- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Perjalanan Di Aceh, Saat DOM Berlangsung
TS
c4punk1950...
Kisah Perjalanan Di Aceh, Saat DOM Berlangsung
Ini cerita hitam di masa lalu dimana terjadi pergolakan di ujung barat daerah di Indonesia, ketika tahun 1998 terjadi aksi massa untuk menurunkan sang Jendral yang sering tersenyum pemerintahan langsung berganti kepemimpinan, sang wakil pun naik tahta dialah BJ Habibie. DOM pun sempat dicabut GAM pun sempat leluasa menyatakan ingin Merdeka.
Disaat kepemimpinan beliau Timor Leste memilih berpisah dengan NKRI dengan melaksanakan referendum, angin segar referendum berhembus hingga ke tanah rencong. Tahun 1999 menjadi tahun yang sulit untuk NKRI negara ini terpuruk dengan ekonomi dan timbulnya keberanian dari pihak yang selama ini tersakiti, ingin berpisah dari NKRI karena merasa menjadi anak tiri. GAM menginginkan hal yang sama lagu-lagu aceh dengan di iringi musik dangdut menggema meminta referendum di segala penjuru Aceh.
Karena keadaan Jakarta tidak kondusif mencari ladang pekerjaan pun susah, tapi pada saat itu TS pun ada kesempatan melihat rumah bibi di perbatasan Aceh bersama sahabat yang memang pekerja lepas. Niatnya hanya silaturahmi tapi yang terjadi malah petualangan si c4punk di tanah rencong. Berhubung ingin melihat pemandangan sekitar pada tahun 2003 saat itu kita putuskan melalui jalur darat, perjalanan sekitar 4 hari 3 malam waktu itu, berhubung naik bus dengan bangku 2-1 jadi perjalanan sangat menghibur.
Perjalanan di sumatra memang membuat diri berdebar ketika melewati jalur yang terkenal dengan bajing loncatnya untung saja sang supir sudah biasa terlatih. Perjalanan kali ini hanya sampai medan karena ada yang ingin di temui dulu disana, melewati pinggiran danau toba memang membuat diriku berdecak kagum dengan keindahannya. Tiba di medan perjalanan berlanjut menggunakan taksi, entahlah taksi ini penumpangnya banyak bukan untuk khusus kami saja. Sekitar 2 jam perjalanan sampailah kita di kuala simpang perbatasan untuk memasuki Aceh lebih dalam.
Di dalam pikiran saya perbatasan ini mencekam karena dari berita media saat itu GAM menguasai seluruh aceh, tapi ternyata aman-aman saja ya gan seperti biasa silaturahmilah kami kerumah bibi dan temanku yang memang asli Aceh mengajakku untuk memasuki lebih dalam, keluarga melarang karena operasi militer sering terjadi sedangkan kami tak ada ktp merah putih, maklum saja saat ini Aceh kembali menjadi daerah operasi militer yang diputuskan oleh Presiden Megawati disaat itu. Keputusan Presiden Nomor 28/2003 yang mengizinkan Aceh menjadi daerah perang benar-benar mencekam walau tidak sampai ke kuala simpang, karena disini ada tempat barak brimob yang menginap di pusat kepolisian, disini tempat satuan brimob singgah untuk di tempati di wilayah-wilayah konflik nantinya.
Dasar kami berdua itu nakal, kita sowan ke markas om brimob ini dan mencari tahu bagaimana kalau kita masuk lebih jauh, aman atau tidak ? Karena teman saya ingin ke Lhoknga Aceh Besar, disana terdapat basis GAM.
"Kalian harus ada ktp merah putih, bahaya kalau masuk lebih jauh" salah seorang brimob yang sudah kami anggap kakak memberitahu.
"Kalau sampai Banda Aceh aman" tanyaku.
Sang brimob terdiam, "Belum tentu aman tapi wilayah itu dikuasai TNI harus hati-hati, apalagi kalian ini pendatang tidak bisa masuk sembarangan".
Berbekal sedikit info, kami pun bimbang antara lanjut atau bertahan disini dan pulang, kulihat di barrack pucuk-pucuk senjata tersusun mirip ketika membakar api unggun.
Kawanku mengajak terus masuk perjalanan pun berlanjut, dari kuala simpang kita menuju Langsa, ingat ya juragan Aceh Timur basis GAM terbesar tapi tampaknya kiprah mereka di mata masyarakat aceh sendiri sebenarnya redup karena di pasar-pasar Langsa mereka meminta uang pajak dari masyarakat untuk perjuangan mereka, inilah beban militer semua berita memang tergantung yang mengolah bila media pro aceh akan menganggap GAM ini malaikat, namun sebaliknya bila pro NKRI GAM dianggap penghianat, cuma yang terjadi saat itu Langsa termasuk aman rumah-rumah kota langsa pun terbilang mewah dibandingkan rumah sempit di kota Jakarta. Bahkan di dalam perjalanan ke langsa banyak rumah terbuat dari kayu namun mempunyai parabola yang berdiri gagah, motorpun hampir setiap rumah biasanya punya. Wanita naik motor di aceh sudah menjadi kebiasaan dan dianggap lumrah, tapi kebijakan berpakaian tertutup memang sudah menjadi ketetapan.
