- Beranda
- Komunitas
- News
- Sains & Teknologi
Kita Dan Titik Biru Pucat Di Alam Semesta


TS
futurehuman001
Kita Dan Titik Biru Pucat Di Alam Semesta
Titik Biru Pucat
Spoiler for Pale Blue Dot:

Bisa nemuin tempat tinggal kita gk gan?

Quote:
Foto di atas diambil oleh wahana antariksa Voyager 1pada 14 Februari 1990 dengan jarak 6 miliar km (40 AU) sebelum terbang menuju luar tata surya kita. Dalam foto ini, Bumi berukuran hampir separuh piksel (0,12 piksel); Bumi terlihat sebagai titik kecil di luasnya ruang angkasa, di antara pita cahaya sinar matahari yang dibiaskan oleh optika kamera.
Wahana Voyager I, yang baru saja menyelesaikan misi utamanya dan hendak meninggalkan Tata Surya, diperintahkan oleh NASA untuk memutar kameranya dan mengambil foto Bumi di tengah jagat raya atas permintaan astronom dan pengarang Carl Sagan.
Wahana Voyager I, yang baru saja menyelesaikan misi utamanya dan hendak meninggalkan Tata Surya, diperintahkan oleh NASA untuk memutar kameranya dan mengambil foto Bumi di tengah jagat raya atas permintaan astronom dan pengarang Carl Sagan.
Spoiler for Voyager 1:

Awal Mula
Quote:
Pada bulan September 1977, NASA meluncurkan Voyager 1, sebuah pesawat ruang angkasa robotik seberat 722-kilogram pada sebuah misi untuk mempelajari Tata Surya luar dan akhirnya menuju ke ruang antarbintang. Setelah bertemu dengan sistem Jovian pada tahun 1979 dan Sistem Saturnus pada tahun 1980, misi utama diumumkan telah selesai pada bulan November tahun yang sama. Voyager adalah pesawat ruang angkasa pertama yang menyediakan gambar rinci dari dua planet terbesar dan bulan (satelit) utama mereka.
Voyager 1 awalnya diharapkan untuk bekerja hanya melalui pertemuan dengan Saturnus. Ketika pesawat ruang angkasa melewati planet ini pada tahun 1980, Sagan mengusulkan gagasan agar probe ruang angkasa ini mengambil satu gambar terakhir Bumi. Dia menunjukkan bahwa foto itu tidak akan memiliki banyak nilai ilmiah, karena Bumi akan tampak terlalu kecil bagi kamera Voyager untuk mengambarkan detail apapun, namun bisa menggambarkan perspektif berarti tentang tempat kita di alam semesta.
Meskipun banyak orang di dalam program Voyager mendukung gagasan tersebut, ada kekhawatiran bahwa mengambil gambar Bumi yang begitu dekat dengan Matahari berisiko merusak sistem pencitraan pesawat ruang angkasa yang tidak dapat diperbaiki lagi. Baru pada tahun 1989 gagasan Sagan dipraktikkan, namun kalibrasi instrumen menunda operasi lebih lanjut, dan personil yang merancang dan mengirimkan perintah radio ke Voyager 1 juga diberhentikan atau dipindahkan ke proyek lain. Akhirnya, administrator NASA Richard Truly menjadi perantara untuk memastikan bahwa foto itu diambil.
Voyager 1 awalnya diharapkan untuk bekerja hanya melalui pertemuan dengan Saturnus. Ketika pesawat ruang angkasa melewati planet ini pada tahun 1980, Sagan mengusulkan gagasan agar probe ruang angkasa ini mengambil satu gambar terakhir Bumi. Dia menunjukkan bahwa foto itu tidak akan memiliki banyak nilai ilmiah, karena Bumi akan tampak terlalu kecil bagi kamera Voyager untuk mengambarkan detail apapun, namun bisa menggambarkan perspektif berarti tentang tempat kita di alam semesta.
Meskipun banyak orang di dalam program Voyager mendukung gagasan tersebut, ada kekhawatiran bahwa mengambil gambar Bumi yang begitu dekat dengan Matahari berisiko merusak sistem pencitraan pesawat ruang angkasa yang tidak dapat diperbaiki lagi. Baru pada tahun 1989 gagasan Sagan dipraktikkan, namun kalibrasi instrumen menunda operasi lebih lanjut, dan personil yang merancang dan mengirimkan perintah radio ke Voyager 1 juga diberhentikan atau dipindahkan ke proyek lain. Akhirnya, administrator NASA Richard Truly menjadi perantara untuk memastikan bahwa foto itu diambil.
Spoiler for Carl Sagan:

Renungan Carl Sagan Untuk Kita
Quote:
"Dari jarak sejauh ini, Bumi tidak lagi terlihat penting. Namun bagi kita, lain lagi ceritanya. Tataplah lagi titik itu. Titik itulah yang dinamai 'di sini.' Itulah rumah. Itulah kita. Di satu titik itu semua orang yang kamu cintai, semua orang yang kamu kenal, semua orang yang pernah kamu dengar namanya, semua manusia yang pernah ada, menghabiskan hidup mereka. Segenap kebahagiaan dan penderitaan kita, ribuan agama, pemikiran, dan doktrin ekonomi yang merasa benar, setiap pemburu dan perambah, setiap pahlawan dan pengecut, setiap pembangun dan pemusnah peradaban, setiap raja dan petani, setiap pasangan muda yang jatuh cinta, setiap ibu dan ayah, anak yang bercita-cita tinggi, penemu dan penjelajah, setiap pengajar kebaikan, setiap politisi busuk, setiap "bintang pujaan", setiap "pemimpin besar", setiap orang suci dan pendosa sepanjang sejarah spesies manusia hidup di sana, di atas setitik debu yang melayang dalam seberkas sinar.
Bumi adalah panggung yang amat kecil di tengah luasnya arena kosmik. Renungkanlah sungai darah yang ditumpahkan para jenderal dan maharaja sehingga dalam keagungan dan kejayaan itu mereka dapat menjadi penguasa sementara di sebagian kecil dari titik itu. Renungkanlah kekejaman tanpa akhir yang dilakukan orang-orang di satu sudut titik ini terhadap orang-orang tak dikenal di sudut titik yang lain, betapa sering mereka salah paham, betapa siap mereka untuk membunuh satu sama lain, betapa bergejolak kebencian mereka. Sikap kita, keistimewaan kita yang semu, khayalan bahwa kita memiliki tempat penting di alam semesta ini, tidak berarti apapun di hadapan setitik cahaya redup ini. Planet kita hanyalah sebutir debu yang kesepian di alam yang besar dan gelap. Dalam kebingungan kita, di tengah luasnya jagat raya ini, tiada tanda bahwa pertolongan akan datang dari tempat lain untuk menyelamatkan kita dari diri kita sendiri.
Bumi adalah satu-satunya dunia, sejauh ini, yang diketahui memiliki kehidupan. Tidak ada tempat lain, setidaknya sampai beberapa waktu ke depan, yang bisa dijadikan tempat tinggal. Ada yang bisa kita kunjungi, tetapi belum ada yang bisa kita tinggali. Suka atau tidak, untuk saat ini, Bumi adalah satu-satunya tempat kita hidup. Sering dikatakan bahwa astronomi adalah sebuah pengalaman yang menumbuhkan kerendahan hati dan membangun kepribadian. Mungkin tak ada yang dapat menunjukkan laknatnya kesombongan manusia secara lebih baik selain citra dunia kita yang mungil ini. Bagiku, gambar ini mempertegas tanggung jawab kita untuk bertindak lebih baik terhadap satu sama lain, dan menjaga serta merawat sang titik biru pucat, satu-satunya rumah yang kita kenal selama ini."
— Carl Sagan, pidato di Universitas Cornell, 13 Oktober 1994
Bumi adalah panggung yang amat kecil di tengah luasnya arena kosmik. Renungkanlah sungai darah yang ditumpahkan para jenderal dan maharaja sehingga dalam keagungan dan kejayaan itu mereka dapat menjadi penguasa sementara di sebagian kecil dari titik itu. Renungkanlah kekejaman tanpa akhir yang dilakukan orang-orang di satu sudut titik ini terhadap orang-orang tak dikenal di sudut titik yang lain, betapa sering mereka salah paham, betapa siap mereka untuk membunuh satu sama lain, betapa bergejolak kebencian mereka. Sikap kita, keistimewaan kita yang semu, khayalan bahwa kita memiliki tempat penting di alam semesta ini, tidak berarti apapun di hadapan setitik cahaya redup ini. Planet kita hanyalah sebutir debu yang kesepian di alam yang besar dan gelap. Dalam kebingungan kita, di tengah luasnya jagat raya ini, tiada tanda bahwa pertolongan akan datang dari tempat lain untuk menyelamatkan kita dari diri kita sendiri.
Bumi adalah satu-satunya dunia, sejauh ini, yang diketahui memiliki kehidupan. Tidak ada tempat lain, setidaknya sampai beberapa waktu ke depan, yang bisa dijadikan tempat tinggal. Ada yang bisa kita kunjungi, tetapi belum ada yang bisa kita tinggali. Suka atau tidak, untuk saat ini, Bumi adalah satu-satunya tempat kita hidup. Sering dikatakan bahwa astronomi adalah sebuah pengalaman yang menumbuhkan kerendahan hati dan membangun kepribadian. Mungkin tak ada yang dapat menunjukkan laknatnya kesombongan manusia secara lebih baik selain citra dunia kita yang mungil ini. Bagiku, gambar ini mempertegas tanggung jawab kita untuk bertindak lebih baik terhadap satu sama lain, dan menjaga serta merawat sang titik biru pucat, satu-satunya rumah yang kita kenal selama ini."
— Carl Sagan, pidato di Universitas Cornell, 13 Oktober 1994
Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Titik_Biru_Pucat
Ok sekian dari saya


0
26.6K
Kutip
184
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan