Beberapa hari lalu, dunia Instagram sempat dihebohkan oleh kasus foto-foto palsu seorang selebgram (selebritas Instagram) bernama Daryl Aiden Yow (27).

Selebgram yang juga mengklaim diri sebagai fotografer asal Singapura itu kerap mengunggah foto-foto berliburnya di akun pribadinya. Mulai dari foto dirinya di pantai, hingga di atap gedung dengan pemandangan kota nan cantik. Karena keapikkan foto-foto itu, ia pun memiliki pengikut sebanyak lebih dari 104 ribu di Instagramnya.

Lalu, tanpa disengaja, warganet mengetahui salah satu foto yang diunggah di akun Instagramnya berasal dari perpustakaan foto berbayar.

Foto tersebut berupa Yow yang sedang berpose di depan pohon-pohon sakura. Pada kapsi foto ia menyebutkan bahwa dirinya sedang berada di Thailand, sementara foto tersebut diambil di Jepang oleh fotografer lain.

Setelah itu, media Singapura bernama Mothership pun menyelidiki skandal tersebut hingga akhirnya kepalsuan foto-foto Yow yang lain pun ikut terbongkar.

Yow ketahuan mengunduh foto dari stok seperti Shutterstock, menghilangkan tandanya (watermark), lalu menggabungkan dengan foto dirinya. Membuat dia seolah-olah tengah berada di tempat tersebut, tanpa menyebutkan kejadian yang sebenarnya.

Ia juga kerap mengambil foto milik fotografer lain dan mengunggahnya di akunnya tanpa menyebutkan sumber.







Yow yang saat itu telah bekerja sama dengan sejumlah jenama besar seperti Sony, Uniqlo, Issey Miyake, dan Colgate pun langsung diserang. Media-media besar seperti The Straits Times, Channel News Asia, dan BBC pun mengangkat kisahnya.

Warganet tak tinggal diam. Seolah ingin membuat efek jera, mereka membuat #darylaidenchallenge, kompetisi yang berisikan foto-foto yang diedit dengan Photoshop. Di sana, para peserta harus menyunting fotonya dengan menggabungkan dengan foto dari stok foto di internet.

Beberapa jenama juga tampak memanfaatkan kesempatan ini untuk melancarkan kampanyedengan ide menyinggung skandal Yow. Misalnya saja Shopee, Ezbuy, hingga Kementerian Pertahanan Singapura.

Malang bagi Yow, namanya tetap diperbincangkan dengan nada negatif meskipun ia telah meminta maaf dan menghapus seluruh fotonya. Pengikutnya di Instagram pun mulai berkurang perlahan.

Bukan hanya Yow, beberapa nama besar lain pun pernah ketahuan mengunggah foto-foto yang dianggap manipulatif.
Misalnya saja Amelia Liana, yang mengunggah banyak foto seolah dirinya berkeliling dunia, Namun, pada tampak beberapa kejanggalan yang akhirnya warganet menyebut foto tersebut adalah hasil suntingan semata.

Di Indonesia pun pernah ada kasus serupa. Seorang selebgram--yang kini telah menutup akunnya--mengambil foto berlibur orang lain yang kemudian disunting dan diganti dengan wajahnya.

Terkait kesehatan mental

Apa yang dilakukan oleh Daryl Aiden Yow kerap dikategorikan sebagai masalah kesehatan mental yang sedang banyak dialami anak muda. Hal ini terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Royal Society for Public Health (RSPH).

Dalam penelitian itu, ada tiga poin yang diangkat dan direkomendasikan kepada pemerintah dan perusahaan media sosial untuk diperhatikan. Salah satunya adalah agar lebih mudah bagi pengguna untuk mengetahui foto-foto mana yang telah dimanipulasi secara digital seperti milik Yow.

Pasalnya, dilansir [url=https://www.economist.com/graphic-detail/2018/05/18/how-heavy-use-of-social-media-is-linked-to-mental-illness?fsrc=scn/tw/te/bl/ed/?fsrc=scn/tw/te/bl/ed/howheavyuseofsocialmediaislinkedtomentalillnessdailychart][i]The Economist[/i][/url], berdasarkan hasil survei 2017 yang dibuat oleh RSPH, orang-orang dengan rentang usia 14-24 di Inggris percaya bahwa media sosial seperti Instagram, Facebook, Snapchat, dan Twitter memiliki efek besar bagi kehidupan mereka.

Media sosial memberikan ruang lebih untuk mereka berekspresi dan komunikasi. Namun, sekaligus memberikan efek cemas dan depresi, terutama menyangkut gambaran tubuh ideal, FOMO atau fear of missing out (ketakutan ketika tak menjadi yang pertama), serta tindak perundungan.

Hal ini bisa terjadi ketika seseorang menampilkan foto yang dimanipulasi secara digital, misalnya dengan membuat bentuk tubuh ideal, atau foto-foto liburan yang berbeda dengan kenyataan.

Setali tiga uang dengan survei yang dilakukan terhadap 5.208 orang Amerika pada 2013-2015 didapatkan data bahwa ternyata pengguna Instagram cenderung lebih mudah merasa tidak bahagia dibandingkan dengan media sosial lainnya. Di bawahnya ada Tinder dan Facebook yang mengekor.

Hal tersebut disebabkan oleh foto-foto yang ditampilkan oleh sejumlah media sosial itu yang kerap menampilkan gambar-gambar apik tapi jauh dari wujud aslinya. Penggunanya pun jadi kerap membandingkan satu dengan lainnya, bahkan menganggap hidupnya tak semenarik orang lain berdasarkan foto-foto yang diunggah.

Sementara itu, YouTube menempati posisi pertama sebagai media sosial yang paling memberikan dampak positif bagi kehidupan. Begitu juga dengan Twitter yang menempati urutan kedua.