PROLOG
Pada pertengahan tahun 2014 dua orang peneliti Alumni Institut Teknologi Bandung ( ITB ) dikabarkan hilang di pedalaman hutan Papua, mereka positif dinyatakan tidak diketahui keberadaannya setelah putus kontak dengan sejumlah peneliti lainnya selama 2 hari, kabar akan hilangnya dua peneliti itu menjadi semakin rumit karena timbul banyak spekulasi perihal penyebab hilangnya kedua peneliti tersebut.
Keadaan semakin buruk ketika masing - masing dari sejumlah media informasi mengaitkan peristiwa ini dengan Organisasi Papua Merdeka ( OPM ) dan keberadaan sejumlah Organisasi Asing yang terselubung mengingat kedua peneliti yang hilang sedang melakukan penelitian tentang potensi hutan dan tanah Papua yang belum banyak diketahui sebagaimana sebenarnya yang hanya diketahui oleh Organisasi - organisasi Asing yang mengambil alih hampir keseluruhan potensi hutan dan tanah Papua.
Bagi pemerintah ini benar -benar sungguh situasi darurat, pasalnya salah satu dari dua peneliti yang hilang tersebut adalah putra sulung dari Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia Ir.Hasbi Daud.
Pihak Badan Intelijen Negara ( BIN ) memastikan bahwa identitas putra sulung Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia masih aman belum diketahui pihak media dan pihak manapun, namun mereka juga menjelaskan bahwa ini tidak akan bertahan lama sampai identitas putra sulung Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia benar -benar diketahui, untuk itu atas dasar arahan dari Presiden yang diteruskan kepada Panglima TNI, pemerintah mengirim 1 regu yang berjumlah 4 orang dari satuan komando Strategi Angkatan Darat ( KOSTRAD ) untuk Menyelidiki dan Mencari kedua peneliti yang hilang tersebut.
PART 1 CHAPTER 01 " Krusial "
Sayup - sayup terdengar suara seorang wanita tengah memanggil - manggil dari kejauhan, terdengar pula suara percikan air disertai gemerincing suara piring yang bersenggolan.
" Mas ..mas bangun mas, udah pagi lho .." panggil wanita itu sedari tadi.
Sembari mengucek mata seorang pria segera bangun dan dengan sigapnya berlari ke arah wanita tersebut.
" Iya ade.. Ayah sudah bangun ni .." Ucap pria tersebut sembari mendekatkan wajahnya pada perut wanita tadi yang terlihat membesar.
" ih.. liat tuh de... kan mama yang bangunin ade yang langsung di sapa .." sahut wanita itu cemberut.
" iya mama.. gitu aja cemberut, liat tuh de.. mama iri ade dapet perhatian lebih dari ayah .." ucap pria tersebut sambil memeluk mesra wanita yang terlihat sedang hamil itu.
Pria tersebut adalah SERKA Amri yang merupakan salah satu Prajurit Cakra KOSTRAD, ia lulus dengan Predikat terbaik dan menjadi kebanggan di keluarga serta Negaranya. Sudah 2 kali ia dipilih menjadi bagian dari Pasukan Kontingen Garuda untuk PBB, berbagai penghargaan dalam bidang Olah raga dan kemiliteran telah diraihnya di usia yang terbilang muda, dan baru beberapa bulan ini ia menikahi wanita pujaannya untuk sebagai teman hidupnya.
" Permisi.. permisi "
Suara panggilan dan ketokan pintu dari luar tiba - tiba menghentikan kegiatan mesra - mesranya pasangan suami istri pagi itu.
" Ada tamu coba liat dulu gih.." pinta istrinya
" Iya bantar ma.., siapa ya..? kan papa sedang IB 2 hari .." sahut Amri sembari berjalan menuju pintu depan rumahnya.
" Pagi bang, kita ada panggilan bang.. " ucap seseorang berseragam loreng yang berdiri di depan pintu langsung ketika Amri membuka pimtu rumahnya.
" oke tunggu sebentar Her.. " sahut Amri segera berbalik masuk terburu -buru.
" Baik bang.. " ucap seseorang tadi mengiyakan.
" siapa mas..? kok gak disuruh masuk sih..? " tanya istri Amri yang masih terlihat sibuk mencuci piring.
" Heri.., ngasih kabar bahwa ada latihan gabungan tiba - tiba hari ini .." jawab Amri sambil buru - buru mengenakan seragamnya.
SERTU Heri, salah satu Prajurit CAKRA yang paling handal dalam menembak, ia juga pernah menjadi bagian dari salah satu Atlit penembak TNI untuk Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM) dan meraih medali emas dalam kategori Penembak Runduk.
" Ma.. ayah berangkat ya.." ucap Amri sambil mencium kening istrinya.
" Ga sarapan dulu mas..? " tanya istrinya
" Ga usah ma.. sarapan di barak aja nanti sama Heri.. "
" De.. ayah pergi dulu ya.. jaga mama mu ya nak.." lanjut Amri sembari menciumi perut besar istrinya.
Sang istri hanya memandangi dari balik pintu melihat suaminya pergi, terkadang perasaan sedih berusaha melemahkannya mengingat ia sedang mengandung sang jabang bayi dari pria yang mencuri hatinya sejak jaman SMA dahulu, namun hati tegarnya selalu berkata bahwa sang suami pergi sebagai anak Negara, untuk Negara, hanya do'a yang bisa ia persembahkan kepada suami tercintanya.
..................
Sebuah mobil SUV hijau berplat militer melaju kencang membelah lalu lintas yang mulai ramai, sesekali klakson keras berbunyi untuk meminta pengemudi kendaraan lain memberi jalan.
" Kita langsung ke Mabes di Jakarta? Her.. kenapa gak ada semacam brifing dari atasan kita..?" tanya Amri yang merasa heran, karena mereka berdua berangkat tanpa arahan dari atasan langsung mereka di Batalyon.
" Saya juga kurang paham sih bang.. tapi Abdi dan bang Lubis juga sudah berangkat kr Mabes bg.." jawab Heri pelan.
" dek.. adek ada dengar kasak kusuk gak..?" tanya Amri kepada prajurit muda yang menjadi joki kendaraan yang ditugaskan untuk mengantar ia dan Heri.
" Siap bang.. setahu saya ini ada hubungannya dengan 2 peneliti yang hilang di Papua bang.." jawab Prajurit muda itu.
" Mati aku Her.. aku bilang cuma latihan tadi sama kakakmu, kalau positif kolamnya Papua waduh kasian kakakmu Her.." ucap Amri sedikit terkejut.
" telpon aja bang dulu ke rumah.." sahut Heri.
Tampak Amri mengerutkan dahi seakan memikirkan sesuatu, sesekali ia pandangi Hp yang segera ia keluarkan dari sakunya.
" Gimana bang..? jadi telpon kakak..? atau biar saya yang mengabarkan kakak bang..?" tanya Heri seakan mengerti makna kerutan dahi Amri.
" Tak usah lah Her.. kalau diberitahu kata Papua saja bisa panik kakakmu,kam kamu tau keadaan di Papua gimana sekarang.." jawab Amri serius.
Jawaban Amri seolah mengisyaratkan kerisauan yang bisa dimengerti, Heri juga mulai berfikir yang tidak - tidak namun segera ia tepis karena apapun itu adalah tugas yang diberikan Negara untuknya.
................. SERKA ABDI adalah Prajurit CAKRA yang paling garang, ia adalah Atlit Binaragawan-nya TNI, otot - otot kekarnya masih bisa menyembul dibalik seragam dinasnya, jadi soal ketahanan fisik tak bisa diragukan lagi. LETDA LUBIS adalah Danru dari grup kecil ini, meskipun ia berbadan kurus, tapi dikepala dan didadanya terdapat jiwa kepemimpinan yang mumpuni, ditambah ia adalah lulusan Ilmu Kedokteran menjadikannya seseorang yang berkepala dingin.
Matahari sudah mulai menampakkan kedigdayaannya menerangi bumi, beragam aktivitas juga sudah meramaikan dunia disela -sela rotasinya sebagai planet indah yang disebut bumi.
Dalam beberapa jam Amri dan Heri telah sampai di Komando Utama ( KOTAMA ) Markas Besar TNI, sejumlah perwira langsung menyambut mereka dengan mimik tegang, alih - alih ingin meminta izin untuk sarapan pun terpaksa mereka urungkan.
Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di ruang pusat kendali KOTAMA bersama sejumlah Petinggi militer dan Negara, sesekali Amri memandangi wajah kedua rekannya yang lain yaitu Abdi dan Lubis yang terlebih dulu sampai.
" Boy.. baru kemarin kita pisah IB, eh.. ngumpul lagi kita.." bisik Abdi kepada Amri.
" Nikmatin aja boy.. namanya tugas.." sahut Amri pelan.
" . . . "
Tatapan Danru Lubis menghentikan candaan mereka, buru - buru Abdi mengangguk seolah mengerti maksud tatapan Danrunya tersebut, benar saja .. brifing situasi, solusi, dan tindakan satu persatu dijelaskan secara detil dan menyeluruh oleh Panglima TNI, berbagai opsi tindakan dijabarkan secara fleksibel, namun mengingat daerah operasi adalah daerah rawan, bantuan jumlah grup tambahan ataupun personil dirasa akan dapat memicu spekulasi dan dapat menimbulkan kesalahpahaman pandangan dari berbagai pihak kelak, Panglima khawatir jika misi pencarian dan penyelamatan ini dilakukan secara terbuka dapat menyalakan kembali Api konflik di Papua, jadi diputuskan grup kecil beranggotakan 4 orang terjun langsung ke pusat target operasi secara diam - diam.
" Sandi kalian adalah 'Wayang',, kalian akan diterjunkan secara HALO, dan hanya memiliki akses meminta Ekstrasi 1 kali karena semua kita lakukan secara senyap.." terang Panglima di akhir -akhir brifing,
" Saya tau kalian pasti heran kenapa kalian harus turun di misi pencarian ini.. inilah yang harus kalian ketahui... " sambung Panglima sembari menunjukkan sebuah foto dilayar.
" salah seorang peneliti yang hilang tersebut adalah putra sulung dari Wakil Presiden kita.. menurut Intelijen identitasnya belum diketahui, tapi itu tidak akan bertahan lama.. kalau sampai identitasnya diketahui.. pasti pihak - pihak tertentu akan berusaha mencari keuntungan dari situasi seperti ini..." sambung Panglima dengan mimik serius.
" !?!? "
Sontak Amri dan yang lainnya terkejut, mereka sekarang paham betapa krusialnya misi penyelamatan ini.
" Pastikan kalian menemukannya.. NEGARA SEDANG MEMBUTUHKAN KALIAN...! BERJUANGLAH..!!!" tutup Panglima dengan berkobar - kobar.
Brifing selesai, rencananya setelah jeda persiapan mereka berempat akan langsung diberangkatkan ke Papua dengan bantuan dari TNI AU sebagai tanduk bantuan utama tim kecil ini apabila situasi benar - benar darurat.
Kabar hilangnya kedua peneliti memenuhi semua media masa, berbagai spekulasi bermunculan tak tentu arah dan terkesan sebagai trik pemasaran sejumlah media masa, tak ketinggalan hampir seluruh stasiun televisi swasta juga menjadikan insiden hilangnya kedua peneliti tersebut sebagai topik utama dalam setiap acara warta berita mereka.
....
Surat perjanjian tugas telah ditanda tangani oleh Amri dan yang lainnya, berbagai peralatan tempur juga telah dipersiapkan untuk menghadapi berbagai kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.
" Semuanya berkumpul..!" seru Danru Lubis
dengan sigap Amri dan yang lain mengambil sikap berdiri tegak berbaris dihadapan Sang Danru.
" Persiapkan diri kalian, ini adalah kehormatan bagi kita sebagai penerima mandat dari Panglima.. maka dari itu tetaplah berfikir selayaknya prajurit, segala kontroversi diluar sana bukanlah urusan kita, urusan kita adalah berhasil dalam misi... ada pertanyaan?" ucap Danru Lubis sembari menatap serius tiap anggota timnya.
" Siap ndan, dimanakah lokasi tepatnya kita akan diturunkan..? " tanya Amri sigap.
" ... untuk hal itu saya juga tidak diberitahu, itu sudah direncanakan oleh para petinggi bersama bagian intelijen, kita hanya akan diturunkan dengan sebuah map pemetaan yang didapatkan oleh intelijen disana.." jelas Danru Lubis.
" satu hal lagi, dalam misi ini kita tidak akan menggunakan atribut apapun, bahkan seri senjata serta amunisi kita sengaja dikosongkan karena beberapa hal.." sambung sang Danru.
" berarti ini masuk dalam kategori rahasia ndan..?" tanya Heri serius.
" benar, untuk itu mari kita selesaikan tugas ini dengan baik, CAKRA!!!" seru Danru Lubis.
" CAKRA..CAKRA..CAKRA.. HUHH!!!" sahut Amri dan yang lainnya serempak.
....
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berjalan merotasi siang menuju malam mengiringi perjalanan tim Wayang menuju titik penerjunan, keletihan serta kepenatan sedikit mengusik regu kecil ini, betapa tidak.. perjalanan yang begitu memakan waktu ini dilewati dengan duduk diam di kabin pesawat , sesekali masing - masing dari ke empat Prajurit tersebut berdiri sejenak untuk sekedar merenggangkan otot - otot yang mulai terasa sedikit kaku.
" Lima menit..! " Seru jump master sembari memberi tanda.
' !!! "
sontak semua terhenyak dari lamunan masing -masing, jantung berdetak kencang pertanda darah ke-prajuritan mereka mengambill alih seluruh saraf ditubuh mereka.
" Baik semuanya, cek radio.. cek " Seru Danru Lubis.
" Cek.."
" Cek.. cek " Sahut Amri dan yang lainnya bersahutan.
" Oke, ingat.. turun lah di area yang ditentukan sebelumnya, gunakan insting kalian,, pastikan kaki memijak daratan..!" tambah Sang Danru.
" Siap ndan.." sahut yang lainnya kompak.
" Dua Menit..!!!" Seru jump master kembali.
' Nguuungggggg...swssshshhh '
Gemuruh angin menyeruak ketiak pintu dibuka, tak terlihat apapun, semuanya gelap gulita bagai tersesat di dimensi lain, saat ini perhatian mereka hanya tertuju pada lampu indikator yang terletak di depan pintu yang masih berwarna merah.
" Lakukan yang terbaik..! Lubis.. untuk kesekian kalinya, berjuanglah, jaga tim ini baik -baik " Ucap Jump master yang selalu menjadi orang terakhir yang melepas mereka pergi bertugas.
Amri langsung melompat keluar sebagai penerjun pertama dan langsung bergilir diikuti yang lainnya.
Sungguh gelap, sejauh mata memandang hanya tampak hitam, biasan cahaya rembulan juga tak kelihatan, sepertinya awan mendung telah menguasai langit malam ini.
" Ssshhh..." Amri menderu sambil sesekali mengecek alat penunjuk ketinggian dilengan kirinya, perhatiannya lebih terfokus pada kompas dipergelangan tangan kanannya, berulang kali ia mencoba melihat sekitar berharap dapat melihat sesuatu namun tetap saja nihil, hanya deru pesawat yang samar - samar menghilang dan terpaan angin dari segala arah yang seolah -olah ingin mencabik - cabik tubuhnya.
' Srekk.. SRUUUUTTTTTTTTT!'
Amri menarik pin parasutnya, tubuhnya tersentak berbarengan dengan terkembangnya parasut.
" Syukur,,, terbuka..!" gumamnya dalam hati.
Namun, saat - saat seperti ini lah yang paling krusial, suasana gelap gulita bisa saja membuatnya tersangkut di pepohonan, atau yang lebih buruk tercebur ke sungai dan selesai, karena parasut akan membuatnya kesulitan bergerak.
Diperhatikannya dengan seksama kompas yang ia punya sambil memastikan arah luncuran pendaratannya.
Amri merasakan tubuhnya menerobos ranting - ranting kecil serta dedaunan yang rimbun, bersamaan dengan itu ia siapkan kuda -kuda kakinya berharap memijakkan kakinya ke tanah...
' KRAKK..! DEPPPHH ! '
Tubuhnya berputar menabrak sesuatu yang sepertinya ranting berukuran besar, membuat ia tersentak dan jatuh berguling.
" Akhhh.. sial,." erangnya sembari meraba -raba sekitar dan mulai meraba pin parasutnya untuk dilepaskan, tapi buru -buru ia mematung seketika ketiaka ia mendengar suara seperti dedaunan atau semak belukar yang dipijak.
" ! "
Pelan - pelan Amri meraba sangkurnya setelah ia memastikan suara itu semakin dekat..
ia genggam sangkurnya dengan kuda - kuda bersiap akan segala kemungkinan, matanya liar memperhatikan berharap melihat sesuatu sembari ia tajamkan pendengarannya memastikan seberapa dekat suara - suara tadi.
' !!! '
Sesuatu seperti menerjangnya tepat dari arah depan, pergumulan terjadi ditengah kegelapam antara ia dengan sesuatu yang belum dapat ia pastiakn, namun instingnya memaksanya untuk menghujamkan sangkurnya beberapa kali, disaat itu juga merasa ada sejumlah benda tajam terasa mencengkram bahunya.
" Sial..! MACAAANN!!! "
Gumamnya dalam hati memastikan bahwa yang yang sedang ia hadapi adalah seekor macan atau sejenisnya, entah berapa kali ia hujamkan sangkurnya hingga akhirnya sesuatu yang menyerangnya tersebut tumbang disertai cairan hangat yang muncrat tak tentu arah.
" Ngaiinggg.."
" Maafkan aku.. aku hanya mempertahankan diri.." ucap Amri menyadari kalau itu adalah suara macan yang terluka akibat hujaman sangkurnya.
Amri mundur beberapa langkah, setelah dirasanya aman ia berdiam diri dan senyap menunggu fajar menyongsong untuk mencari dan mulai berkordinasi dengan teman - temannya yang lain, karena ssat ini ia belum bisa menggunakan radionya dengan alasan keamanan. to be comtinued...
Papua ada macan ya...??
Seinget gw kanguru atau buaya kynya predator ganas d wilayah papua-australia (gw keinget yg org jepang pas ww2 dmakan buaya) ok lah gpp sih
Wah komandannya perwira PK keren
Apa ini ceritabya mirip salah satu sinetron militer di salah satu tv swasta ya?
Apakah akan ad yg mati hmmm
Original Posted By ruhnama►Papua ada macan ya...??
Seinget gw kanguru atau buaya kynya predator ganas d wilayah papua-australia (gw keinget yg org jepang pas ww2 dmakan buaya) ok lah gpp sih
Wah komandannya perwira PK keren
Apa ini ceritabya mirip salah satu sinetron militer di salah satu tv swasta ya?
Apakah akan ad yg mati hmmm
biarin aja napa, ini kan fiksi..lagian udah terlalu lama kgk ada cerbung gini ga usah banyak protes
biarin aja napa, ini kan fiksi..lagian udah terlalu lama kgk ada cerbung gini ga usah banyak protes
Actually, kalau orang udah commit pakai tempat asli di suatu cerita you might as well learn the fact about that place.
Kalau cuman "asal fiksi" ya sekalian aja bikin universe fiksi macem di Middle Earth atau Kings Landing. Kemampuan buat encorporate fact and fiction is what made a writer a writer. Dan writer learns from critiques and protests.
biarin aja napa, ini kan fiksi..lagian udah terlalu lama kgk ada cerbung gini ga usah banyak protes
Bkan protws gan cman saran
Kan yah gpp lah
Mgkn biar lbh tegang pke macan
Tapi bsa lbh serem pke buaya
Tapi klo si sersannya yg punya istri meninggal kasian,
Original Posted By ruhnama►Papua ada macan ya...??
Seinget gw kanguru atau buaya kynya predator ganas d wilayah papua-australia (gw keinget yg org jepang pas ww2 dmakan buaya) ok lah gpp sih
Wah komandannya perwira PK keren
Apa ini ceritabya mirip salah satu sinetron militer di salah satu tv swasta ya?
Apakah akan ad yg mati hmmm
Macan yang dimaksud adalah sejenis kucing hutan atau kucing liar ( ada dibeberapa daerah menyebutnya macan akar )
= Kebiasaan prajurit menyebut macan walaupun yang dilihat itu jaguar, cheetah, atau kucing gunung dll yang sejenis =
Perlahan tapi pasti rintik hujan mulai turun, meskipun tak begitu deras tapi cukup untuk membuat seisi hutan terdiam membisu, hanya suara tetesan air yang berlomba - lomba jatuh ke bumi.
" Sialan.. bisa - bisanya tepat waktunya.." keluh Amri yang merasa alam menyambut kedatangan mereka dengan menurunkan hujan.
Ia lirik jam ditangannya yang menunjukan pukul 4.25 pagi sambil sesekali mengusap wajahnya yang basah dengan kain lengan bajunya, dipandanginya langit yang gelap tak ada tanda -tanda matahari akan mulai mengambil alih, dinginnya udara serta kesunyian hutan akibat huajn rintik -rintik membuat ia tak sadar hingga tertidur.
....
Hujan telah berhenti meskipun mendung masih menyelimuti langit, kicauan burung mulai terdengar saling bersahutan, segala macam suara serangga hutan mulai ramai berparade.
" !!! "
Amri terbangun dari tidurnya dengan setengah tersentak, ia kumpulkan kesadarannya sembari memperhatikan keadaan sekitarnya, beberapa meter darinya ia dapati bangkai macan yang ia bunuh semalam serta semak belukar dan ilalang setinggi lutut yang mengelilinginya, ia tadahkan pandangannya ke atas rimbun hutan hampir menutupi langit membuat suasana remang - remang bak di kafe - kafe pinggiran.
" tuliiitt..tuliittt..tuliiitt..."
Suara yang terdengar seperti seekor burung menarik perhatiannya, bergegas ia bergerak pelan menerobos ilalang menuju sumber suara tersebut sambil tetap menggenggam sangkurnya.
Bergerak pelan dengan mata liar mempelajari sekitar adalah salah satu keahlian wajib bagi setiap Prajurit Cakra, tak heran baru sesaat ia bergerak, Amri tampak sedang mengunyah sesuatu dimulutnya.
" Lumayan beri hutan, akan kusimpan beberapa disaku " Ujarnya dalam hati sambil terus bergerak menuju sumber suara tadi.
Setelah dirasa suara burung tadi terdengar jelas segera ia memberikan balasan suara dengan suara Monyet liar.
" Wuuu..wuuu " Seru Amri menirukan suara monyet.
Tak berapa lama dari sekitar jarak belasan meter muncul sang Danru Lubis dari balik semak belukar sambil mengkode Amri agar mendekatinya, Amri pun bergegas bergerak ke temapat sang Danru berada.
" Gimana..? semua baik saja? kenapa ada cipratan darah dibadanmu ? " tanya Danru Lubis memperhatikan.
" anu Ndan, ada macan saat saya mendarat, untung saja saya selamat "
" dimana yang lainnya Ndan..? " Sambung Amri.
" Heri dan Abdi didekat box perlengakapan tak jauh dari sini, ayo kita kesana.." jelas Sang Danru.
" Baik Ndan.." Sahut Amri sambil bergerak mengikuti Danru Lubis dari belakang.
....
...
..
" Oke, ambil perlengkapan kalian, setelah TB -2 kita langsung bergerak .." perintah Danru Lubis.
" Abdi, Heri, bagaimana pendaratan kalian..? " tanya Amri sambil mengambil peralatan dari box peralatan yang diterjunkan terpisah untuk mempermudah penerjunan prajurit agar tak terganggu masalah beban yang dibawa saat terjun.
" kami berdua secara kebetulan mendarat tak berjauhan satu sama lain, mujurnya lagi box perlengkapan juga tak jauh dari kami.." jelas Abdi yang tampak tengah memasukkan beberapa box magazen M249 nya kedalam ransel.
" Mujurnya kalian.. saya malah ketemu macan.., paginya untung suara kode Danru terdengar, kalau tidak mungkin saya agak lama berkumpul.." Terang Amri.
Tim Wayang tampak sudah selesai dalam hal perlengkapan persenjataannya, tak berselang lama mereka langsung bergerak ke arah Timur sesuai dengan pemetaan yang diberikan oleh bagian Intelijen, mereka bergerak pelan dengan formasi persegi menyusuri hutan dengan penuh kewaspadaan, karena bukan hanya dikhawatirkan bertemu kamp - kamp para separatis bersenjata, tetapi juga waspada dari hewan - hewan buas mengingat ini adalah hutan yang tergolong asri.
Beberapa jam setelah terus bergerak, Tim Wayang memutuskan untuk beristirahat sambil mempelajari ulang pemetaan yang diberikan Intelijen karena mereka selalu berprinsip keakuratan data intelijen hanya 40 persen, tim memutuskan untuk beristirahat didataran yang agak tinggi agar mereka dapat terus memperhatikan sekitar meskipun rimbunnya hutan membatasi pengamatan mereka.
" Bagaimana Ndan..? sepertinya sedari tadi saya tak menemukan jejak atau pertanda kalau daerah ini telah dilewati manusia.. bagimana selanjutnya " jelas Amri sembari memutar kepalanya memperhatikan sekitar, meskipun yang ia dapati hanya Abdi yang menaikkan sebelah alis mata kearahnya sambil tersenyum.
" sepertinya kita harus mencari sunber air.. jikalau ada manusia disekitar sini pasti tidak akan jauh dari sumber air.. bagaimana? " jelas Danru Lubis sembari menunjuk sebuah titik di Map yang ia gelar di astas permukaan tanah.
" Ide bagus Ndan.. Saya minta 10 menit untuk memperhatikan sekitar .." Sahut Amri sambil memberi kode Abdi dan Heri untuk mendekat kearahnya.
Buru - buru Heri dan Abdi datang mendekat sambil mengadahkan kepala seolah bertanya ada apa.
" Istirahat 20 menit.. cek radio dan mulai aktifkan, tetap waspada.." perintah Danru Lubis.
Tanpa dikomando lagi tampak Abdi dan Heri mencari posisi nyaman untuk beristirahat sembari tetap waspada, sedang sang Danru lubis tampak mengkaji ulang pemetaan yang dirasa berbeda jauh dengan medan yang telah ia lewati bersama timnya.
Sementara itu Amri bergerak pelan memperhatikan daerah sekitar, sedikit menjauh dari titik perimeter untuk beristirahat, sesekali ia seka dedaunan rimbun yang menjalar di akar -akar yang menutupi pandangannya, samar - samar ia mendengar gemericik air tak jauh didepannya.
Benar saja, ia melihat bebatuankecil yang di aliri air mengalir turun bertingkat seperti miniatur air terjun yang kemudian diteruskan dengan aliran kali dangkal, ia teringat botol airnya dan berniat mengisinya lagi mengingat air di kali kecil itu sangat jernih.
" !!!! "
Buru -buru ia urungkan niatnya mengambil air karena ia melihat sebuah pakaian lengkap dengan sebuah senjata jenis AK-47 tergeletak di atas sebuah batang kayu pohon tumbang di pinngir kali tersebut, liar Amri memainkan matanya dari balik semak belukar berharap menemukan pemilik pakaian dan senjata tersebut.
" Positif... separatis.. " Gumam Amri dalam hati sambil menggeser pin lock semjatanya sehingga terbuka, bersiap akan sesuatu yang buruk bisa saja terjadi.
" Her.. 3 klik arah jam 5... AK-47 beserta pakaian terlihat.." ucap Amri pelan melalui radionya.
" !!! "
Meskipun sedikit terkejut, Heri segera bergerak menuju ketenpat Amri berada, Abdi dan sang Danru yang mendengar informasi tersebut juga langsung merubah posisi mereka.
" Kelihatan bang... satu orang.. anjinngg..sedang boker dia.. " umpat Heri yang berhasil menemukan pemilik dari pakaian dan senjata yang dilihat Amri.
" Sikat..? " tanya Heri lagi.
" Tahan.. Abdi Amri sisir sekitar, Heri ..jangan lepaskan pandanganmu darinya, saya yang eksekusi.." perintah Danru sembari melepas ransel dan senjatanya kemudian mengeluarkan sangkurnya sambil bergerak mengendap maju perlahan.
Macan yang dimaksud adalah sejenis kucing hutan atau kucing liar ( ada dibeberapa daerah menyebutnya macan akar )
= Kebiasaan prajurit menyebut macan walaupun yang dilihat itu jaguar, cheetah, atau kucing gunung dll yang sejenis =
terima kasih
Bisa dikasih petunjuk sih untuk memperjelas, misal "walau dia tak bisa memastikan apa itu"
" ada apa ..? " Tanya Heri geram memotong karena harus memperhatikan musuh yang sedang buang hajat.
" Ada sebuah asap disana, mungkin itu kamp atau semacamnya.. " Ucap Abdi yang samar - samar menyadari bahwasannya tak jauh dari situ terlihat asap seperti sebuah perapian.
" baik kalau begitu, tahan.. Abdi Amri, lakukan pengintaian segera.. biarkan yang ini, akan menjadi ricuh jika mereka sadar bahwa salah satu dari mereka tak kembali " perintah sang Danru.
Sontak Heri memendamkan dirinya ke dalam semak belukar menjaga jarak aman menunggu perintah selanjutnya, sementara itu tampak Amri dan Abdi tengah merayap perlahan mendekat untuk mengikuti salah seorang separatis tadi.
Tak berapa lama anggota separatis yang sedang buang hajat tadi kembali mengambil pakaiannya serta senjatanya, sepertinya ia akan kembali ke kelompoknya.
" Ayo .. " ucap Abdi pelan ketika melihat separatis tadi mulai berjalan menjauh
Selangkah demi selangkah Abdi dan Amri bergerak perlahan mengikuti, sesekali mereka berhenti mematung ketika salah satu dari mereka menginjak dedaunan kering atau ranting - ranting yang menimbulkan suara, langkah demi langkah membututi dengan kewaspadaan tinggi sungguh memberikan andrenalin yang sangat memacu, meskipun mereka adalah prajurit yang tangguh, tak bisa dipungkiri mereka juga manusia biasa yang juga bermetabolisme, sehingga lumrah peluh keringat membasahi kening mereka.
" ! "
Abdi memberi tanda berhenti kepada Amri, diteruskan dengan kode agar Amri tiarap dan memperhatikan ke arah telunjuknya mengacung.
" satu.. dua.. tiga..emmm.. 6 orang,, dari jumlahnya sepertinya mereka adalah regu penyisir, atau bisa saja lingkar pertama.." Ucap Amri setelah mengamati sebuah gubuk yang beratap dedaunan tanpa dinding yang berada tak jauh dari mereka.
" Lingkar pertama..? maksudmu ada kemungkinan tak jauh dari sini ada kamp mereka..?" Tanya Abdi
" Mungkin saja.. ingat, sebelumnya kita sama sekali tak menemukan tanda - tanda daerah sekitar sini telah dilewati manusia sebelumnya.., itu bisa jadi pertanda ini adalah mutlak daerah teritorial mereka.." jelas Amri menganalisa.
" dengan kata lain , Maksudmu ini adalah daerah steril-nya mereka..? " tanya Abdi memastikan.
Amri hanya menggeleng tak bisa memastikan, karena baginya ini mulai terasa tak masuk akal, misi mereka adalah pencarian dan penyelamatan, akan tetapi sangat dirasa tidak mungkin jika separatis menyembunyikan sandera di hutan dalam nan jauh, mereka pasti akan kerepotan berkomunikasi dan menerima informasi dengan mata - mata atau masyarakat yang pro mereka diluar sana, karena mereka pasti mengawasi situasi lewat media massa.
" Ayo kita kembali ke Danru.."Ajak Amri sembari mundur perlahan dan segera bergerak kembali diikuti Abdi dibelakangnya.
....
...
..
" jadi begitu menurutmu.. " Ucap Danru Lubis setelah menerima penjelasan Abdi dan Amri tentang pandangan mereka setelah melihat sebuah gubuk dengan 6 orang separatis bersenjata tadi.
" bagaimana selanjutnya Ndan..? " Tanya Amri dengan mimik serius.
Sejenak Danru Lubis tampak mengerutkan dahinya, sesaat kemudian ia meraih ranselnya lalu membukanya, di ambilnya silincer dan ia pasangkan pada senapannya.
" Kita bereskan mereka dengan senyap.. bagaimanapun juga.. mereka akan mengganggu pergerakan kita.." Ujar Danru Lubis sembari mengokang senapannya.
Amri dan Heri buru - buru juga memasangkan silincer atau peredam suara pada senapannya, sedangkan Abdi mengeluarkan pistol berperedamnya sembari menyelempangkan senapan M249-nya.
Penggunaan silincer atau peredam suara sangat diperlukan untuk melakukan serangan cepat nan senyap, dan juga dapat mengurangi kemungkinan terdeteksi adanya sebuah pertempuran oleh gerombolan separatis lain yang keberadaannya bisa dimana saja, meskipun pada kenyataannya penggunaan silincer tetap terdengar hingga radius maksimal 20 meter bahkan lebih tergantung kontur medan dan angin.
....
...
..
Seperti pada misi - misi sebelumnya, Abdi dan Amri selalu bersama sebagai pembuka jalan atau serangan, keduanya tampak merayap kembali mendekati gubuk yang terdapat 6 orang anggota separatis bersenjata, sementara Heri dan Danru Lubis melambung ke sayap kanan untuk mendapatkan spot tembak yang bagus karena mereka berniat melumpuhkan ke 6 separatis tersebut dengan sekali serangan mendadak.
Tampak masing - masing separatis tengah dengan kesibukannya masing -masing, ada yang sedang tiduran, ada yang sedang mengobrol, beberapa juga terlihat tengah memakan umbi - umbian yang mereka bakar sebelumnya.
" Amri.. berapa sasaran yang bisa kalian jangkau..? " tanya Danru melalui Radio.
" Dua.., dekat pohon ngobrol.. " sahut Amri sembari mengarahkan titik bidiknya ke target yang ia maksud.
" baik.. Heri ambil mereka yang sedang jongkok makan.. sisanya saya.. " jelas sang Danru.
" baik.. " sahut Heri mulai membidik.
Masing - masing sudah bersiap pada posisi menembak, hembusan angin bertiup pelan menggoyangkan dedaunan disekitar dengan teratur.
Biasan cahaya matahari mulai mengintip dari rimbunnya pepohonan, sepertinya ia telah kembali ke singgasananya sebagai penerang bumi.
" oke..bersiap...." ujar Danru Lubis diikuti suara klik pin safety yang terbuka.
" Lakukan..! " Seru sang Danru
' Tash..tash..tash..tash..tash..'
Tembakan dilepaskan bersamaan, satu persatu separatis tumbang bersimbah darah, untuk sekedar terkejut pun buru -buru malaikat maut sudah menghampiri mereka.
Abdi segera berlari maju dan sesekali menembaki separatis yang masih tampak bergerak meskipun telah roboh bersimbah darah, diikuti Amri yang segera mengamankan daerah sekitar untuk memastikan tidak ada target yang tertinggal.
" Aman..! " seru Amri memberi tahu, tak lama Danru dan Heri juga mendekat dan memeriksa sekitar serta memperhatikan satu persatu separatis yang bergeletakan.
" Heri..cek gubuknya..! " Perintah sang Danru.
Buru -buru Heri mengecek keadaan gubuk, memastikan tak ada semacam jebakan atau perangkat - perangkat lain yang berbahaya.
" bersih..!" seru Heri memberi tahu sembari menurunkan senapannya dan diikuti anggota yang lain pertanda serangan mendadak cepat dan senyap telah selesai dan berhasil.
Abdi dan Amri tampak sibuk mengumpulkan semua peralatan yang dimiliki dari masing - masing jasad para separatis,sementara Heri berjalan santai memperhatikan sekitar.
" Ndan.. radio! " seru Amri menemukan sebuah walkie talkie dari salah satu jasad separatis yang berbadan besar.
" sepertinya dia komandannya.. dan ini ia gunakan untuk berkordinasi dengan teman -temannya yang lain " jelas Danru Lubis setelah mendekat dan memperhatikan apa yang ditemukan oleh Amri.
" berarti kita dapat sebuah bumerang ya Ndan.. " ucap Abdi yang juga mendekat.
" iya.. kau benar.. ini bumerang.. " sahut Danru Lubis memperhatikan Walkie Talkie yang diberikan Amri.
" Maksudnya..? " tanya Heri belum mengerti.
" bumerang maksudnya.. bisa saja kita mendengarkan percakapan para separatis dengan talkie ini jika mereka sedang berkomunikasi.." jelas Danru Lubis.
" bagus dong, kita bisa dengan mudah tau pergerakan mereka.." sahut Heri.
" itu benar.. masalahnya adalah jika mereka menghubungi Talkie ini dan tak ada jawaban.. mereka pasti curiga.. " tambah sang Danru lagi.
Keadaan menjadi hening sejenak, masing - masing dari mereka mulai memikirkan rencana selanjutnya, kecuali Abdi yang mengeluarkan sebatang rokok dan membakarnya lalu ia menghisapnya dalam - dalam.
" ahhh..mantapnya .. " ucapnya mencairkan suasana
Amri hanya tersenyum lebar melihat tingkah temannya itu, selalu seperti itu jika sesudah selesai membantai musuh, menghisap sebatang rokok dan benar - benar menikmati dalam - dalam setiap tarikannya, jika ditanya kenapa.. sudah jadi ritual katanya.
To be continued...[img]www.postimg.cc/image/w1i2am84t/
Tuh meong congkok yg klo kecil lucu2 tapi klo dh gede ganas, dbilang gdenya se kucing mgkn plg gde se anjing kli ya maaf oot klo ini jlasin dkit aj sih
D fjb kybya dlu byk yg jual congkok/macan akar
Tim Wayang tampak telah selesai mensterilkan lokasi dimana sebuah gubuk yang merupakan pos kecil dari gerakan separatis berhasil mereka lumpuhkan, sejumlah jasad - jasad para separatis terlihat disembunyikan dengan menutupinya menggunakan dahan -dahan serta dedaunan kering, gubuknya juga tak ketinggalan mereka bongkar untuk menutupi jejak serta beberapa pucuk senjata mereka kuburkan.
" Periksa peralatan kalian kembali, kita akan langsung bergerak sambil menunggu talkie ini berbunyi.. " perintah sang Danru.
Tanpa basa - basi mereka melanjutkan pergerakan mereka menyusuri hutan antah berantah yang sangat rimbun, sesekali mereka harus merayap untuk melewati akar-akar yang menjuntai serta dahan dan ranting dari tumbuhan menjalar yang halang melintang diantara pepohonan, belum lagi serangga - serangga hutan yang sesekali hinggap ditubuh mereka yang juga tak jarang berseliweran mengusik tepat di wajah mereka.
' !!! '
"Ndan...ini .." Ucap Heri menemukan sebuah puntungan rokok.
" bukan hanya itu, disini juga ada beberapa.." sahut Amri menunjuk ke tanah tepat didepannya dimana terdapat puntungan rokok kretek.
" mungkin milik yang tadi..? " ucap Abdi menimpali.
" dilihat dari arah gubuk tadi.. sepertinya arah kita sudah benar.. " jawab Danru Lubis sembari menunjuk ke arah depan dimana tampak pepohonan berjejer menurun yang menandakan didepan terdapat jurang kecil atau semacamnya.
" Lanjutkan pergerakan dengan menyisir.. Abdi..kamu dan Amri melambung dari sayap kanan.. saya dan Heri dari kiri, lebarkan memutari celah di depan, Heri ayo " Perintah Danru Lubis.
" Baik Ndan.." Sahut Heri diikuti Amri dan Abdi langsung bergerak dengan posisi siaga.
Dengan perlahan Amri dan Abdi terlihat bergerak sembari memperhatikan ke arah jurang yang lama - kelamaan terlihat tak serimbun daerah lainnya.
" Am.. " ucap Abdi mengkode Amri dan disambut anggukan kepala oleh Amri yang mengerti akan maksud rekannya itu.
" Ndan.. jurangnya.." Ucap Amri melalui radio.
" Iya.. tetap waspada.. " Sahut Danru Lubis yang juga menyadari bahwa semakin kedepan jurang itu juga semakin jarang ditumbuhi pepohonan, sangat kontras sekali dengan daerah disekitarnya.
" Ndan.. arah jam 2 anda..! " Ucap Amri melihat sesuatu.
" Sepertinya ada sesuatu di bawah sana.. " Sahut sang Danru melihat pepohonan yang berpatahan dan permukaan sekitarnya yang kehitam - hitaman seperti bekas dilalap api, ditambah agak jauh dibawah tampak semak belukar yang tak lazim, namun tak terlihat jelas karena tertutup pepohonan yang tumbuh dilerengnya.
" Haruskah kita periksa..? " Tanya Abdi yang juga menyadari.
" Amri.. coba periksa kebawah, Abdi awasi dia.. Heri cari spot bagus untuk jaga - jaga .." Ucap Danru Lubis yang ternyata juga penasaran ada apa dibawah sana.
" Awasi dari sini.. aku yakin ada sesuatu dibawah sana.. " Ucap Amri sambil meletakkan ransel dan senapannya.
" ayo.. " sambung Amri sambil mengokang pistolnya kemudian perlahan turun kebawah sambil sesekali bersandar pada batang pohon agar tak tergelincir.
Meskipun jurangnya tak terlalu dalam, tetap saja permukaannya lumayan curam sampai Amri beberapa kali harus meluncur dan berhenti dari batang pohon yang melintang yang satu ke yang lainnya hingga ke bawah, sesampaimya dibawah langsung saja ia mengamati sekitar.
" ini...!?!? " Amri terkejut dengan apa yang dilihatnya.
" Ndan turunlah... anda harus melihatnya.. " Ucap Amri.
" ... "
" Heri tunggu disimi.. " Sahut Danru Lubis tanpa banyak bertanya sembari langsung bergerak turun.
" Abdi,, apa dari sana tampak ada sesuatu..?" tanya Heri penasaran.
" negatif.. fokus saja amati sekitar Her.. " sahut Abdi sambil terus memperhatikan sekitar.
....
...
..
" Heri., Abdi.. turunlah kemari.. kita harus bereskan ini... " Ucap Danru Lubis begitu sesampainya dibawah.
" baik Ndan.." Sahut keduanya segera bergerak turun dengan cepat karena rasa penasaran mulai memenuhi kepala mereka, jika itu nyatanya adalah sesuatu.. kenapa tak diberitahukan lewat radio saja? itu mungkin yang terlintas dibenak mereka.
....
...
..
Sesampainya dibawah Abdi menggelengkan kepalanya kepada Heri seolah bertanya ada apa, Heri pun hanya balas menggeleng tak tahu sambil terus berjalan mendekat ke tempat dimana Danru Lubis dan Amri beridiri melihat sesuatu.
Di hadapn tim Wayang tampak sebuah bangkai sebuah helikopter milik TNI AU tersudut membisu dengan karat dan lumut yang berbaur dengan tumbuhan menjalar, berbarengan dengan itu terlihat 2 kerangka manusia yang sudah tak utuh, namun potongan seragam loreng masih terlihat menempel walaupun hanya secercah.
" Kita harus menguburkan mereka dengan layak.." Ucap Danru Lubis pelan.
Original Posted By adfira►Tanya om..
Klo dlam operasi sperti itu, untuk bicara satu sama lain/ terutama via radio, pake code name gak sih.? Jd gak lngsung sebut nama gitu...
karena ini misi Rahasia, ini hanya radio Internal antara sesama tim, berbeda dengan radio eksternal yang berhubungan/berkomunikasi langsung dgn base/markas,, jadi kemungkinan tersadap atau sinyal frekuensi tertangkap itu kecil..emoticon-Matabelo
Anda akan meninggalkan Militer. Apakah anda yakin?
Lapor Hansip
Semua laporan yang masuk akan kami proses dalam 1-7 hari kerja. Kami mencatat IP pelapor untuk alasan keamanan. Barang siapa memberikan laporan palsu akan dikenakan sanksi banned.