Selepas dari Langsa memasuki wilayah Bayeun, ada check point penumpang bus turun semua oleh TNI diperiksa satu-satu. Giliran saya ditanya di dalam pos mereka tanya tujuannya apa, mau apa bahkan sempat popor senjata nempel dijidat karena dianggap mata - mata, mana KTP merah putihmu ? tak hanya bulu kuduk, bulu ketek dan bulu-bulu lainnya ikut merinding jawaban juga jadi ngelantur saat ditanya oleh aparat yang tampangnya juga serem. Untung saja kawanku yang berbahasa aceh menjelaskan bahwa ingin menemui orang tuanya di Lhoknga, pihak TNI tidak membolehkan diri saya ikut silahkan kalau mau dilanjut tapi ane disuruh kembali. Hingga kamera disita lalu isi film diambil dan kamera di kembalikan lagi. Bahaya bila lewat jalur darat ucapnya Aceh Timur menjadi markas GAM takut terjadi hal yang tak di inginkan, mau tak mau saat itu kami mengalah nginep di Langsa tidur di samping emperan toko biasanya sih bawa tenda tapi lupa, maklum saja sampingnya toko itu tempat penginapan ya juragan. Tapi tidak ada dokumentasi untuk kenang-kenangan saat itu karena kamera rusak ketika disita pihak aparat dan filmnyapun diambil paksa.
Esoknya kawanku cari cara untuk nembus check point, jalan satu-satunya lewat hutan, dan juga lewat rumah-rumah penduduk naik ojek punya warga setempat tembuslah Bayeun dan kembali naik bus menuju Lhokseumawe. Bayeun memang rawan disinilah kru RCTI ersa siregar diculik bersama mas Fery Santoro.
Apa daerah itu aman ? Tergantung kadang terjadi juga tembak-tembakan lalu senyap di sekitar Lhokseumawe, walau kota itu indah tapi kita tidak singgah karena bisa saja terjaring razia oleh TNI karena secara tak langsung kita pendatang ilegal, perjalanan berlanjut hingga Banda Aceh dengan jarak tempuh kira-kira 6-7 jam tergantung kondisi, dan jalanan pun terlihat sepi pendudukpun tidak terlalu banyak terlihat kegiatannya
Di banda relatif aman masjid agung yang berdiri kokoh menjadi saksi bisu perjalanan kami, kusempatkan sujud di Baiturrahman tapi tidak berlangsung lama sebab tinggal sedikit lagi perjalanan menuju Lhoknga, tinggal sekitar 20 km lagi menuju Lhoknga tempat wisata bagi kaum pecinta surfing, ombaknya yang besar memang memanjakan mereka.
Disini ane singgah menemui orang tua kawanku, bendera-bendera GAM sering terlihat, dan memang daerah ini merupakan basis GAM markasnya ada di pucok krueng. Ada sebuah pabrik semen besar disini bernama Andalas, tapi ane hanya melewatinya saja suasana sepi terasa penduduk tak banyak aktifitas beda saat di Banda Aceh.
Disinilah ane lihat mereka yang memegang senjata rata-rata anak-anak muda yang putus sekolah, mereka membenci aparat karena ayahnya diculik, atau dbunuh tentara bahkan para inong bale yang merupakan janda-janda dari suaminya yang mati, banyak ragam mengapa mereka mengangkat senjata, yang jelas balas dendam pasti ada.
Ucapan rasis pada orang jawapun memang benar adanya, tak bisa ane pungkiri saat di kuala simpang saja yang merupakan ladang minyak pertamina mereka yang bekerja rata-rata orang Jawa. Bahkan lucunya ada sebuah kampung bisa berbahasa jawa tapi tidak tahu jawanya berasal darimana karena mereka hanya keturunan saja yang sudah lama tinggal disana, kenapa seperti itu entahlah ?? Banyak persoalan diaceh yang kadang dipolitisasi media dari kedua sisi, tapi tak kan ada asap bila tak ada api begitu juga konflik di Aceh.
Ane pun tak lama singgah disini kembali ke Banda lalu pulang kembali ke pulau Jawa melalui bandara sultan iskandar muda, karena pihak TNI sering mengejar hingga lhoknga setidaknya ambil cara aman walau mati itu pasti.
Itulah cerita tentang Aceh yang memang begitu menggoda, hingga tsunami datang terhentilah semua kegiatan GAM hingga 2006 perdamaian di depan mata dan kini GAM menjadi partai politik yaitu partai Aceh. Inilah Aceh saat ini di pimpin para politisi eks GAM ternyata semuanya demi pangkat dan kekuasaan perang hanya kamuflase dari keserakahan yang ada, pion-pion yang mati hanya dari golongan mereka rakyat susah dengan di iming-imingi angin surga, bahkan petugas negara yang mati pun menjadi pion para penguasa, tidak mungkin seorang pemimpin negara yang sibuk untuk angkat senjata bukan ?
Semoga tidak adalagi peperangan di bumi pertiwi ini, cukup sudah menang jadi arang kalahpun jadi abu karena ini perang saudara, tak ada yang menang dan kalah, jangan lupakan sejarah ya juragan monggo seruupuutt dolo, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu yang perlu.
c4punk@2018
Pendapat pribadi
Gambar google
Tambahan dari kaskuser
Quote:
Diubah oleh c4punk1950... 30-06-2018 08:10
0
32.4K
147
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan