Terimakasih telah mengajarkan sakitnya dikecewakan.
Terimakasih telah mengajarkan sakitnya kehilangan
Terimakasih telah mengajarkan sakitnya diduakan.
Terimakasih untuk pelajaran yang kau berikan.


Seperti seorang anak yang pertama kali memegang bara api, mungkin dia tidak tau, apa yang ia pegang adalah sesuatu yang sangat menyakitkan, meskipun itu indah.
Dia yang nantinya merasakan sendiri, apa yang ia pegang itu, meskipun indah tapi sangat menyakitkan. Dan, dia tidak akan mengulangi untuk memegang bahkan mendekati bara api itu.


Seperti seorang anak yang memelihara kepompong, dia tidak tau apa yang akan keluar dari kepompong itu, yang dia tau hanyalah merawat dan menjaganya hingga nanti kepompong itu bermetamorfosa, bisa saja menjadi kupu-kupu yang cantik atau bisa jg menjadi ulat yang sangat menyakitkan.
Ketika kepompong yang ia rawat itu menjadi ulat, dia pasti kecewa, karena, tidak seperti apa yang ia harapkan, dan, ketika kepompong itu menjadi kupu-kupu yang cantik, dia sangat senang dan berkata "inilah yang aku harapkan seekor kupu-kupu yang cantik".
Tapi dia lupa, bahwa kupu-kupu itu memiliki sayap, dia bisa terbang dan ahirnya menghilang.


Seperti dua orang anak kecil yang sedang asik bermain di teras rumah, salasatu anak mengeluarkan semua mainannya, mainan yang ia miliki adalah mainan yang biasa di beli di pasar atau di tempat penjual keliling yang membawa gerobak, dia tidak perduli, selagi bisa bermain dan tertawa bersamanya.
Mereka bermain pagi, siang, sore seolah tak kenal waktu.
Sampai ada anak tetangga yang baru pindah tak jauh dari rumah bereka berdua, dia pun mengeluarkan mainan nya, semua mainan yang dia miliki bagus dan mahal, ahirnya, temannya pun pergi meninggalkannya dan bermain bersama anak baru dan mainan mahalnya.


Percayalah, anak kecil itu akan belajar cara memegang bara api yang panas dan indah, akan belajar memelihara kupu-kupu agar tidak menghilang, dan anak kecil itu akan memilih seseorang yang bisa menerima dia apa adanya. ):

Terimakasih untuk pelajaran nya.