- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Longbowman Dan Perannya Dalam Perang 100 Tahun


TS
liamonters
Longbowman Dan Perannya Dalam Perang 100 Tahun

Longbow adalah jenis busur besar yang kira-kira hampir seukuran dengan penggunanya. Senjata ini sangat populer di abad pertengahan Inggris dan amat berperan dalam perang 100 tahun antara Inggris dan Perancis.
Spoiler for Asal mula Longbow digunakan Inggris:
Asal Mula Longbow populer di Inggris

Longbow seperti yang kita kenal saat ini hampir seukuran manusia dewasa, menjadi senjata yang amat terpakai menjelang akhir Abad Pertengahan. Meskipun umumnya dikaitkan dengan Welsh, Longbow sebenarnya sudah ada setidaknya sejak zaman Neolitikum yang terbuat dari kayu yew dan dibungkus dengan kulit, ditemukan di Somerset pada tahun 1961. Diperkirakan bahwa bahkan penemuan sebelumnya sudah ada di Skandinavia.
Orang-orang Welsh lah yang pertama kali mengembangkan penggunaannya secara taktis untuk menjadi senjata paling mematikan pada zamannya. Selama invasi Anglo-Norman di Wales, dikisahkan bahwa 'para pemanah Welsh menyebabkan banyak korban kepada para invander'. Setelah Wales berhasil ditaklukan, Wales menjadi wajib militer dan dimasukkan ke dalam tubuh tentara Inggris untuk membantu kampanye Edward lebih jauh ke utara ke wilayah Skotlandia.

Meskipun Raja Edward I yang disebut' The Hammer of the Celtic' dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menambahkan kekuatan dari Longbow ke dalam gudang persenjataan Inggris disaat itu, namun bukti untuk ini sebenarnya kurang jelas namun yang pasti dia melarang semua olahraga dan mewajibkan panahan pada hari Minggu, hal itu untuk memastikan bahwa orang Inggris serius berlatih dengan Longbow. Namun demikian selama pemerintahan Edward III, didapatkan lebih banyak bukti dokumentasi yang menegaskan bahwa Longbow ini sudah digunakan jauh sebelumnya.
Pemerintahan Edward III didominasi oleh situasi Perang Seratus Tahun yang sebenarnya berlangsung dari 1337-1453 (lebih dari 100 tahun). Mungkin karena kondisi perang yang terus-menerus ini, muncul begitu banyak catatan sejarah yang mengangkat Longbow ke status legendarisnya, pertama di Crécy dan Poitiers, dan kemudian di Agincourt.

Longbow
Longbow seperti yang kita kenal saat ini hampir seukuran manusia dewasa, menjadi senjata yang amat terpakai menjelang akhir Abad Pertengahan. Meskipun umumnya dikaitkan dengan Welsh, Longbow sebenarnya sudah ada setidaknya sejak zaman Neolitikum yang terbuat dari kayu yew dan dibungkus dengan kulit, ditemukan di Somerset pada tahun 1961. Diperkirakan bahwa bahkan penemuan sebelumnya sudah ada di Skandinavia.
Orang-orang Welsh lah yang pertama kali mengembangkan penggunaannya secara taktis untuk menjadi senjata paling mematikan pada zamannya. Selama invasi Anglo-Norman di Wales, dikisahkan bahwa 'para pemanah Welsh menyebabkan banyak korban kepada para invander'. Setelah Wales berhasil ditaklukan, Wales menjadi wajib militer dan dimasukkan ke dalam tubuh tentara Inggris untuk membantu kampanye Edward lebih jauh ke utara ke wilayah Skotlandia.

Ilustrasi
Meskipun Raja Edward I yang disebut' The Hammer of the Celtic' dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menambahkan kekuatan dari Longbow ke dalam gudang persenjataan Inggris disaat itu, namun bukti untuk ini sebenarnya kurang jelas namun yang pasti dia melarang semua olahraga dan mewajibkan panahan pada hari Minggu, hal itu untuk memastikan bahwa orang Inggris serius berlatih dengan Longbow. Namun demikian selama pemerintahan Edward III, didapatkan lebih banyak bukti dokumentasi yang menegaskan bahwa Longbow ini sudah digunakan jauh sebelumnya.
Pemerintahan Edward III didominasi oleh situasi Perang Seratus Tahun yang sebenarnya berlangsung dari 1337-1453 (lebih dari 100 tahun). Mungkin karena kondisi perang yang terus-menerus ini, muncul begitu banyak catatan sejarah yang mengangkat Longbow ke status legendarisnya, pertama di Crécy dan Poitiers, dan kemudian di Agincourt.
Spoiler for Battle Of Crécy:
Battle of Crécy
Setelah mencapai di daratan dengan sekitar 12.000 pria, termasuk 7.000 pemanah, Edward III merebut Caen di Normandia dan terus bergerak maju. Pasukan Edward berhasil diidentifikasi oleh pasukan Prancis yang jauh lebih besar hingga akhirnya mereka tiba di Crécy pada tahun 1346 dengan kekuatan 8.000 orang.
Inggris mengambil posisi defensif dengan tiga divisi di tanah yang melandai ke bawah, dengan pemanah di kedua sisi. Salah satu divisi ini dipimpin oleh putra Edward yang masih berusia enam belas tahun, Edward the Black Prince. Prancis terlebih dahulu mengirim tentara bayaran Genoese, dengan jumlah antara 6000 hingga 12.000 orang. Dengan tempo hanya tiga sampai lima kali tembak permenit, mereka tidak sanggup melawan pemanah Inggris dan Welsh yang bisa menembakkan sepuluh hingga belasan panah dalam waktu yang sama. Dilaporkan juga bahwa hujan menyebabkan dampak yang buruk kepada pergerakan busur

Philip VI setelah mengomentari tidak bergunanya pemanah yang dimilikinya, mengirim pasukan kavalerinya ke depan dan menerobos pemanahnya sendiri. Pemanah Inggris, Welsh dan prajurit bersenjatanya menahan mereka tidak hanya sekali, tetapi 16 kali secara total. Selama salah satu dari serangan-serangan ini, putra Edward, The Black Prince, diserang secara frontal, tetapi ayahnya menolak untuk mengirim bantuan, dia mengklaim bahwa dia perlu untuk melatihnya sejak dini.
Saat malam tiba, Philip VI mendapatkan luka yang cukup serius dan memerintahkan untuk retreat(mundur). Menurut perkiraan, korban di pihak Prancis adalah sebelas pangeran, 1.200 ksatria dan 12.000 tentara tewas. Edward III dikatakan hanya kehilangan beberapa ratus orang.

Setelah mencapai di daratan dengan sekitar 12.000 pria, termasuk 7.000 pemanah, Edward III merebut Caen di Normandia dan terus bergerak maju. Pasukan Edward berhasil diidentifikasi oleh pasukan Prancis yang jauh lebih besar hingga akhirnya mereka tiba di Crécy pada tahun 1346 dengan kekuatan 8.000 orang.
Inggris mengambil posisi defensif dengan tiga divisi di tanah yang melandai ke bawah, dengan pemanah di kedua sisi. Salah satu divisi ini dipimpin oleh putra Edward yang masih berusia enam belas tahun, Edward the Black Prince. Prancis terlebih dahulu mengirim tentara bayaran Genoese, dengan jumlah antara 6000 hingga 12.000 orang. Dengan tempo hanya tiga sampai lima kali tembak permenit, mereka tidak sanggup melawan pemanah Inggris dan Welsh yang bisa menembakkan sepuluh hingga belasan panah dalam waktu yang sama. Dilaporkan juga bahwa hujan menyebabkan dampak yang buruk kepada pergerakan busur

Longbowman Line
Philip VI setelah mengomentari tidak bergunanya pemanah yang dimilikinya, mengirim pasukan kavalerinya ke depan dan menerobos pemanahnya sendiri. Pemanah Inggris, Welsh dan prajurit bersenjatanya menahan mereka tidak hanya sekali, tetapi 16 kali secara total. Selama salah satu dari serangan-serangan ini, putra Edward, The Black Prince, diserang secara frontal, tetapi ayahnya menolak untuk mengirim bantuan, dia mengklaim bahwa dia perlu untuk melatihnya sejak dini.
Saat malam tiba, Philip VI mendapatkan luka yang cukup serius dan memerintahkan untuk retreat(mundur). Menurut perkiraan, korban di pihak Prancis adalah sebelas pangeran, 1.200 ksatria dan 12.000 tentara tewas. Edward III dikatakan hanya kehilangan beberapa ratus orang.

Battle of Crécy antara Inggris dan Prancis dalam Perang Seratus Tahun.
Dari manuskrip abad ke-15 Chronicles karya Jean Froissart
Dari manuskrip abad ke-15 Chronicles karya Jean Froissart
Spoiler for Battle of Poitiers:
Battle of Poitiers

Rincian tentang Pertempuran Poitiers pada tahun 1356 sebenarnya samar-samar, namun tampaknya Inggris memiliki sekitar 10.000 orang yang sudah termasuk dengan pasukan Wales. kali ini Inggris dipimpin oleh Edward, Prince of Wales yang juga dikenal sebagai Black Prince. Saat itu mereka sedang dalam perjalanan mundur setelah kampanye panjang mereka di Prancis. Dengan jumlah tentara Perancis yang hampir berjumlah 20.000 orang, kedua pasukan masing-masing pihak ini hanya dipisahkan oleh sebuah pagar tanaman besar. Tentara Prancis menemukan celah dan berusaha menerobos, menyadari pertempuran akan segera terjadi, Pangeran Hitam memerintahkan anak buahnya untuk membentuk posisi bertarung mereka seperti biasanya dengan pemanahnya di kedua sisi kiri dan kanan.

Pasukan Prancis yang telah mengembangkan unit kavaleri ringan ditujukan khusus untuk menyerang pemanah Inggris dan Welsh namun mereka terdesak oleh hujan panah yang menghujani mereka. Serangan berikutnya datang dari pasukan Jerman yang bersekutu dengan Prancis dan memimpin serangan kavaleri kedua. Serangan ini juga berhasil dihentikan dan dikatakan bahwa begitu hebatnya serangan oleh pemanah Inggris dan Welsh sampai-sampai pada suatu titik tertentu beberapa orang kehabisan anak panah dan harus berlari maju untuk mengumpulkan kembali panah yang tertancap pada tubuh-tubuh yang tergeletak di tanah.
Menyusul hujan panah terakhir dari tembakan Longbowmannya, Pangeran Hitam memerintahkan serangannya yang membuat pasukan Prancis terpecah rout massal dan dikejar hingga Poitiers, tempat Raja Prancis ditangkap. Dia diangkut ke London dan ditahan untuk dimintai tebusan dari Menara London.


Seperti biasa, Longbowman sangat berpengaruh dalam pertempuran ini
Rincian tentang Pertempuran Poitiers pada tahun 1356 sebenarnya samar-samar, namun tampaknya Inggris memiliki sekitar 10.000 orang yang sudah termasuk dengan pasukan Wales. kali ini Inggris dipimpin oleh Edward, Prince of Wales yang juga dikenal sebagai Black Prince. Saat itu mereka sedang dalam perjalanan mundur setelah kampanye panjang mereka di Prancis. Dengan jumlah tentara Perancis yang hampir berjumlah 20.000 orang, kedua pasukan masing-masing pihak ini hanya dipisahkan oleh sebuah pagar tanaman besar. Tentara Prancis menemukan celah dan berusaha menerobos, menyadari pertempuran akan segera terjadi, Pangeran Hitam memerintahkan anak buahnya untuk membentuk posisi bertarung mereka seperti biasanya dengan pemanahnya di kedua sisi kiri dan kanan.

Peta pertempuran, Longbowman Inggris diuntungkan dataran yang lebih tinggi, hingga kavalery melakukan serangan melambung yang amat merusak pasukan belakang pelindung Raja Perancis
Pasukan Prancis yang telah mengembangkan unit kavaleri ringan ditujukan khusus untuk menyerang pemanah Inggris dan Welsh namun mereka terdesak oleh hujan panah yang menghujani mereka. Serangan berikutnya datang dari pasukan Jerman yang bersekutu dengan Prancis dan memimpin serangan kavaleri kedua. Serangan ini juga berhasil dihentikan dan dikatakan bahwa begitu hebatnya serangan oleh pemanah Inggris dan Welsh sampai-sampai pada suatu titik tertentu beberapa orang kehabisan anak panah dan harus berlari maju untuk mengumpulkan kembali panah yang tertancap pada tubuh-tubuh yang tergeletak di tanah.
Menyusul hujan panah terakhir dari tembakan Longbowmannya, Pangeran Hitam memerintahkan serangannya yang membuat pasukan Prancis terpecah rout massal dan dikejar hingga Poitiers, tempat Raja Prancis ditangkap. Dia diangkut ke London dan ditahan untuk dimintai tebusan dari Menara London.

Raja Prancis berhasil ditawan didalam pertempuran ini
Spoiler for Battle of Agincourt:
Battle of Agincourt

Raja Henry V yang masih berusia 28 tahun berlayar dari Southampton pada tanggal 11 Agustus 1415 dengan armada sekitar 300 kapal untuk mengklaim haknya atas kadipaten Normandia dan untuk sekaligus mengklaim kembali kejayaan Inggris di Perancis. Dia mendarat di Harfleur di Prancis utara dan mereka mengepung kota itu.
Pengepungan itu sendiri berlangsung selama lima minggu, lebih lama dari yang diperkirakan, dan karena itu, Henry kehilangan sekitar 2.000 anak buahnya karena terkena penyakit disentri. Henry mengambil keputusan untuk meninggalkan garnisun di Harfleur dan membawa sisa pasukannya kembali melalui pelabuhan Perancis di Calais yang berjarak hampir 100 mil jauhnya ke utara. Selama perjalanan kembalinya, setidaknya ada dua masalah yang menghalangi mereka, pertama tentara Prancis yang sangat besar jumlahnya dan tampaknya sedang marah, serta Sungai Somme. Dengan jumlah yang besar dan juga sedang sakit ditambah kekurangan logistic, tentara Henry berjuang dengan susah payah hingga akhirnya berhasil menyeberangi sungai Somme.
Hingga mencapai utara, dekat desa Agincourt, Perancis akhirnya mampu menghentikan gerak mundur Henry. Sekitar 25.000 pasukan Prancis bersiap untuk menghadapi pasukan Henry yang hanya berjumlah 6000. Keadaan semakin buruk saat tiba-tiba hujan turun sangat deras.

Pada tanggal 25 Oktober, tepat pada hari raya St Crispin, kedua belah pihak bersiap untuk bertempur. Dipihak pasukan Prancis sendiri tampak tidak terburu-buru dan pada pukul 8.00 pagi mereka masih sempat untuk tertawa dan saling bercanda sambil makan sarapan. Pasukan Inggris sendiri kedinginan dan basah karena hujan semalam, mereka makan apa pun yang tersisa dalam ransum mereka yang sudah habis.

Setelah pertimbangan awal, Henry memutuskan untuk maju dan mencoba peruntungannya serta memancing pasukan Prancis maju ke medan perang. Pemanah Inggris dan Welshnya maju hingga jarak 300 meter dari musuh dan mulai menembak. Hal ini menyulut pasukan Prancis maju ke dalam medan perang dan gelombang pertama kavaleri Prancis mulai menerjang, namun naas tanah yang direndam hujan semalaman sangat menghambat kemajuan mereka. Hujan panah yang menghujami mereka menyebabkan pasukan Prancis mulai kacau dan mereka mundur ke arah pasukan utama yang juga sedang bergerak maju. Dengan banyaknya massa yang bergerak ke segala arah, formasi pasukan Prancis mulai berantakan. Ladang yang saat itu basah berubah menjadi seperti rawa-rawa dan berlumpur, karena bagaikan terbajak oleh kaki dari ribuan prajurit dan kuda berkaki besi yang berat. Para pemanah Inggris dan Welsh yang berjumlah kira-kira sepuluh baris menghujamkan puluhan ribu anak panah ke arah pasukan Prancis yang terjebak dan terperangkap ditengah-tengah lumpur, dan yang terjadi sesudahnya adalah kehancuran yang parah dipihak Prancis. Pertempuran itu sendiri hanya berlangsung setengah jam dan antara 6.000 hingga 10.000 orang Prancis terbunuh sementara Inggris menderita kerugian hanya sekitar ratusan orang.

Hingga tiga ratus tahun kedepan, dominasi busur dalam persenjataan akan segera berakhir dan membuka jalan bagi senapan. Pertempuran terakhir yang melibatkan busur berlangsung pada tahun 1644 di Tippermuir, Perthshire, Skotlandia selama Perang Saudara Inggris.

Battle of Agincourt
Raja Henry V yang masih berusia 28 tahun berlayar dari Southampton pada tanggal 11 Agustus 1415 dengan armada sekitar 300 kapal untuk mengklaim haknya atas kadipaten Normandia dan untuk sekaligus mengklaim kembali kejayaan Inggris di Perancis. Dia mendarat di Harfleur di Prancis utara dan mereka mengepung kota itu.
Pengepungan itu sendiri berlangsung selama lima minggu, lebih lama dari yang diperkirakan, dan karena itu, Henry kehilangan sekitar 2.000 anak buahnya karena terkena penyakit disentri. Henry mengambil keputusan untuk meninggalkan garnisun di Harfleur dan membawa sisa pasukannya kembali melalui pelabuhan Perancis di Calais yang berjarak hampir 100 mil jauhnya ke utara. Selama perjalanan kembalinya, setidaknya ada dua masalah yang menghalangi mereka, pertama tentara Prancis yang sangat besar jumlahnya dan tampaknya sedang marah, serta Sungai Somme. Dengan jumlah yang besar dan juga sedang sakit ditambah kekurangan logistic, tentara Henry berjuang dengan susah payah hingga akhirnya berhasil menyeberangi sungai Somme.
Hingga mencapai utara, dekat desa Agincourt, Perancis akhirnya mampu menghentikan gerak mundur Henry. Sekitar 25.000 pasukan Prancis bersiap untuk menghadapi pasukan Henry yang hanya berjumlah 6000. Keadaan semakin buruk saat tiba-tiba hujan turun sangat deras.

Pasukan Henry digambarkan bertempur dalam keadaan dingin dan basah kuyub
Pada tanggal 25 Oktober, tepat pada hari raya St Crispin, kedua belah pihak bersiap untuk bertempur. Dipihak pasukan Prancis sendiri tampak tidak terburu-buru dan pada pukul 8.00 pagi mereka masih sempat untuk tertawa dan saling bercanda sambil makan sarapan. Pasukan Inggris sendiri kedinginan dan basah karena hujan semalam, mereka makan apa pun yang tersisa dalam ransum mereka yang sudah habis.

Sebelum perang, Henry berdoa karena situasi yang sangat tidak menguntungkan dia
Setelah pertimbangan awal, Henry memutuskan untuk maju dan mencoba peruntungannya serta memancing pasukan Prancis maju ke medan perang. Pemanah Inggris dan Welshnya maju hingga jarak 300 meter dari musuh dan mulai menembak. Hal ini menyulut pasukan Prancis maju ke dalam medan perang dan gelombang pertama kavaleri Prancis mulai menerjang, namun naas tanah yang direndam hujan semalaman sangat menghambat kemajuan mereka. Hujan panah yang menghujami mereka menyebabkan pasukan Prancis mulai kacau dan mereka mundur ke arah pasukan utama yang juga sedang bergerak maju. Dengan banyaknya massa yang bergerak ke segala arah, formasi pasukan Prancis mulai berantakan. Ladang yang saat itu basah berubah menjadi seperti rawa-rawa dan berlumpur, karena bagaikan terbajak oleh kaki dari ribuan prajurit dan kuda berkaki besi yang berat. Para pemanah Inggris dan Welsh yang berjumlah kira-kira sepuluh baris menghujamkan puluhan ribu anak panah ke arah pasukan Prancis yang terjebak dan terperangkap ditengah-tengah lumpur, dan yang terjadi sesudahnya adalah kehancuran yang parah dipihak Prancis. Pertempuran itu sendiri hanya berlangsung setengah jam dan antara 6.000 hingga 10.000 orang Prancis terbunuh sementara Inggris menderita kerugian hanya sekitar ratusan orang.

Prancis kalah dalam Agincourt
Hingga tiga ratus tahun kedepan, dominasi busur dalam persenjataan akan segera berakhir dan membuka jalan bagi senapan. Pertempuran terakhir yang melibatkan busur berlangsung pada tahun 1644 di Tippermuir, Perthshire, Skotlandia selama Perang Saudara Inggris.
Sumber
Sumber
Sumber
0
32.8K
Kutip
165
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan