ‘kerasukan’ setan. “Perang melawan iblis dimulai begitu dunia ini tercipta dan akan terus berlangsung hingga kiamat,” kata Pastor Cesare Truqui, salah satu pemberi materi, kepada Vatican News. “Tapi hari ini kita berada pada situasi yang kritis dalam sejarah. Banyak pemeluk kristiani tak lagi percaya terhadap keberadaan setan, sangat sedikit jumlah eksorsis, dan pastor-pastor muda enggan belajar praktik pembebasan jiwa dari setan.”

Di mata organisasi para pastor pengusir setan, Asosiasi Eksorsis Internasional, yang disokong oleh Vatikan dan punya anggota hampir 250 pendeta dari Gereja Katolik, Anglikan, dan Kristen Ortodoks, kondisinya sudah agak darurat. Pastor Benigno Palilla, eksorsis dari Sisilia, Italia, mengatakan kasus dugaan kerasukan setan di Negeri Spageti melonjak tiga kali lipat menjadi 500 ribu kejadian dalam setahun. Dalam dua setengah tahun terakhir saja, dia melakukan sekitar 50 kali ritual pengusiran setan.

Tak cuma di layar bioskop makin banyak film bercerita tentang setan dan eksorsisme, seperti The Conjuring dan Annabelle, di dunia nyata, setan sepertinya tak pernah kendur merayu manusia agar makin jauh dari jalan Tuhan. “Permintaan untuk eksorsisme, ritual pengusiran setan, naik tinggi sekali,” kata Pat Collins, pastor dari Irlandia, dikutip Guardian. Menurut Pastor Benigno, kursus ‘pembebasan dari setan’ seperti itu sangat penting. “Mereka yang kerasukan setan sangat menderita, sementara para eksorsis yang belajar sendiri banyak melakukan kesalahan.”




Tak semua kasus ketika orang merasa dirasuki setan benar-benar kesurupan dan perlu ritual pembebasan. “Masalahnya, saat mereka datang dan mengeluh ke gereja, pihak gereja tak tahu apa yang mesti mereka lakukan terhadap orang-orang itu,” kata Pastor Collins. Dalam beberapa kasus, gejala ‘kerasukan setan’ ini memang mirip sekali dengan gangguan kesehatan, seperti epilepsi, kadang pula menyerupai masalah kejiwaan.

Zaman berubah, praktik eksorsisme ini berubah pula. Kardinal Ernest Simoni dari Albania menuturkan pengalaman bagaimana dia melakukan ritual pembebasan dari setan ini lewat telepon seluler. “Mereka meneleponku dan kami berbicara…. Ya, seperti itulah kami melakukannya,” kata Kardinal Simoni. Dia, menurut Kardinal Simoni, hanyalah perantara. “Dalam setiap eksorsisme yang aku kerjakan, Tuhan selalu membantuku…. Kekuatan Yesus-lah yang membebaskan mereka.”

Ritual pembebasan dari setan ini ada tata cara dan panduannya. Setelah hampir empat abad, akhirnya Vatikan mengubah panduan untuk ritual pengusiran iblis. Paus Yohanes Paulus II menyetujui perubahan itu pada 1998. Panduan eksorsisme bertajuk De Exorcismis et supplicationibus quibusdam bagi pastor-pastor di Gereja Katolik setebal 90 halaman itu ditulis dalam bahasa Latin. Inilah pertama kalinya Vatikan mengubah panduan eksorsisme setelah tahun 1614.

Menurut Kardinal Jorge Arturo Medina Estevez, pastor yang mengawasi revisi panduan eksorsisme itu, tak ada perubahan substansial pada tata cara ritual pengusiran setan. “Setan bergentayangan bak singa mengaum, mencari mangsa jiwa-jiwa untuk ditaklukkan,” pastor-pastor Vatikan menulis dalam De Exorcismis.

Salah satu perubahan penting dalam De Exorcismis adalah peringatan bagi para eksorsis, para pastor yang mendapat otoritas dari gereja untuk melakukan ritual pembebasan, agar hati-hati membedakan antara kesurupan setan dan penyakit kejiwaan. Sebagian tanda orang yang kerasukan setan, menurut De Exorcismis, antara lain ”berbicara dalam bahasa yang tak diketahui atau menunjukkan kekuatan fisik yang tak seperti lazimnya”.





Pastor Vincenzo Taraborelli sudah sepuh, usianya sudah 80 tahun. Dia bukan seorang dokter, bukan pula seorang tabib, tapi hampir setiap hari ada puluhan orang antre di gerejanya di Roma untuk mendapatkan ‘penyembuhan’. Menurut Romo Vincenzo, sudah hampir 30 tahun dia menjadi seorang eksorsis, penyembuh bagi orang-orang yang kerasukan setan. Dalam ruangan tertutup, tanpa jendela, dia akan mengusir setan yang merasuki ‘pasien’-nya dengan doa.

“Sebelum aku mengerjakan eksorsisme, aku selalu meminta orang-orang yang datang ke sini untuk menemui psikolog atau psikiater. Dan aku selalu meminta mereka membawa prognosis dari psikolog,” ujar Romo Vincenzo kepada BBC beberapa waktu lalu. Menurut Pastor Vincenzo, dia sering menjalin komunikasi dengan para psikiater yang mengirim pasien ke gerejanya.

Romo Vincenzo tak sengaja menjadi seorang pengusir iblis. Dia menjadi eksorsis gara-gara seorang pastor meminta bantuannya. “Saat itu aku nggak tahu seperti apa pekerjaan seorang eksorsis. Aku tak pernah mempelajarinya…. Ketika itu dia memberi tahu apa yang harus aku lakukan,” Romo Vincenzo menuturkan pengalamannya.

Dia sudah menemui rupa-rupa kasus. Salah satu kasus tak terlupakan adalah saat dia menangani seorang perempuan yang sudah menikah. Ada laki-laki tergila-gila pada perempuan itu. “Perempuan itu menolaknya. Laki-laki itu mengancam, ‘Kamu akan membayarnya,’” Romo Vincenzo bercerita. Ancaman laki-laki itu bukan omong kosong belaka. Ternyata dia seorang pemuja setan. “Dia mengirimkan guna-guna dua kali seminggu.”




news


bersambung ke bawah emoticon-Big Grin
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
2.6K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan